Suara.com - Selama hampir tiga dekade PBB berusaha merawat perdamaian yang rapuh di Sahara Barat. Kini sebuah pos perbatasan milik Maroko memicu eskalasi konflik dengan etnis Sahrawi yang kembali mengobarkan perang demi kemerdekaan.
Desing peluru dan letusan senjata api kembali menyalak di wilayah perbatasan antara Maroko dan Sahara Barat. PBB melaporkan pertempuran berlangsung sepanjang malam, pada Selasa (17/11).
Misi perdamaian PBB, MINURSO, mengklaim “terus mendapat laporan bahwa tembakan dilepaskan dari berbagai lokasi sepanjang malam,” kata juru bicara PBB Stephane Dujarric.
“Kami mendesak kedua pihak mengambil langkah yang diperlukan untuk meredakan ketegangan.”
Front Polisario mengklaim serangan teranyar terhadap militer Maroko menimbulkan kerugian besar usai mereka membombardir pos militer di perbatasan.
Namun kebenaran klaim tersebut tidak bisa dikonfirmasi. Sejak 1970an Maroko bertempur dengan Front Polisario demi menguasai Sahara Barat yang dihuni etnis Sahrawi.
Akhir pekan lalu, kelompok pimpinan Brahim Ghali itu secara resmi mengundurkan diri dari gencatan senjata yang berlangsung sejak 1991, menyusul operasi militer Maroko di perbatasan, Jumat (13/11).
Maroko sebaliknya menuduh Front Polisario bertanggungjawab atas eskalasi.
“Adalah sebuah ancaman jika Anda mengirimkan warga sipil bersenjata ke zona penyangga, jika Anda mengecek kendaraan dan melarang truk melintas,” kata Hamdi Ould Rachid, Gubernur Laayoune-Sakia el-Hamra, satu dari dua provinsi bentukan Maroko di Sahara Barat.
Baca Juga: Kewalahan Hadapi COVID-19, Raja Maroko Wacanakan Lockdown Total
Eskalasi konflik di Guerguerat
Percik api awalnya merambat dari sebuah pos perbatasan desa Guerguerat, yang terletak di perbatasan. Pos tersebut melindungi jalur penghubung utama antara Maroko dan Mauritania, meski melintasi wilayah yang dikuasai Polisario.
Pekan lalu kelompok tersebut menggelar aksi demonstrasi “damai” menentang pembangunan pos perbatasan.
Sebagai jawaban, militer Maroko melancarkan operasi keamanan pada Sabtu (14/11).
Pemerintah di Rabat menuduh Polisario memblokir jalur dagang tersebut. Buntutnya Front Polisario mendeklarasikan perang.
Mohamed Salem Ould Salek, Menteri Luar Negeri Republik Demokrasi Arab Sahrawi, mengatakan gencatan senjata yang diawasi PBB “adalah masa lalu.”
Tag
Terpopuler
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- 7 HP Samsung Seri A Turun Harga hingga Rp 1 Jutaan, Mana yang Paling Worth It?
Pilihan
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
Terkini
-
Eks Pejabat KPI Tepis Tudingan Jaksa Atur Penyewaan Kapal dan Ekspor Minyak
-
Diperiksa KPK Soal Korupsi Haji, Gus Yaqut Pilih Irit Bicara: Tanya Penyidik
-
Buka-bukaan Kerry Riza di Sidang: Terminal OTM Hentikan Ketergantungan Pasokan BBM dari Singapura
-
MBG Dinilai Efektif sebagai Instrumen Pengendali Harga
-
Ultimatum Keras Prabowo: Pejabat Tak Setia ke Rakyat Silakan Berhenti, Kita Copot!
-
Legislator DPR: YouTuber Ferry Irwandi Layak Diapresiasi Negara Lewat BPIP
-
Racun Sianida Akhiri Pertemanan, Mahasiswa di Jambi Divonis 17 Tahun Penjara
-
Ramai Narasi Perpol Lawan Putusan MK, Dinilai Tendensius dan Tak Berdasar
-
Jurus Prabowo Setop Wisata Bencana: Siapa Pejabat yang Disentil dan Mengapa Ini Terjadi?
-
Gus Yahya Ajak Warga Nahdliyin Bersatu Hadapi Tantangan, Terutama Bencana Sumatra