Suara.com - Data WHO menyebutkan setengah dari penyakit mental bermula sejak remaja, yakni di usia 14 tahun, dengan banyak kasus yang tidak tertangani sejak dini. Bunuh diri akibat depresi juga menjadi penyebab kematian tertinggi pada anak muda usia 15-29 tahun. Ini berarti, milenial sangat berisiko mengalami gangguan mental.
Fakta ini tentu sedikit mengejutkan, mengingat usia milenial adalah saat seseorang ingin dan berkesempatan untuk menunjukkan eksistensi diri dan awal menentukan arah masa depan.
Lalu, apa sebenarnya yang memicu gangguan mental pada generasi milenial? Simak 5 pemicunya, seperti dikutip Suara.com dari rilis Sequis.
1. Perubahan fisik, emosional, psikologis, dan finansial
Pada usia milenial terjadi berbagai perubahan baik fisik, emosional, psikologis, finansial, dan lingkungan pergaulan. Perubahan ini adalah waktu transisi bagi mereka untuk menjadi pribadi yang matang.
Nah, yang jadi masalah, ketika mereka tidak siap pada perubahan-perubahan tersebut, hal ini tentu akan menggangu mental mereka. Misalnya saja, saat harus lulus dari sekolah dan akan melanjutkan ke perguruan tinggi tetapi dihadapkan pada kesulitan finansial, tidak mampu menghadapi persaingan saat mencari pekerjaan, tidak mampu se-eksis teman sebayanya, dan masih banyak masalah lain yang dapat membuat jiwa milenial terguncang kemudian menutup diri.
Untuk itulah, pendampingan, perhatian, dan dorongan positif dari orangtua, keluarga, dan orang-orang terdekat sangat penting bagi remaja untuk membantu mereka menyiapkan masa depannya.
2. Tidak mampu beradaptasi pada kemajuan teknologi dan media sosial
Kemajuan teknologi menuntut kemampuan beradaptasi dari penggunanya. Tetapi sayangnya, tidak semua orang mampu mengejar pesatnya kemajuan teknologi di luar sana. Bagi milenial, misalnya, kemajuan teknologi seringkali tidak selalu digunakan dengan baik. Contohnya, mudah mendapatkan informasi tapi enggan melakukan verifikasi, menggunakan aplikasi yang tidak sesuai umur, mudahnya berkomunikasi dengan siapa saja secara privat, serta berbagi foto, video, dan konten yang dapat dijadikan materi untuk menjatuhkan seseorang.
Baca Juga: Anak Main Media Sosial 1 Jam Sebelum Tidur, Awas Risiko Gangguan Mental!
Kehadiran media sosial yang sesungguhnya bertujuan memudahkan koneksi sosial, pada kenyatannya lebih sering menampilkan dunia fatamorgana yang penuh kebahagiaan dan kemewahan. Belum lagi aneka filter yang berhasil membuat penampilan jadi jauh lebih menarik. Artinya, banyak hal yang tidak realistis dan semu dalam media sosial hanya demi membangun image, keperluan eksistensi sosial, atau kepentingan bisnis.
Nah, tuntutan berlebihan ini dapat mengakibatkan ketergantungan dan membuat sebagian milenial tidak percaya diri. Mereka kerap membandingkan dirinya dengan orang lain yang mereka lihat di media sosial, kemudian menjadi cemas atau menjadi pribadi yang manipulatif agar terlihat sempurna hingga menjadi depresi.
Pemicu gangguan mental berikutnya pada milenial....
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Sabun Cuci Muka dengan Kolagen agar Kulit Tetap Kenyal dan Awet Muda
- 9 Sepatu Lokal Senyaman Skechers Ori, Harga Miring Kualitas Juara Berani Diadu
- Shio Paling Hoki pada 8-14 Desember 2025, Berkah Melimpah di Pekan Kedua!
- Sambut HUT BRI, Nikmati Diskon Gadget Baru dan Groceries Hingga Rp1,3 Juta
- 23 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 7 Desember: Raih Pemain 115, Koin, dan 1.000 Rank Up
Pilihan
-
9 Mobil Bekas Paling Lega dan Nyaman untuk Mengantar dan Jemput Anak Sekolah
-
Belum Sebulan Diluncurkan, Penjualan Toyota Veloz Hybrid Tembus 700 Unit
-
Kekayaan dan Gaji Endipat Wijaya, Anggota DPR Nyinyir Donasi Warga untuk Sumatra
-
Emiten Adik Prabowo Bakal Pasang Jaringan Internet Sepanjang Rel KAI di Sumatra
-
7 Sepatu Lari Lokal untuk Mengatasi Cedera dan Pegal Kaki di Bawah 500 Ribu
Terkini
-
Di Balik Krisis Penyakit Kronis: Mengapa Deteksi Dini Melalui Inovasi Diagnostik Jadi Benteng Utama?
-
Cara Mencegah Stroke Sejak Dini dengan Langkah Sederhana, Yuk Pelajari!
-
12 Gejala Penyakit ISPA yang Wajib Diwaspadai, Serang Korban Banjir Sumatra
-
Stop Gerakan Tutup Mulut! 3 Metode Ampuh Bikin Anak Lahap MPASI di Usia Emas
-
Bukan Hanya Estetika: Ini Terobosan Stem Cell Terkini yang Dikembangkan Ilmuwan Indonesia
-
Kolesterol Jahat Masih Tinggi, 80 Persen Pasien Jantung Gagal Capai Target LDL-C
-
Waspada Ancaman di Tanah Suci: Mengapa Meningitis Jadi Momok Jemaah Haji dan Umrah Indonesia?
-
Dapur Jadi Ruang Kelas: Cara Efektif Ajarkan Gizi pada Anak Melalui Memasak
-
Waspada! Ini Alasan Migrain Sangat Umum Menyerang Anak dan Remaja
-
Ikan Sidat, Harta Karun Gizi Asli Indonesia: Rahasia Nutrisi Tinggi dalam Susu Flyon