Suara.com - Sedikitnya 14 lumba-lumba mati dan terdampar di pantai pulau Mauritius, tempat sebuah kapal Jepang kandas pada Juli lalu, yang menumpahkan lebih dari 1.000 ton minyak.
Menyadur ABC News, Kamis (27/8/2020), selain 14 yang mati, beberapa lumbu-lumba lain terdampar dalam keadaan sakit parah.
Ahli lingkungan setempat, Sunil Dowarkasing, peristiwa matinya belasan lumba-lumba pada Rabu (26/8) ini merupakan fenomena yang belum pernah terjadi sebelumnya.
"Ini hari yang mengerikan. Kami melihat lumba-lumba ini berenang ke pantai dengan kesusahan dan kemudian mati," ujar Dowarkasing.
Mantan anggota parlemen ini menambahkan, kemungkinan besar masih banyak lumba-lumba yang mati di laut lepas.
Adapun pengujian akan dilakukan untuk menentukan penyebab kematian hewan mamalia cerdas yang terdampar di pantai.
"Saya pikir ada dua kemungkinan: mereka mati karena berton-ton bahan bakar yang tumpah di laut, atau mereka keracunan bahan berbahaya di haluan kapal yang tenggelam di lepas pantai," kata Dowarkasing.
"Kami khawatir tentang ini. Tumpahan minyak dan tenggelamnya haluan merusak apa yang dulunya merupakan kawasan terawat dengan baik di pulau kami," imbuhnya.
Kapal minyak MV Wakashio kandas di kawasan terumbu karang dekat pantai itmur Mauritius pada 25 Juli lalu.
Baca Juga: Bukan Kotak, Wujud Tempe Lumba-Lumba Ini Sukses Bikin Gemas
Akibat dihantam ombak berhari-hari, lambung kapal retak, hingga pada 6 Agustus, minyak mulai bocor ke perairan Mahebourg Lagoon, mengotori kawasan lahan basah yang dilindungi, hutan bakau, dan pulau kecil yang merupakan suaka burung dan satwa liar.
Kapal kemudian terbelah menjadi dua dan bagian haluan tenggelam ke dasar laut.
Kapten kapal dan perwira telah ditahan. Sementara sjeuah ini belum jelas diketahui penyebab tersesatnya MW Wakashio ini.
Kelompok lingkungan Greenpeace telah menyerukan penyelidikan terkait kasus tumpahan minyak dari kapal Jepang di pulau yang terletak di Samudra Hindia ini.
"Ini adalah hari yang sangat menyedihkan dan mengkhawatirkan bagi orang-orang Mauritius dan keanekaragaman hayati yang ada," ujar Happy Khambule, manajer kampanye iklim dan energi senior Greenpeace Afrika.
Damapk jangka panjanf dari tumpahan minyak, sambung Khambule, kemungkinan besar akan mempengaruhi paus, penyu, burung laut, dan sebagian besar kehidupan laut di daerah tersebut.
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
Terkini
-
Polisi Masih Dalami Sosok 'Bjorka' yang Ditangkap di Minahasa, Hacker Asli atau Peniru?
-
Rano Karno Sebut Penting Sedot Tinja 3 Tahun Sekali: Kalau Tidak bisa Meledak!
-
Korban Tewas Ponpes Al Khoziny Ambruk Jadi 14 Orang, Tim DVI Terus Identifikasi Santri Belasan Tahun
-
Diragukan Bjorka Asli, Dalih Polisi Ciduk WFH Pemuda Tak Lulus SMK yang Diklaim Bobol Data Bank
-
Viral Korban Kecelakaan Diduga Ditolak Puskesmas, Dibiarkan Tergeletak di Teras
-
Ombudsman RI Saran RUU Perampasan Aset Harus Perjelas Kerugian Akibat Korupsi dan Langgar HAM
-
Detik-detik Artis Keturunan Indonesia Ardell Aryana Disandera Tentara Israel saat Live TikTok
-
Rocky Gerung Pasang Badan Bebaskan Aktivis Kasus Demo Agustus: Mereka Bukan Kriminal!
-
Pastikan Serapan Anggaran MBG Membaik, Luhut: Menkeu Tak Perlu Ambil Anggaran yang Tak Terserap
-
Ngeri! Jakarta Masuk 5 Besar Kota dengan Udara Terburuk di Dunia