Suara.com - Hasil penelitian Victims of Communism Memorial Foundation, organisasi non-profit, menunjukkan peningkatan jumlah anak muda atau kaum milenial di Amerika Serikat yang setuju terhadap paham Komunisme dan Sosialisme.
Yayasan yang berkantor di Washington DC ini menemukan fakta, kaum milenial atau yang akan memberikan hak suara pada pemilu tahun 2020 lebih condong ke arah Komunisme daripada Kapitalisme.
Dilansir Marketwatch.com, Senin (4/11/2019), penelitian itu menunjukkan bahwa lebih dari sepertiga milenial yang disurvei menyetujui Komunisme.
Angka ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Tahun 2018, mereka yang setuju terhadap Komunisme hanya sekitar 28 persen.
Direktur eksekutif Victims of Communism Memorial Foundation, Marion Smith mengaku terkejut atas hasil penelitian tersebut.
"Amnesia historis tentang bahaya komunisme dan sosialisme ditampilkan pada laporan tahun ini," kata Smith dalam sebuah pernyataan pada hari Senin (28/10/2019).
"Ketika kita tidak mendidik generasi muda tentang kebenaran sejarah bahwa 100 juta korban terbunuh di tangan rezim komunis selama abad yang lalu, kita tidak perlu terkejut dengan kesediaan mereka untuk merangkul ide-ide Marxis," imbuhnya.
Penelitian itu juga melaporkan bahwa 22 persen milenial percaya "Masyarakat akan lebih baik jika semua properti pribadi dihapuskan," sesuai ide kaum komunis modern.
Sementara 45 persen Generasi Z dan milenial percaya bahwa "Semua pendidikan tinggi harus gratis," yang juga merupakan program perjuangan kaum komunis maupun sosialis.
Baca Juga: Sibuk Jadi Anggota DPR, Mulan Jameela Batal Temui Ahmad Dhani Hari Ini
Penelitian lain Victims of Communism Memorial Foundation juga menunjukkan, anak muda Amerika memiliki tren kehilangan kepercayaan pada Kapitalisme dan lebih memilih Sosialisme.
Menurut Axios.com, yayasan itu meneliti lebih dari 2 ribu orang Amerika yang berusia 16 tahun ke atas. Disebutkan, 70 persen milenial akan memilih seorang pemimpin Sosialis.
Survei tersebut mengatakan, hampir setengah Gen Z (lahir tahun 1995-2010) dan responden milenial merasa sistem ekonomi Amerika Serikat bekerja melawan mereka.
Sebab, mereka tumbuh di negara kapitalis di mana ketimpangan ekonomi terus meningkat.
Mereka terbebani oleh utang, kenaikan upah yang kecil, dan terancam kehilangan pekerjaan.
Penelitian itu memperlihatkan 19 persen dari milenial dan 12 persen dari Gen Z berpikir Manifesto Komunis "Lebih menjamin kebebasan dan kesetaraan untuk semua" daripada Deklarasi Kemerdekaan AS.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Sadis! Pembunuh Guru di OKU Ternyata Mantan Penjaga Kos, Jerat Leher Korban Demi Ponsel
-
Gebrakan Menhan-Panglima di Tambang Ilegal Babel Dikritik Imparsial: Pelanggaran Hukum, Tanda Bahaya
-
Otak Pembakar Rumah Hakim PN Medan Ternyata Mantan Karyawan, Dendam Pribadi Jadi Pemicu
-
Dari IPB hingga UGM, Pakar Pangan dan Gizi Siap Dukung BGN untuk Kemajuan Program MBG
-
Menhaj Rombak Skema Kuota Haji: yang Daftar Duluan, Berangkat Lebih Dulu
-
Isu Yahya Cholil Staquf 'Dimakzulkan' Syuriyah PBNU, Masalah Zionisme Jadi Sebab?
-
Siap-siap! KPK akan Panggil Ridwan Kamil Usai Periksa Pihak Internal BJB
-
Bukan Tax Amnesty, Kejagung Cekal Eks Dirjen dan Bos Djarum Terkait Skandal Pengurangan Pajak
-
Menhaj Irfan Siapkan Kanwil Se-Indonesia: Tak Ada Ruang Main-main Jelang Haji 2026
-
Tembus Rp204 Triliun, Pramono Klaim Jakarta Masih Jadi Primadona Investasi Nasional