Suara.com - Anggota Komisi V DPR RI Ahmad Syaikhu memandang kebijakan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk membuat jalir sepeda di jalan tol justru dapat membahayakan keselamatan para pesepeda atau goweser itu sendiri.
Syaikhu menjelaskan mengapa jalur khusus sepeda di jalan tol itu berbahaya.
Salah satunya karena faktor angin kencang yang bisa saja membuat pesepeda oleng ketika menggowes sepedanya.
Mantan Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta yang pernah diajukan PKS ini menjelaskan, angin itu bisa berhembus dari segala arah, baik sisi depan, belakang, kiri, dan kanan.
"Kondisi ini bisa membuat pesepeda kehilangan keseimbangan. Sehingga dapat berakibat fatal yakni terjatuh atau tidak bisa mengendalikan sepedanya. Angin itu datang dari berbagai penjuru. Jika sedang bertiup kencang maka berpotensi membuat pesepeda oleng atau hilang keseimbangan," kata Syaikhu dalam keterangannya, Kamis (27/8/2020).
Bukan cuma membahayakan pesepeda, jalur khuss sepeda di jalan tol juga dinilai Syaikhu dapat merugikan penggguna kendaraan roda emapat atau lebih yang melintas. Apalagi jika kebijakan itu sampai harus menutup jalan tol meski pada jam dan hari tertentu, yakni Minggu pagi.
"Jelas ini akan merugikan pengguna jalan tol. Padahal mereka sudah membayar," kata Syaikhu.
Diberitakan sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan kembali berkeinginan membuat jalur sepeda khusus.
Kekinian Anies meminta untuk dilakukan penutupan jalan tol demi lintasan kendaraan ramah lingkungan itu.
Baca Juga: Anies Dituding Lakukan Pembunuhan Massal Jika Buka Jalur Sepeda di Tol
Permintaan ini disampaikan kepada Menteri PUPR Basoeki Hadimoeljono dalam surat permohonan nomor 297/-1.792.1 tentang pemanfaatan ruas jalan tol lingkar dalam (Cawang-Tanjung Priok).
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta Syafrin Liputo membenarkan soal permohonan ini.
Alasan Anies ingin jalan tol digunakan karena penggunaan sepeda di Ibu Kota kian meningkat tajam.
"Sebab itu, kami dari Pak Gubernur mengusulkan kepada Pak Menteri PUPR untuk disiapkan satu ruas tol, tepatnya mulai di Kebon Nanas sampai dengan ke arah Tanjung Priok," ujar Syafrin di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (26/8/2020).
Cuma Road Bike
Syafrin menjelaskan, nantinya jika permintaan ini diterima, jalan tol hanya ditutup pada hari Minggu mulai pukul 06.00-09.00 WIB.
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Asmara Berujung Maut di Cilincing: Pemuda Tewas Dihabisi Rekan Sendiri, Kamar Kos Banjir Darah!
-
Video Gibran Tak Suka Baca Buku Viral Lagi, Netizen Bandingkan dengan Bung Hatta
-
KPK Ungkap Kasus Korupsi Kuota Haji, Libatkan Hampir 400 Biro Perjalanan
-
Nabire Diguncang Gempa Berkali-kali, Jaringan Internet Langsung Alami Gangguan
-
KPK Sita Uang Hingga Mobil dan Tanah dari Dirut BPR Jepara Artha dalam Kasus Kredit Fiktif
-
Terungkap! Modus Oknum Kemenag Peras Ustaz Khalid Basalamah dalam Kasus Kuota Haji
-
PWNU DKI Ingatkan soal Transformasi PAM Jaya: Jangan Sampai Air Bersih Jadi Barang Dagangan
-
Satgas PKH Tertibkan Tambang Ilegal di Maluku Utara: 100 Hektar Hutan Disegel, Denda Menanti!
-
Diungkap KPK, Ustaz Khalid Basalamah Beralih dari Haji Furoda ke Khusus Gegara Dihasut Oknum Kemenag
-
KPK Ungkap Modus 'Pecah Kuota' Biro Haji: Sengaja Ciptakan Kelangkaan Demi Harga Mahal