Al Qaida adalah pelaku serangan teroris terburuk dalam sejarah AS pada September 2001, di mana saat itu mereka dipimpin oleh almarhum Osama Bin Laden.
Al Qaeda menerapkan aturan yang brutal ketika ia menguasai propinsi Falluja di Irak: mereka yang ketahuan merokok akan dipotong jarinya.
Sejak saat itu, Al Qaida menginspirasi kelompok teror di banyak negara, termasuk IS.
Meski beberapa individu melancarkan serangan teror, seperti yang dilakukan oleh seorang warga Arab Saudi, yang terinspirasi Al Qaida di Pensacola, Florida, pada Desember 2019, baik Al Qaida maupun ISIS hingga kini gagal membangun dukungan yang signifikan di antara warga AS.
Ini berlawanan dengan Eropa, di mana terdapat beberapa kota yang menjadi sarang simpatisan kelompok itu sejak tahun 1990an.
Selama berbulan-bulan, kepala intelijen negara-negara Barat telah memperingatkan bahwa Al Qaida tidak menghilang. Mereka hanya menunggu peluang yang tepat.
Tahun ini, baik Al Qaida maupun ISIS menyambut dampak buruk Covid-19 di AS dan Inggris.
Mereka mengatakan ini karena aksi dua negara tersebut di Timur Tengah. Namun, jumlah kasus positif virus corona di Iran kini lebih dari 175.000, dan Mesir kini melaporkan kenaikan jumlah kasus positif Covid-19 sekitar 2.000 setiap harinya.
Tantangan bagi intelijen Barat
Baca Juga: Mahasiswa Indonesia di Jerman: Lawan Rasisme dan Penindasan di Papua
Kini, kelompok buronan tersebut mencoba mencari persamaan dengan pendemo di AS yang memprotes kebrutalan polisi dan diskriminasi ras, namun mereka menyarankan pendemo untuk melakukan kekerasan.
Tentunya intervensi Al Qaida ini, jika diketahui oleh pendemo, mungkin tidak akan disambut baik.
Al Qaida adalah organisasi teroris terlarang yang menewaskan hampir 3.000 warga AS pada 11 September 2001. Kelompok ini juga bertekad untuk terus menyerang warga AS.
Haruskah lembaga antiterorisme AS khawatir soal ini? Dr Shiraz Maher, yang telah meneliti al-Qaida dan ideologinya selama 20 tahun, yakin bahwa kelompok ini ingin mengeksploitasi peluang yang tersedia sekarang.
"Sifat propaganda ini adalah, mereka selalu mencoba melebarkan jaringnya. Mereka hanya butuh menarik satu orang untuk mengklaim 'kampanye kami sukses'," kata Dr Maher.
"Itu adalah kesulitan besar yang dihadapi oleh lembaga intel dan penegak hukum Barat ketika mereka mencoba memitigasi ancaman seperti ini."
Berita Terkait
-
Mahasiswa Indonesia di Jerman: Lawan Rasisme dan Penindasan di Papua
-
Ngaku Lawan Rasisme, Starbucks Larang Karyawan Pakai Atribut BLM
-
Liga Inggris Restart Pekan Depan, Pemain Tampil Tanpa Nama di Jersey
-
Melirik Kepemimpinan Karismatik Martin Luther King Jr. Atasi Rasialisme
-
Semakin Parah, Jumlah Kasus Positif Corona di AS Tembus 2 Juta Orang
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Moisturizer Mengandung SPF untuk Usia 40 Tahun, Cegah Flek Hitam dan Penuaan
- PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
- 4 Mobil Bekas 50 Jutaan Muat 7-9 Orang, Nyaman Angkut Rombongan
- Daftar Mobil Bekas yang Harganya Paling Stabil di Pasaran
- 3 Pemain Naturalisasi Baru Timnas Indonesia untuk Piala Asia 2027 dan Piala Dunia 2030
Pilihan
-
Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
-
4 HP 5G Paling Murah November 2025, Spek Gahar Mulai dari Rp 2 Jutaan
-
6 HP Snapdragon dengan RAM 8 GB Paling Murah, Lancar untuk Gaming dan Multitasking Intens
-
Harga Emas di Pegadaian Stabil Tinggi Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Kompak Naik
-
PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
Terkini
-
Polemik Pahlawan Nasional: Soeharto Masuk Daftar 10 Nama yang akan Diumumkan Presiden Prabowo
-
Soeharto, Gus Dur, Hingga Marsinah Jadi Calon Pahlawan Nasional, Kapan Diumumkan?
-
Motif Pelaku Ledakan di SMAN 72: KPAI Sebut Dugaan Bullying hingga Faktor Lain
-
Siswa SMAN 72 Terapkan Pembelajaran Online 34 Hari untuk Redam Trauma Usai Ledakan
-
Garis Polisi di SMA 72 Dicabut, KPAI Fokus Pulihkan Trauma Ratusan Siswa dan Guru
-
IPW: Penetapan Tersangka Roy Suryo Cs Sesuai SOP
-
Tampang Sri Yuliana, Penculik Bocah Bilqis di Makassar, Ngaku Kasihan Korban Tak Punya Ortu
-
Anggaran Proyek Monumen Reog Ponorogo Dikorupsi?
-
Dijual Rp80 Juta ke Suku Anak Dalam Jambi, Terungkap Jejak Pilu Penculikan Bocah Bilqis
-
DPD RI Gaungkan Gerakan Green Democracy Lewat Fun Walk dan Penanaman Pohon Damar