Suara.com - Perusahaan pembuat pesawat komersial asal Prancis, Airbus meluncurkan tiga konsep visual untuk pesawat "tanpa emisi" yang akan ditenagai oleh hidrogen.
Menyadur The Straits Time, Selasa (22/9/2020) Airbus melakukan terbosoan tersebut sebagai upaya untuk menarik perhatian publik pada ambisi "zero emission" ketika pemerintah Eropa mendorong teknologi yang lebih bersih dalam rencana pemulihan pasca-Covid.
Airbus telah menetapkan tenggat waktu 2035 untuk mengoperasikan pesawat komersial bebas karbon, yang digambarkan oleh pembuat mesin seperti Safran sebagai rencana yang ambisius.
Konsep pesawat tersebut diberi nama ZEROe, mencakup konsep untuk dua pesawat yang tampak konvensional: mesin jet turbofan yang mampu membawa 120-200 orang lebih dari 2.000 mil laut (3.700 km) dan turboprop yang mampu membawa hingga 100 orang.
Tidak seperti pesawat biasa, mesin akan disesuaikan untuk membakar hidrogen cair yang disimpan di bagian belakang pesawat.
Ketiga konsep menggabungkan desain "badan sayap campuran" revolusioner yang mirip dengan yang dipresentasikan pada bulan Februari.
Pada saat yang sama, Airbus sedang mengerjakan sebuah demonstran, dengan hasil awal diharapkan pada tahun 2021.
"Demonstran akan memungkinkan kami untuk menilai arsitektur apa yang paling menjanjikan," kata Chief Technology Officer Airbus Grazia Vittadini dalam sebuah wawancara dikutip dari The Straits Time.
"Kami melihatnya berlaku untuk semua produk Airbus pada akhirnya." tambah Grazia.
Baca Juga: Tanpa Gejala, Menteri Keuangan Prancis Dinyatakan Positif Virus Corona
Grazia juga menambahkan bahwa untuk mencapai target pada 2035, Airbus perlu memilih teknologi pada 2025.
Para eksekutif industri lainnya mengatakan keputusan untuk menggunakan teknologi seperti itu dapat memakan waktu hingga 2040.
Tantangan yang akan dihadapi Airbus adalah menemukan cara untuk menyimpan hidrogen cair yang mudah menguap dengan aman selama penerbangan pada suhu yang sangat dingin.
Airbus menepis kekhawatiran bahwa hidrogen tidak aman dan menyerukan investasi besar-besaran dalam infrastruktur energi terbarukan.
Meskipun sudah dibahas sejak tahun 1970-an, hidrogen tetap terlalu mahal untuk digunakan secara luas. Para pendukung mengatakan investasi infrastruktur dan permintaan yang meningkat akan menurunkan biaya.
Sebagian besar hidrogen yang digunakan saat ini diekstraksi dari gas alam, yang menghasilkan emisi karbon.
Berita Terkait
Terpopuler
- 10 Sunscreen untuk Flek Hitam Terlaris di Shopee yang Bisa Kamu Coba
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- Lebih Murah dari Innova Zenix: 5 Mobil 7 Seater Kabin Lega Cocok untuk Liburan Keluarga Akhir Tahun
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- 7 Mobil 8 Seater Termurah untuk Keluarga, MPV hingga SUV Super Nyaman
Pilihan
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
-
Disebut Menteri Berbahaya, Menkeu Purbaya Langsung Skakmat Hasan Nasbi
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
Terkini
-
Kewenangannya Dicabut, Karen Agustiawan Klaim Tak Tahu Soal Penyewaan Tangki BBM Anak Riza Chalid
-
Babak Baru Skandal Whoosh: Pakar Hukum Desak KPK 'Seret' Jokowi ke Meja Pemeriksaan
-
Karen Agustiawan Ungkap Fakta TBBM Merak: Kunci Ketahanan Energi Nasional atau Ladang Korupsi?
-
Blok M Bangkit Lagi! Gubernur DKI Janjikan Sistem Parkir Satu Pintu, Minta Warga Naik Transum
-
KCIC Siap Bekerja Sama dengan KPK soal Dugaan Mark Up Anggaran Proyek Kereta Cepat Whoosh
-
Mendagri Tito Karnavian Buka-bukaan, Ini Biang Kerok Ekonomi 2 Daerah Amblas!
-
Sidang Kasus Korupsi Pertamina, Karen Agustiawan Ungkap Tekanan 2 Pejabat Soal Tangki Merak
-
Ultimatum Gubernur Pramono: Bongkar Tiang Monorel Mangkrak atau Pemprov DKI Turun Tangan!
-
Drama Grup WA 'Mas Menteri': Najelaa Shihab dan Kubu Nadiem Kompak Bantah, tapi Temuan Jaksa Beda
-
Karen Agustiawan Ungkap Pertemuan Pertama dengan Anak Riza Chalid di Kasus Korupsi Pertamina