Suara.com - Komisi III DPR mengkritisi Kapolri Jenderal Idham Azis terkait Peraturan Kapolri (Perkap) Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pengamanan Swakarsa. Penggunaan diksi Pam Swakarsa dianggap sensitif lantaran mengingatkan pada kejadian tahun 1998.
Anggota Komisi III Arteria Dahlan mengatakan pada zamannya, Pam Swakarsa juatru dikenal sebagai pihak yang kontra terhadap kelompok reformasi. Karena itu, kata Arteria, perlu sosialisasi dari kepolisian terhadap diksi Pam Swakarsa.
"Diksi Pam Swakarsa ini bagi kita-kita pak mengikuti dan mengalami peristiwa '98 pak, ini memang agak sensitif pak. Karena Pam Swakarsa zaman dahulu dipakai untuk menggebuk pak, aksi-aksi dan kegiatan demokrasi. Kalau dihadirkan kembali mungkin juga harus dilakukan sosialisasi yang lebih baik lagi," kata Arteria dalam rapat Komisi III dengan Kapolri, Rabu (30/9/2020).
Hal serupa juga diminta oleh Anggota Komisi III Habiburokhman. Ia juga mengingatkan agar jangan sampai Perkap terkait Pam Swakarsa malah mengulang seperti peristiwa tahun 1998.
"Soal konsep tentu kita menentang kalau Pam Swakarsa ini seperti '98 itu untuk melawan kelompok reformasi, sebagian bersenjata jelas ya. Kami juga waktu itu ada di lapangan, diblok Pam Swakarsa terjadi bentrokan dan lain lain sebagainya, itu konsep," kata dia.
Ia sekaligus meminta agar Kapolri dapat mencari opsi untuk mengganti nama Pam Swakarsa dengan istilah lain demi mengindari persepsi publik terhadap peristiwa masa lalu.
"Soal nama saya pikir alangkah banyak nama lain, kenapa harus pakai Pam Swakarsa?. Bisa pakai nama lain yang tidak menimbulkan trauma bagi kita," kata Haibuburokhman.
Berita Terkait
-
Sempat Mencekam! Warga Keroyok Pencuri Sapi di Sumsel Hingga Tewas
-
4 Fakta yang Ditemukan Komisi III Saat Tinjau Lokasi Kaburnya Napi WN China
-
Temukan Kejanggalan soal Kaburnya Napi Asal China, Desmond: Aneh bin Ajaib
-
Melongok Lokasi Napi China yang Kabur, Habiburokhman: Ngga Masuk Akal
-
Napi China Kabur, Komisi III DPR Semprot Kalapas: Emang Gak Diawasi?
Terpopuler
- 4 Link DANA Kaget Khusus Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cuan Rp 345 Ribu
- 7 Rekomendasi Parfum Terbaik untuk Pelari, Semakin Berkeringat Semakin Wangi
- Unggahan Putri Anne di Tengah Momen Pernikahan Amanda Manopo-Kenny Austin Curi Perhatian
- 8 Moisturizer Lokal Terbaik untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Solusi Flek Hitam
- 15 Kode Redeem FC Mobile Aktif 10 Oktober 2025: Segera Dapatkan Golden Goals & Asian Qualifier!
Pilihan
-
Grand Mall Bekasi Tutup, Netizen Cerita Kenangan Lawas: dari Beli Mainan Sampai Main di Aladdin
-
Jay Idzes Ngeluh, Kok Bisa-bisanya Diajak Podcast Jelang Timnas Indonesia vs Irak?
-
278 Hari Berlalu, Peringatan Media Asing Soal Borok Patrick Kluivert Mulai Jadi Kenyataan
-
10 HP dengan Kamera Terbaik Oktober 2025, Nomor Satu Bukan iPhone 17 Pro
-
Timnas Indonesia 57 Tahun Tanpa Kemenangan Lawan Irak, Saatnya Garuda Patahkan Kutukan?
Terkini
-
Tiga Notaris Jadi Saksi Kunci, KPK 'Kuliti' Skema Mafia Tanah Tol Sumatera
-
Tragedi Ponpes Al Khoziny: Identifikasi Korban Terus Berlanjut, 53 Jenazah Teridentifikasi!
-
Nobel Perdamaian 2025 Penuh Duri: Jejak Digital Pro-Israel Penerima Penghargaan Jadi Bumerang
-
Birokrasi Jadi Penghambat Ambisi Ekonomi Hijau Indonesia? MPR Usul Langkah Berani
-
Jejak Korupsi SPBU Ditelusuri, KPK dan BPK Periksa Eks Petinggi Pertamina
-
'Tsunami' Darat di Meksiko: 42 Tewas, Puluhan Hilang Ditelan Banjir Bandang Mengerikan
-
Prajurit TNI Gagalkan Aksi Begal dan Tabrak Lari di Tol Kebon Jeruk, 3 Motor Curian Diamankan
-
Di The Top Tourism Leaders Forum, Wamendagri Bima Bicara Pentingnya Diferensiasi Ekonomi Kreatif
-
KPK Bongkar Akal Bulus Korupsi Tol Trans Sumatera: Lahan 'Digoreng' Dulu, Negara Tekor Rp205 M
-
Buntut Tragedi Ponpes Al Khoziny, Golkar Desak Pesantren Dapat Jatah 20 Persen APBN