Suara.com - Sekitar 200 demonstran yang menuntut pemerintah Pakistan memutuskan hubungan dengan Prancis ditangkap ketika melakukan aksi di kota Rawalpindi.
Menyadur Gulf News, Selasa (17/11/2020) aksi protes tersebut diselenggarakan di kota Rawalpindi yang dipimpin oleh ulama radikal dan pemimpin Tehreek-e-Labbaik Pakistan (TLP) Khadim Hussain Rizvi.
Para demonstran menuntut agar pemerintah Pakistan memutus hubungan diplomatik dengan Prancis menentang pencetakan karikatur menghujat yang menggambarkan Nabi Muhammad.
Unjuk rasa diikuti oleh sekitar 4.000 orang yang menuntut untuk diizinkan berada di kedutaan Prancis di Islamabad dan memulangkan duta besar Prancis. Pemerintah sejauh ini menolak untuk menerima tuntutan apa pun, namun mengizinkan mereka untuk melakukan protes.
Unjuk rasa berubah ricuh pada Minggu malam waktu setempat ketika para demonstran berusaha menembus area kedutaan Prancis.
Lusinan polisi dan pengunjuk rasa terluka dalam bentrokan ketika polisi menggunakan gas air mata dan meriam air untuk membubarkan pengunjuk rasa yang melempari batu.
Akibat dari bentrokan tersebut, lebih dari 200 pengunjuk rasa ditangkap sejak Minggu, menurut laporan media lokal.
Untuk mencegah massa menuju area diplomatik, petugas memasang kontainer dan kawat berduri untuk memblokir semua rute utama menuju Islamabad. Akibatnya, lalu lintas menjadi macet dan pertokoan tutup.
Layanan telepon seluler juga ditangguhkan selama lebih dari 24 jam untuk mencegah pengunjuk rasa berkoordinasi dan menghasut kekerasan.
Baca Juga: Dijual Suami Rp 950 Ribu, Istri Digilir Empat Pria
"Situasi berubah menjadi ricuh di sini," ujar Ijaz Ahmed, seorang jurnalis yang berbasis di Islamabad, mengatakan kepada Anadolu Agency.
"Bentrokan berselang masih berlanjut karena pasukan keamanan berusaha menahan para pengunjuk rasa yang didakwa dengan menggunakan gas air mata dan meriam air," tambahnya.
Wakil Komisaris Islamabad, Hamza Shafqat, mengatakan bahwa otoritas kota berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga jalan tetap terbuka dan mendesak orang untuk menggunakan jalur alternatif.
Serangkaian aksi protes di Pakistan selama beberapa minggu terakhir merupakan bentuk tanggapan atas dukungan para pemimpin Prancis terhadap tindakan yang dianggap penistaan oleh umat Muslim dan memicu kemarahan umat Muslim di seluruh dunia. Supermarket dan bisnis besar di Pakistan juga mengikuti seruan untuk memboikot produk Prancis.
Perdana Menteri Imran Khan sebelumnya juga mengkritik Presiden Prancis Emmanuel Macron karena mendorong Islamofobia.
Dalam surat terbuka bulan lalu, Khan mendesak para pemimpin negara mayoritas Muslim "untuk bertindak secara kolektif untuk melawan Islamofobia yang berkembang di negara-negara non-Muslim."
Berita Terkait
Terpopuler
- Feri Amsari Singgung Pendidikan Gibran di Australia: Ijazah atau Cuma Sertifikat Bimbel?
- 7 Mobil Kecil Matic Murah untuk Keluarga Baru, Irit dan Perawatan Mudah
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 22 Oktober 2025, Dapatkan 1.500 Gems dan Player 110-113 Sekarang
- Pria Protes Beli Mie Instan Sekardus Tak Ada Bumbu Cabai, Respons Indomie Bikin Ngakak!
Pilihan
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
-
Heboh Kasus Ponpes Ditagih PBB hingga Diancam Garis Polisi, Menkeu Purbaya Bakal Lakukan Ini
Terkini
-
Jejak Korupsi Riza Chalid Sampai ke Bankir, Kejagung Periksa 7 Saksi Maraton
-
'Tidak Dikunci, tapi Juga Tidak Dipermudah,' Dilema MPR Sikapi Wacana Amandemen UUD 1945
-
Lisa Mariana Sumringah Tak Ditahan Polisi Usai Diperiksa Sebagai Tersangka: Aku Bisa Beraktivitas!
-
Menhut Klaim Karhutla Turun Signifikan di Tahun Pertama Pemerintahan Prabowo, Ini Kuncinya
-
'Apa Hebatnya Soeharto?' Sentilan Keras Politisi PDIP Soal Pemberian Gelar Pahlawan
-
Efek Jera Tak Mempan, DKI Jakarta Pilih 'Malu-maluin' Pembakar Sampah di Medsos
-
Menas Erwin Diduga 'Sunat' Uang Suap, Dipakai untuk Beli Rumah Pembalap Faryd Sungkar
-
RDF Plant Rorotan, Solusi Pengelolaan Sampah Ramah Lingkungan
-
KPK Cecar Eks Dirjen Perkebunan Kementan Soal Pengadaan Asam Semut
-
Buka Lahan Ilegal di Kawasan Konservasi Hutan, Wanita Ini Terancam 11 Tahun Bui