Di lain pihak, Wasekjend MUI Tengku Zulkarnain mengatakan pelaku perusakan Musala adalah orang sakit jiwa. Namun, ia tetap mendesak agar pihak kepolisian menuntaskan siapa aktor intelektualnya. Sebab, ia menemukan pola yang sama belakangan soal penyerangan terhadap Islam.
"Harus dituntaskan siapa aktor intelektualnya. Tidak mungkin keadaan yang beraturan ini tanpa ada yang merekayasa. Tidak mungkin terjadi begitu saja," jelasnya.
Menurut Tengku Zul, perlakuan tidak asing ke umat Islam pertama harus dikikis habis terlebih dahulu. Hal ini bisa diupayakan pemerintah lewat berbagai macam dialog, pendekatan. Ia mengatakan bahwa MUI tidak berwenang untuk menindak kejadian ini lantaran hanya punya wewenang mengurusi fatwa dan ceramah.
Dalam kesempatan tersebut, Tengku Zul mengaku terheran-heran karena selama ini yang diserang adalah orang Islam.
"Kita heran kenapa yang kena selalu orang Islam. Mana ada vandalisme gereja? Vandalisme kuil? Gak ada," ujarnya.
Lebih lanjut lagi, Wasekjend MUI ini juga menanggapi pernyataan Kapitra Ampera yang meminta agar jangan dulu disambungkan dengan PKI. Pasalnya, Tengku Zul mengatakan barangkali ada kemungkinan unsur PKI terlibat.
"Jangan bela PKI. Bagaimana pun komunis ideologi gak bisa ilang. Ini tidak menutup kemungkinan siapa yang membuat opini," kata Tengku.
Tengku Zulkarnain menuturkan bahwa dirinya sedang membentuk opini. Namun ia hanya mendesak agar polisi mengusut sampai dalam. Jangan hanya sekadar sebab dan pidananya apa. Pengusutan harus dilakukan sampai hal-hal yang bahkan belum pernah dilakukan.
"Bisa dicari sebabnya apa, siapa kawannya, dia dapat doktrin dari mana, situs yang dibaca apa? Islamophobia kah? kalau iya siapa yang nulis. Polisi harus mengejar siapa situs itu yang nulis. Bisa saja kan dibelakangnya ada apa. Bisa saja dia anti islam, komunis, atau orang yang tidak suka dengan NKRI, atau malah politisi busuk. Dalami itu," desak Tengku.
Baca Juga: 4 Fakta Aksi Vandalisme Satrio Tulis "Saya Kafir" di Musala Darussalam
Kapitta Ampera kepada Tengku Zulkarnain mengatakan bahwa jangan menuduh macam-macam dulu. Sebab, buktinya harus tetap dicari terlebih dahulu. Oleh sebab itu jangan membuat dan memancing opini yang bukan-bukan.
"Saya bilang harus buktikan, jangan menduduh, kita minta ke polisian. Mana buktinya kita cari," timpal Kapitra Ampera.
Lihat video selengkapnya disini.
Berita Terkait
Terpopuler
- 10 Sunscreen untuk Flek Hitam Terlaris di Shopee yang Bisa Kamu Coba
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- Lebih Murah dari Innova Zenix: 5 Mobil 7 Seater Kabin Lega Cocok untuk Liburan Keluarga Akhir Tahun
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- 7 Mobil 8 Seater Termurah untuk Keluarga, MPV hingga SUV Super Nyaman
Pilihan
-
Tukin Anak Buah Bahlil Naik 100 Persen, Menkeu Purbaya: Saya Nggak Tahu!
-
Menkeu Purbaya Mau Tangkap Pelaku Bisnis Thrifting
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
-
Disebut Menteri Berbahaya, Menkeu Purbaya Langsung Skakmat Hasan Nasbi
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
Terkini
-
Cuaca Hari Ini: Jakarta dan Sekitarnya Hujan Hingga Malam Hari
-
Kemenko PMK Kembangkan Sistem Berbasis AI untuk Pantau Layanan Anak Usia Dini
-
Revisi UU Penyiaran Disorot, Ahli: Era Digital Butuh Regulasi Waras dan KPI yang Kuat!
-
Diduga Lakukan Penggelapan Mobil Inventaris Kantor, Eks CEO dan Direktur Perusahaan Dipolisikan
-
Amerika Serikat dan Venezuela Memanas: Kapal Induk Dikerahkan ke Laut Karibia, Ini 5 Faktanya
-
Gempa Magnitudo 6,5 Leeward Island, BMKG: Tidak Ada Potensi Tsunami di Indonesia
-
Kewenangannya Dicabut, Karen Agustiawan Klaim Tak Tahu Soal Penyewaan Tangki BBM Anak Riza Chalid
-
Babak Baru Skandal Whoosh: Pakar Hukum Desak KPK 'Seret' Jokowi ke Meja Pemeriksaan
-
Karen Agustiawan Ungkap Fakta TBBM Merak: Kunci Ketahanan Energi Nasional atau Ladang Korupsi?
-
Blok M Bangkit Lagi! Gubernur DKI Janjikan Sistem Parkir Satu Pintu, Minta Warga Naik Transum