Suara.com - Tak lama setelah menjadi wakil gubernur Jakarta mendampingi Anies Baswedan, Sandiaga Uno mundur untuk kemudian maju menjadi calon wakil presiden berpasangan dengan Prabowo Subianto menghadapi pasangan Joko Widodo - Ma'ruf Amin.
Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno dikalahkan Jokowi - Ma'ruf Amin. Lama sekali Sandiaga Uno tak muncul di panggung politik nasional setelah kegagalan di pemilu presiden dan wakil presiden 2019.
Jelang pilkada serentak 2020, politikus yang juga pengusaha tersebut mengejutkan publik dengan kesediaan menjadi tim sukses bagi mantu Presiden Jokowi, Bobby Nasution, yang sedang maju ke pilkada Kota Medan, Sumatera Utara, berpasangan dengan kader Gerindra Aulia Rachman.
Sandiaga Uno kini juga sedang disiapkan untuk membantu pemenangan di pilkada Kota Solo. Dia akan menjadi juru kampanye bagi anak Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, yang maju ke bursa calon wali kota Solo berpasangan dengan Teguh Prakosa.
Membaca langkah politik Sandiaga Uno yang menjadi bagian timses mantu Jokowi di pilkada Kota Medan dan kini juga mau jadi juru kampanye anak Jokowi di pilkada Kota Solo, menurut pandangan analis politik dari lembaga Indo Strategi Research And Consulting Arif Nurul Imam yang disampaikan kepada Suara.com, Minggu (4/10/2020), tentu tak bisa lepas dari beberapa kepentingan.
Pertama, sebagai elit partai Gerindra, Sandiaga berkepentingan terhadap pasangan kandidat yang diusung partainya menang dalam bursa pilkada. Keduanya, baik anak dan menantu Jokowi kebetulan juga diusung Gerindra di pilkada dua kota itu.
"Dalam pembacaan ini, Sandiaga sedang memperjuangkan kepentingan partainya," kata Arif kepada Suara.com.
Kedua, mengingat pilkada Kota Medan dan Kota Solo yang diikuti menantu dan anak Presiden, keterlibatan Sandiaga menjadi juru kampanye tak bisa dibaca sekadar tugas partai.
Namun, menurut Arif, bisa jadi lebih dari itu, ada konsensus politik tertentu.
Baca Juga: Novel ke Sandiaga: dari Wagub Naik Derajat Jadi Cawapres Turun Jadi Jongos
Ini karena Sandiaga merupakan rival Jokowi dalam pemilu presiden 2019. Artinya, jika Sandiaga rela turun gelanggang menjadi juru kampanye, kata Arif, hampir pasti ada konsensus politik dengan Presiden.
Hal ini karena bergabungnya Sandiaga dalam tim pemenangan keluarga Presiden memiliki risiko politik yaitu ditinggal simpatisannya yang memilih dalam pemilu presiden 2019 sehingga hampir mustahil, bergabungnya Sandiaga dengan beragam resiko politiknya jika tak ada konsensus politik.
Konsensus politik atau kesepakatan politik yaitu kesepakatan yang sifatnya bisa pragmatis jangka pendek dan kesepakatan politik jangka panjang. Kepentingan jangka pendek bisa konsesi ekonomi politik, kepentingan jangka panjang misalnya, membangun kekuatan politik bersama.
Ketika ditanya apakah salah satu kepentingan Sandiaga agar bisa masuk ke kabinet pemerintah? Arif mengatakan, "salah satu kemungkinan demikian, tentu ada banyak jenis lainnya konsesi ekonomi politik."
Tag
Berita Terkait
-
Roy Suryo Klaim Kantongi Ijazah Palsu Jokowi Langsung dari KPU: Kami Berani Mati, Adili Jokowi!
-
Ramalan Rocky Gerung: 'Hantu' Ijazah Jokowi Bakal Teror Pemerintahan Prabowo Sampai 2029!
-
Malu-malu Umumkan Jokowi Jadi 'Bapak J', PSI Dicurigai Partai Tertutup: "Aneh Bila Belum Dipublish"
-
Sinyal Tersembunyi di Balik Pertemuan Jokowi-Ba'asyir, Rocky Gerung Bongkar Dugaan Manuver Ini
-
MDIS Buka Suara soal Ijazah Gibran, PSI: Hentikan Polemik Jika Niatnya Cari Kebenaran!
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
Terkini
-
Dolar Diramal Tembus Rp20.000, Ekonom Blak-blakan Kritik Kebijakan 'Bakar Uang' Menkeu
-
'Spill' Sikap NasDem: Swasembada Pangan Harga Mati, Siap Kawal dari Parlemen
-
Rocky Gerung 'Spill' Agenda Tersembunyi di Balik Pertemuan Jokowi dengan Abu Bakar Ba'asyir
-
Kriminalisasi Masyarakat Adat Penentang Tambang Ilegal PT Position, Jatam Ajukan Amicus Curiae
-
Drama PPP Belum Usai: Jateng Tolak SK Mardiono, 'Spill' Fakta Sebenarnya di Muktamar X
-
Horor MBG Terulang Lagi! Dinas KPKP Bongkar 'Dosa' Dapur Umum: SOP Diabaikan!
-
Jalani Kebijakan 'Koplaknomics', Ekonom Prediksi Indonesia Hadapi Ancaman Resesi dan Gejolak Sosial
-
Mensos Gus Ipul Bebas Tugaskan Staf Ahli yang Jadi Tersangka Korupsi Bansos di KPK
-
Detik-detik Bus DAMRI Ludes Terbakar di Tol Cikampek, Semua Penumpang Selamat
-
Titik Didih Krisis Puncak! Penutupan Belasan Tempat Wisata KLH Picu PHK Massal, Mulyadi Geram