Suara.com - Para tenaga kesehatan Indonesia mengirimkan surat terbuka kepada Presiden Joko Widodo dan pemimpin negara-negara pemilik hutan lainnya agar merespons pandemi Covid-19 dengan melakukan perlindungan hutan guna mencegah wabah baru dan asap kebakaran hutan dan lahan.
Dalam surat terbuka yang dibacakan dokter yang juga dosen Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Arif Wicaksono dalam Indonesia Forest Forum yang digelar secara daring diakses dari Jakarta, Kamis (24/9/2020), menyebutkan profesional tenaga kesehatan (nakes) Indonesia menyerukan para pemimpin di Indonesia, Malaysia, Brasil, Bolivia, dan Komisi Eropa untuk bertindak segera mencegah kebakaran hutan dan lahan sebagai bagian dari respons terhadap Covid-19.
Setiap tahun kebakaran hutan dan lahan menciptakan krisis lingkungan dan kesehatan masyarakat. Dan secara global, nyaris seluruh kejadian tersebut terjadi karena aktivitas manusia yang secara sengaja membuka lahan industri agrikultur, seperti kelapa sawit, peternakan, kedelai, dan kayu.
Tanpa pandemi, kebakaran sudah berdampak fatal bagi kesehatan. Terlebih lagi sekarang, kebakaran hutan, dan lahan berpotensi memperparah penyakit dan penularan Covid-19.
Asap kebakaran mengandung partikel berbahaya yang mencemari kualitas udara secara meluas, dan paparannya terbukti meningkatkan angka kematian akibat penyakit pernafasan sehingga memaksa orang untuk mengungsi.
Selain itu, ia menyebutkan tidak bisa lagi menambah beban sistem kesehatan kita dengan ancaman ganda pada paru-paru kita disebabkan Covid-19 dan karhutla. Gagal mencegah karhutla sejak dini dapat meningkatkan risiko terburuk Covid-19 pada banyak orang.
Selain itu, deforestasi juga terkait dengan kemunculan dan penyebaran wabah baru, seperti Ebola, Zika, dan penyakit zoonosis lainnya.
Deforestasi juga salah satu pendorong utama krisis iklim, dengan emisi karbon penjebak panas dan berkurangnya kapasitas hutan untuk menyerap karbon dioksida maka perubahan iklim yang muncul juga dapat menciptakan kondisi yang lebih "ideal" untuk penyebaran penyakit menular ke geografi yang baru.
Senior Public Health Advisor Yayasan Alam Sehat Lestari, dokter gigi Monica Nirmala, mengatakan di masa pandemi Covid-19 seperti ini, jika terjadi kabut asap kebakaran hutan dan lahan, maka akan semakin menambah beban berat rumah sakit. Kondisi tersebut menjadi "serangan ganda" bagi kesehatan masyarakat.
Baca Juga: Cek Fakta: Megawati Pidato di Podium Berlogo Palu Arit Didampingi Jokowi?
Kecenderungan masyarakat yang ada di lokasi rawan kebakaran ketika asap mulai muncul berdiam diri dalam rumah tertutup dengan penyejuk udara. Padahal, ia mengatakan kondisi ruang tertutup berpenyejuk udara dengan kondisi ramai orang di dalamnya dapat terjadi superspreader event jika salah satu ternyata sudah terinfeksi SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.
Dokter gigi itu mengatakan sektor kesehatan berada di hilir, yang mengatasi persoalan kesehatan dari dampak kerusakan lingkungan dan krisis iklim.
"Kami juga ingin menyuarakan agar yang di hulu juga bersama-sama mencari solusi untuk mengimplementasikan solusi berkelanjutan. Sehingga kami di hilir tak terus menanggung beban kesehatan dampak masalah ketidakseimbangan di hulu yang sebenarnya bisa di-address."
Ketua Satgas Covid-19 yang juga Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Doni Monardo mengatakan karthula yang terjadi 90 persen lebih dipicu karena intervensi manusia. Selain itu, 80 persen lahan bekas terbakar berubah menjadi kebun.
Pemadaman, menurut dia, bukan menjadi solusi mengatasi persoalan karhutla di Indonesia, karena selain mahal pemadaman menjadi sangat sulut dilakukan jika terjadi di lahan gambut. Karenanya langkah pencegahan karhutla menjadi prioritas yang dilakukan dengan pelibatan masyarakat. [Antara]
Berita Terkait
-
Purbaya Blak-blakan Kondisi RI Era Jokowi: Ekonomi Susah, Swasta Enggak Dikasih Ruang
-
Aplikasi AI Sebut Jokowi Bukan Alumnus UGM, Kampus Buka Suara
-
Alasan Eks Ajudan Jokowi Dipanggil Kejaksaan dalam Dugaan Pencucian Uang
-
Tak Main-main! PSI Riau Targetkan 60 Kursi di 2029, Sebut Jokowi akan Ikut Mengurus Partai
-
Polda Siapkan Gelar Perkara Khusus Kasus Ijazah Jokowi: Permintaan Roy Suryo Cs Jadi Pemicu?
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
Terkini
-
Bahlil Tepati Janji, Kirim Genset Hingga Tenda ke Warga Batang Toru & Pulihkan Infrastruktur Energi
-
Mendagri Tito Dampingi Presiden Prabowo Tinjau Banjir Langkat, Fokus Pemulihan Warga
-
Hadiri Final Soekarno Cup 2025 di Bali, Megawati Sampaikan Pesan Anak Muda Harus Dibina
-
Polisi Bongkar Perusak Kebun Teh Pangalengan Bandung, Anggota DPR Acungi Jempol: Harus Diusut Tuntas
-
Tragedi Kalibata Jadi Alarm: Polisi Ingatkan Penagihan Paksa Kendaraan di Jalan Tak Dibenarkan!
-
Bicara Soal Pencopotan Gus Yahya, Cholil Nafis: Bukan Soal Tambang, Tapi Indikasi Penetrasi Zionis
-
Tinjau Lokasi Pengungsian Langkat, Prabowo Pastikan Terus Pantau Pemulihan Bencana di Sumut
-
Trauma Usai Jadi Korban Amukan Matel! Kapolda Bantu Modal hingga Jamin Keamanan Pedagang Kalibata
-
Rapat Harian Gabungan Syuriyah-Tanfidziyah NU Putuskan Reposisi Pengurus, M Nuh Jadi Katib Aam
-
Pakar UIKA Dukung Anies Desak Status Bencana Nasional untuk Aceh dan Sumatera