Suara.com - Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan atau KontraS menganggap penambahan personel keamanan di Papua dan Papua Barat bukan solusi untuk menyelesaikan kerusuhan yang terjadi di Manokwari dan daerah lain sejak Senin (21/8/2019).
Menurut Kontras, justru yang mesti dilakukan pemerintah ialah bagaimana menyelesaikan insiden ujaran kebencian dan rasis yang terjadi saat pengepungan asrama mahasiswa Papua di Surabaya.
Kepala Divisi Advokasi KontraS Arif Nurfikri mengatakan bahwa semestinya pemerintah mencari jalan keluar dari akar permasalahannya.
Sebagaimana diketahui, kerusuhan yang terjadi di Manokwari beberapa waktu lalu terjadi sebagai imbas pengepungan sejumlah ormas ke asrama mahasiswa Papua di Surabaya. Dalam kejadian tersebut, diduga ada oknum aparat keamanan yang melakukan tindakan rasis kepada mahasiswa Papua.
"Kalau kita lihat kan solusi penambahan personel itu di Sorong sama di Manokwari kan bukan solusi," kata Arif saat dihubungi Suara.com, Rabu (20/8/2019).
"Tapi yang harus diselesaikan problem permasalahannya apa. Nah itu yang enggak dijawab sama Menkopolhukam dan Kapolri terkait dengan ujaran-ujaran kebencian dan rasial yang terjadi di Surabaya, Malang dan Semarang," kata dia.
Tindakan ujaran kebencian hingga rasis yang menimpa mahasiswa Papua tersebut bukan hanya terjadi sekali dua kali. Arif mencontohkan satu kejadian pada 2017 di Jogjakarta. Saat itu asrama mahasiswa Papua juga diserang dan dihujani dengan ujaran kebencian.
Kejadian tersebut pun kembali berulang di Surabaya. Hal yang disayangkan oleh Arif ialah cara pemerintah menyelesaikan perkara tersebut. Seringkali pemerintah memilih jalan dengan mengandalkan personel keamanan.
"Saya lihat justru bukan malah menyelesaikan masalah kalau memang dia katakan bahwa suasana kondusif dan sebagainya, untuk apa lagi?" tuturnya.
Baca Juga: 12 SSK Dikerahkan ke Papua Barat, Polisi: Petugas Tak Dibekali Peluru Tajam
Dengan demikian, Arif memandang bahwa pemerintah harus serius menangani isu rasis yang kerap dirasakan oleh masyarakat Papua. Kemudian seyogyanya pemerintah juga bisa menelusuri siapa oknum aparat keamanan yang diduga bertindak rasis kepada mahasiswa Papua di Surabaya.
"Seharusnya pemerintah bertindak tegas termasuk oknum yang diduga oknum aparat ketika dia melakukan ujaran-ujaran kebencian ya harus ditindak bukan justru malah menambah persoalan baru," tandasnya.
Untuk diketahui, Kapolri Jenderal Tito Karnavian melakukan pertemuan tertutup dengan Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto di Kantor Kemenkopolhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Selasa (20/8/2019). Pertemuan itu membahas perkembangan terbaru soal kerusuhan yang terjadi Papua dan Papua Barat.
Wiranto menuturkan, dalam pertemuan itu Tito sempat menyampaikan kondisi terakhir pasca kerusuhan di Manokwari dan Sorong, Papua Barat yang terjadi pada Senin (19/8/2019). Meskipun menyampaikan kondisi terkini sudah kondusif, namun nantinya jumlah personel keamanan akan ditambah.
"Hanya memang perlu penambahan pasukan untuk lebih meyakinkan pengamanan obyek-obyek vital yang ada di Papua dan Papua Barat. Sehingga ada penambahan pasukan dari luar daerah Papua dan Papua Barat," katanya.
Berita Terkait
-
Kerusuhan di Fakfak, Polisi: Boleh Sampaikan Aspirasi Tapi Jangan Anarkis
-
Pangdam V Brawijaya Bakal Beri Sanksi ke Anggotanya Jika Terbukti Rasis
-
Kerusuhan Pecah di Fakfak: Fasilitas ATM Dirusak, Pasar Dibakar
-
Terbongkar, Jejak Digital Tri Susanti Korlap Aksi di Asrama Mahasiswa Papua
-
Usai Geruduk Asrama Mahasiswa Papua, Wakil Ormas Tri Susanti Minta Maaf
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Apa Jabatan Nono Anwar Makarim? Ayah Nadiem Makarim yang Dikenal Anti Korupsi
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
Pilihan
-
Studi Banding Hemat Ala Konten Kreator: Wawancara DPR Jepang Bongkar Budaya Mundur Pejabat
-
Jurus Baru Menkeu Purbaya: Pindahkan Rp200 Triliun dari BI ke Bank, 'Paksa' Perbankan Genjot Kredit!
-
Sore: Istri dari Masa Depan Jadi Film Indonesia ke-27 yang Dikirim ke Oscar, Masuk Nominasi Gak Ya?
-
CELIOS Minta MUI Fatwakan Gaji Menteri Rangkap Jabatan: Halal, Haram, atau Syubhat?
-
Hipdut, Genre Baru yang Bikin Gen Z Ketagihan Dangdut
Terkini
-
Usai Dicopot Prabowo, Benarkah Sri Mulyani Adalah Menteri Keuangan Terlama?
-
Inikah Ucapan yang Bikin Keponakan Prabowo, Rahayu Saraswati Mundur dari Senayan?
-
Suciwati: Penangkapan Delpedro Bagian dari Pengalihan Isu dan Bukti Rezim Takut Kritik
-
Viral Pagar Beton di Cilincing Halangi Nelayan, Pemprov DKI: Itu Izin Pemerintah Pusat
-
Temuan Baru: Brimob Dalam Rantis Sengaja Lindas Affan Kurniawan
-
PAN Tolak PAM Jaya Jadi Perseroda: Khawatir IPO dan Komersialisasi Air Bersih
-
CEK FAKTA: Isu Pemerkosaan Mahasiswi Beralmamater Biru di Kwitang
-
Blusukan Gibran Picu Instruksi Tito, Jhon: Kenapa Malah Warga yang Diminta Jaga Keamanan?
-
DPR Sambut Baik Kementerian Haji dan Umrah, Sebut Lompatan Besar Reformasi Haji
-
CEK FAKTA: Viral Klaim Proyek Mall di Leuwiliang, Benarkah?