Suara.com - Presidium MAFINDO, Anita Ashvini Wahid mengatakan polarisasi politik masih tidak bisa dilepaskan dalam permasalahn terkait bantuan sosial untuk warga terdampak Covid-29. Bahkan menurutnya, polarisasi politik juga telah menjalar menjadi masalah penanganan Covid-19 secara umum.
Hal tersebut disampaikan oleh putri ketiga Abdurrahman Wahid (Gusdur) itu dalam Syndicat Forum Online yang disiarkan secara virtual melalui akun Youtube PARA Syndicate.
"Bagaimana sebenarnya polarisasi politik ini masih sangat ikut gitu di dalam permasalahan-permasalahan ini. Nggak cuma soal bansos aja tapi juga masalah penanganan Covid secara umum. Memang kalau saya melihatnya memang tidak hanya masalah politik ini dikait-kaitan dengan Covid, tetapi memang pemerintah meng-handle permasalahan ini sangat distracted oleh hal-hal yang politis sifatnya," tutur kata Anita, Minggu (17/5/2020).
Anita berujar adanya polarisasi politik tersebut mengakibatkan penyelesaian penanganan Covid-19 menjadi tidak fokus. Ia menagatakam yang terjadi justru fokus terbagi dengan saling menyalahkan dan menegaskan kebijakam antara pusat dan daerah.
"Hal-hal seperti itu memang sebenarnya ya memang ada gitu. Polarisasi politik itu ada cuma permasalahannya adalah pemerintah mengizinkan hal tersebut mengalihkan perhatian mereka dari isu yang sebenarnya. Pemerintah tuh jadi gak fokus untuk menyelesaikan tapi malah ngurusin yang politis," ujar Anita.
Menurit Anita, dalam sebuah kondisi semisal penanganan Covid-19, pihak-pihak yang memanfaatkan situasi untuk tujuan politis bakal selalu ada. Namun untuk mengatasi hal tersebut yang harus dilakukan pemerintah ialah tetap fokus terhadap isu yang sedang dihadapi, bukan justru larut ke dalam tujuan politis yang mereka mainkan.
"Tapi kuncinya justru di pemerintah adalah untuk membiarkan mereka bermain tapi fokus pemerintah tetap pada isunya. Nah ini yang tidak kita lihat," kata Anita.
Belakangan, Anita juga menyoroti sejumlah tagar yang menjadi trending topic di media sosial Twitter, salah satunya ialah #StopPolitikDitengahPandemi. Ia berujar timbulnya tagar tersebut berangkat dari kelelahan masyarakat melihat pemerintah. Ia pun meminta agar tidak lagi mengkaitkan persoalan kemanusiaan ke ranah politik
"Mbo ya sudah ini urusan kemanusiaan gitu, jangan dimasuki dengan area-area politik," kata Anita.
Baca Juga: Senin Besok Pasar Juwangi Boyolali Rapid Test Virus Corona Massal!
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Pemulihan Bencana Sumatra Butuh Rp51 Triliun, AHY: Fokus Utama Pulihkan Jalan dan Jembatan
-
Perayaan Hanukkah Berdarah di Bondi Beach: 9 Tewas, Diduga Target Komunitas Yahudi?
-
Horor di Bondi Beach: Penembakan Brutal di Pantai Ikonik Australia, 9 Orang Tewas
-
Tak Cukup di Jabar, TikToker Resbob Kini Resmi Dilaporkan ke Polda Metro Jaya
-
Harga Diri Bangsa vs Air Mata Korban Bencana Sumatera, Sosok Ini Sebut Donasi Asing Tak Penting
-
Tembus Proyek Strategis Nasional hingga Energi Hijau, Alumni UPN Angkatan 2002 Ini Banjir Apresiasi
-
PSI Tapsel Salurkan Bantuan ke Sangkunur, Sejumlah Desa Masih Terisolasi
-
Implementasi Pendidikan Gratis Pemprov Papua Tengah, SMKN 3 Mimika Kembalikan Seluruh Biaya
-
Boni Hargens: Reformasi Polri Harus Fokus pada Transformasi Budaya Institusional
-
Alarm Keras DPR ke Pemerintah: Jangan Denial Soal Bibit Siklon 93S, Tragedi Sumatra Cukup