Suara.com - Presiden PKS Mohamad Sohibul Iman menekankan pemerintah tidak boleh lagi bersikap biasa-biasa saja dalam menghadapi krisis yang terjadi sekarang.
Pemerintah, kata dia, harus memiliki kesadaran akan krisis (sense of crisis) dan kesadaran akan kesigapan bertindak (sense of urgency).
Sohibul menekankan bangsa ini membutuhkan hadirnya kepemimpinan bangsa yang mampu memberikan arah, bukan sekedar keluh kesah.
Selain itu, kata dia, kepemimpinan yang mampu menyalakan keyakinan bukan sekedar harapan. Kepemimpinan yang benar-benar bekerja, bukan sekedar retorika.
"Kepemimpinan yang mampu memberikan solusi bukan sekedar janji-janji. Republik ini membutuhkan pemimpin yang turun tangan menyelesaikan persoalan di lapangan, bukan justru sibuk cuci tangan dari kesalahan-kesalahan," kata Sohibul, baru-baru ini.
Ia menyebut dalam krisis, kebijakan publik seharusnya memenuhi tiga prasyarat utama, yakni harus tepat manfaat, tepat sasaran dan tepat waktu.
"Sayangnya, program-program pemerintah justru banyak yang tidak memenuhi ketiganya. Program pemerintah justru banyak yang tidak tepat manfaat, tidak tepat sasaran dan tidak tepat waktu dan bahkan patut diduga buruk dari aspek tata kelolanya (bad governance)," kata mantan wakil ketua DPR.
Sohibul mencontohkan program Kartu Prakerja. Ia mempertanyakan desain program tersebut diberikan untuk siapa dan apa manfaat pelatihan online bagi masyarakat terdampak dan UMKM.
"Apakah platform startup digital wajar menerima proyek sebesar ini atau justru ada konflik kepentingan dalam proyek ini? Apakah menu pelatihan online yang disediakan platform sesuai kebutuhan? Apakah tepat waktu di saat pandemi seperti saat ini?" kata dia.
Baca Juga: Menyimak Cerita Jokowi dan Ma'ruf Amin Soal Busana Adat yang Mereka Pakai
Ia menyebut dalam mendesain kebijakan publik tidak boleh asal-asalan atau hanya sekedar memenuhi janji kampanye politik. Sehingga program tersebut terlihat dipaksakan yang mengusik nalar publik dan tidak memberikan nilai manfaat yang optimal bagi kesejahteraan rakyat.
Sohibul juga menyoroti rendahnya serapan anggaran di kementerian atau lembaga justru saat krisis terjadi.
Hal ini, kata Sohibul, membuktikan birokrasi pemerintah tidak bekerja dengan baik.
"Serapan anggaran adalah indikator paling dasar apakah birokrasi itu bekerja atau tidak. Bagaimana mungkin kita dapat mengukur output dan outcome dari kinerja pemerintah jika membelanjakan uang saja pemerintah tidak mampu?" kata mantan rektor Universitas Paramadina.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
-
Cuma Mampu Kurangi Pengangguran 4.000 Orang, BPS Rilis Data yang Bikin Kening Prabowo Berkerut
-
Rugi Triliunan! Emiten Grup Djarum, Blibli PHK 270 Karyawan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
Terkini
-
Gubernur Riau Jadi Tersangka KPK! Kemendagri Siapkan Pengganti Sementara
-
Pramono Anung Rombak Birokrasi DKI: 1.842 Pejabat Baru, Janji Pelayanan Publik Lebih Baik
-
Gubernur Riau Jadi Tersangka, PKB Proses Status Kader Abdul Wahid Secara Internal
-
Raperda KTR DKI Disahkan! Ini Titik-Titik yang Dilarang untuk Merokok dan Jual Rokok
-
BNN Gerebek Kampung Bahari, 18 Orang Ditangkap di Tengah Perlawanan Sengit Jaringan Narkoba
-
KPK Kejar Korupsi Whoosh! Prabowo Tanggung Utang, Penyelidikan Jalan Terus?
-
Ahli Hukum Nilai Hak Terdakwa Dilanggar dalam Sidang Sengketa Tambang Nikel Halmahera Timur
-
Cak Imin Instruksikan BGN Gunakan Alat dan Bahan Pangan Lokal untuk MBG
-
MRT Siapkan TOD Medan Satria, Bakal Ubah Wajah Timur Jakarta
-
Masih Nunggak, Kejagung Sita Aset Musim Mas dan Permata Hijau Group