Suara.com - Dokter paru Rumah Sakit Persahabatan dr. Andika Chandra Putra mengungkapkan kemungkinan pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR) tidak akurat. Sehingga kemungkinan tes PCR itu meleset dengan mengeluarkan hasil tes yang salah.
Ia mengatakan ada banyak faktor yang menyebabkan hasil pemeriksaan PCR tidak 100 persen akurat. Kemudian, faktor lainnya adalah pada waktu pengambilan swab.
"Jadi PCR itu pun masih ada gap false negativenya. Jadi jangan bayangkan PCR itu hasilnya akan 100 persen akurat," katanya saat dihubungi, Rabu (6/5/2020).
Ia menjelaskan bahwa pada awal infeksi, virus SARS-CoV-2, penyebab penyakit COVID-19, biasanya masih berada di saluran napas atas. Tetapi ketika virus tersebut sudah masuk ke paru-paru, maka virus tersebut tidak dapat lagi dideteksi dengan pemeriksaan PCR yang biasanya dilakukan dengan swab tenggorokan.
"Artinya ketika virusnya sudah masuk ke paru-paru, virus tersebut tidak terdeteksi lagi lewat pengambilan bahan dari tenggorokan karena dia sudah masuk ke paru-paru," katanya.
Ia mengatakan berdasarkan penelitian yang membandingkan bahan pemeriksaan pada pasien yang diduga terpapar COVID-19, ada beberapa cara pemeriksaan yang memiliki hasil lebih akurat untuk mengetahui kemungkinan paparan COVID-19 dalam tubuh manusia. Cara pemeriksaan yang dibandingkan tersebut antara lain dengan pemeriksaan bronkus, pharyngeal test atau tes swab faring, naso swab dan juga swab dari dahak.
Berdasarkan penelitian tersebut, ia menyebutkan bahwa bilasan bronkus dari pemeriksaan bronkus atau paru memiliki tingkat akurasi positif yang lebih tinggi dibandingkan pemeriksaan lainnya, yaitu sekitar 93 persen.
"Sedangkan dari faring tadi, dari tenggorokan tadi hanya 60 sampai 70 persen. Artinya masih ada gap 30 persen yang memberikan kemungkinan false negative," katanya.
"Jadi yang kita maksud dengan false negative ini sebenarnya virusnya ada tetapi hasil PCR-nya negatif," kata dia lebih lanjut.
Baca Juga: Pemprov DKI soal Keamanan Peti Mati Corona: Kalau Ragu Lihat Sendiri di RS
Oleh karena itu, agar hasil pemeriksaan PCR memberikan akurasi yang lebih baik, maka pemeriksaan tersebut harus dilakukan secara berulang. Kemudian, jika memungkinkan, pemeriksaan bronkus, kata dia, sebenarnya bisa dilakukan. Namun demikian, tindakan tersebut biasanya hanya dilakukan pada pasien-pasien yang sudah tidak sadar atau sudah terpasang ventilator.
Ia mengatakan hasil negatif palsu tersebut sebenarnya tidak hanya banyak terjadi di Indonesia tetapi juga di negara-negara lain secara global.
"Itu memang masih menjadi problem di dunia kedokteran. Karena memang banyak laporan-laporan false negative ini. Jadi false negative ini bukan hanya di Indonesia saja, tetapi di banyak negara. Bahkan di China, di Amerika, banyak laporan tentang hasil false negative," katanya.
Menurut dia, yang ideal untuk menghasilkan hasil yang akurat tersebut adalah dengan kultur virus yang hanya dapat dilakukan di fasilitas Biosafety Level-3 (BSL-3), di laboratorium yang benar-benar steril. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- Kecewa Kena PHP Ivan Gunawan, Ibu Peminjam Duit: Kirain Orang Baik, Ternyata Munafik
- Nasib Maxride di Yogyakarta di Ujung Tanduk: Izin Tak Jelas, Terancam Dilarang
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
- Gibran Dicap Langgar Privasi Saat Geledah Tas Murid Perempuan, Ternyata Ini Faktanya
Pilihan
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
Terkini
-
Kekayaan Mardiono yang Terpilih Jadi Ketum PPP, Tembus Triliun di LHKPN
-
Sosok Muhammad Mardiono, Klaim Terpilih Ketum PPP di Tengah Kericuhan Muktamar
-
Cuaca Ekstrem Hari Ini: BMKG Beri Peringatan Dini Hujan Lebat dan Petir di Kota-Kota Ini!
-
Nyaris Jadi Korban Perampasan, Wanita Ini Bongkar Dugaan Kongkalikong 'Polisi' dengan Debt Collector
-
Sebut Produksi Jagung Melesat, Titiek Soeharto Ungkap Andil Polri soal Swasembada Pangan
-
Mardiono Ungkap Kericuhan di Muktamar X PPP Akibatkan Korban Luka yang Dilarikan ke Rumah Sakit
-
Muktamar X PPP: Mardiono Akui Konflik Internal Jadi Biang Kegagalan di Pemilu 2024
-
Baru Hari Pertama Muktamar X PPP, Mardiono Sudah Menang Secara Aklamasi
-
Solid! Suara dari Ujung Barat dan Timur Indonesia Kompak Pilih Mardiono di Muktamar X PPP
-
Bukan Kader, tapi Provokator? PPP Curiga Ada Penyusup yang Tunggangi Kericuhan Muktamar X