Suara.com - Politikus Arief Poyuono secara terang-terangan meminta Prabowo Subianto untuk mundur dari jabatannya sebagai Menteri Pertahanan.
Hal itu dia ungkapkan dalam acara Mata Najwa, Rabu (23/12/2020) malam. Sebelum meminta Prabowo untuk mundur dari kursi Menhan.
Namun, Arief pun mengaku dirinya menunggu pemecatan untuk hengkang dari Partai Gerindra.
"Belum dipecat. Sedang menunggu pemecatan dari Prabowo," ujar Arief, dikutip Suara.com dari kanal Youtube Mata Najwa.
Lebih lanjut, eks Wakil Ketua Umum Partai Gerindra ini menjelaskan alasannya meminta Prabowo untuk mundur dari Menhan.
Rupanya, Arief meminta Prabowo mundur karena adanya menteri dari kader Gerindra yaitu Edhy Prabowo yang tertangkap KPK atas kasus Korupsi.
Menurut dia, Prabowo seharusnya menegur untuk tidak korupsi apabila ingin mengabdi dengan Jokowi.
"Dimana pun yang mendapatkan izin ekspor benur lobster itu kan orang Gerindra paling banyak. Harusnya Pak Prabowo menegur," ujarnya.
Arief mengungkapkan seharusnya Prabowo bisa mengatur kader partainya untuk tidak melakukan korupsi.
Baca Juga: Prabowo-Sandi Gabung Pemerintah Jokowi: "Cebong dan Kampret Kecewa"
"Dia harusnya bisa dong memberesi barisan partainya," lanjutnya.
Namun menurut Arief, Prabowo telah gagal melakukan tugasnya sehingga harus mundur dari jabatan Menhan.
"Dia gagal. Kalau gagal ya harus mundur. Istilahnya malu lho ya, kita cuman punya dua menteri yang satu kena KPK. Lah, nanti Pak Prabowo pas rapat kabinet apa nggak malu ditanya Pak Jokowi," kata Arief.
Sebelumnya, Edhy Prabowo berhasil ditangkap KPK terkait kasus korupsi.
Edhy Prabowo merupakan Partai Gerindra. Dia bahkan bisa dibilang cukup dekat dengan Prabowo.
Edhy menjadi kader Gerindra yang menjabat sebagai Menteri KKP dan tertangkap KPK akibat ekspor benur lobster.
Berita Terkait
-
Prabowo-Sandi Gabung Pemerintah Jokowi: "Cebong dan Kampret Kecewa"
-
Fadli Zon Cs Disindir Nasdem: Jadi Menteri Mau, Tapi Gebuki Jokowi Juga Mau
-
Arief Poyuono Disentil Najwa Shihab: Dulu Pendukung Prabowo Sekarang Cebong
-
Prabowo-Sandi Masuk Kabinet, Bukti Tidak Ada Beda Prinsip di Politik RI
-
Sandiaga Uno Jadi Menparekraf, Fahri Hamzah Justru Kecewa dengan Prabowo
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 7 Rekomendasi HP Murah Memori Besar dan Kamera Bagus untuk Orang Tua, Harga 1 Jutaan
Pilihan
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
Terkini
-
Kondisi Terkini Pelaku Ledakan SMAN 72 Jakarta: Masih Lemas, Polisi Tunggu Lampu Hijau Dokter
-
Duka Longsor Cilacap: 16 Nyawa Melayang, BNPB Akui Peringatan Dini Bencana Masih Rapuh
-
Misteri Kematian Brigadir Esco: Istri Jadi Tersangka, Benarkah Ada Perwira 'W' Terlibat?
-
Semangat Hari Pahlawan, PLN Hadirkan Cahaya Bagi Masyarakat di Konawe Sulawesi Tenggara
-
Diduga Rusak Segel KPK, 3 Pramusaji Rumah Dinas Gubernur Riau Diperiksa
-
Stafsus BGN Tak Khawatir Anaknya Keracunan karena Ikut Dapat MBG: Alhamdulillah Aman
-
Heboh Tuduhan Ijazah Palsu Hakim MK Arsul Sani, MKD DPR Disebut Bakal Turun Tangan
-
Pemkab Jember Kebut Perbaikan Jalan di Ratusan Titik, Target Rampung Akhir 2025
-
Kejagung Geledah Sejumlah Rumah Petinggi Ditjen Pajak, Usut Dugaan Suap Tax Amnesty
-
Kepala BGN Soal Pernyataan Waka DPR: Program MBG Haram Tanpa Tenaga Paham Gizi