Suara.com - Seorang pelaut yang jatuh dari kapal berhasil bertahan hidup setelah tetap mengapung dengan bantuan "sampah di laut", demikian ungkap putranya.
Vidam Perevertilov, demikian nama pelaut itu, sempat terombang-ambing di laut selama 14 jam setelah dia terjatuh dari kapal barang tempatnya bekerja di Samudera Pasifik pada dini hari.
Saat jatuh ke laut, pria 52 tahun itu tidak memakai jaket pelampung. Dia lalu berinisiatif berenang menghampiri suatu "titik hitam" sejauh beberapa kilometer agar tidak mati tenggelam.
Benda yang dia hampiri itu ternyata sebuah bola pelampung bekas. Dia terus mengapungkan diri dengan "sampah laut" itu hingga datang tim penyelamat.
- Kisah Marzuki selamat dari tsunami: Tiga kali dikejar ombak, terlempar ke sawah hingga naik pohon
- Petani 75 tahun divonis bersalah usai tebang pohon jati yang ditanam sendiri, mengapa masalah tanah hanya sasar 'orang-orang kecil'?
- Dari sampah jadi produk jutaan rupiah: Cara masyarakat Pulau Lombok mengatasi limbah plastik
"Ia terlihat 20 tahun lebih tua dan sangat lelah, tapi yang penting ia masih hidup," kata putranya, Marat, kepada media Selandia Baru, Stuff.
Perevertilov merupakan kepala teknisi kapal barang Silver Supporter asal Lithuania, yang menempuh pelayaran mengantar barang dari pelabuhan Tauranga di Selandia Baru ke pulau terpencil Pitcairn milik Inggris.
Anaknya mengungkapkan, saat tugas piket di ruang mesin kapal, ayahnya merasa kepanasan dan pening. Dia lalu keluar menuju dek untuk memulihkan diri pada 16 Februari lalu sekitar pukul 4 pagi. Tak disangka, ia lalu jatuh ke laut.
Marat, yang mendapat rincian bagaimana ayahnya bertahan hidup dari layanan percakapan online, yakin ayahnya kemungkinan saat itu jatuh pingsan karena dia tidak ingat persis soal penyebab jatuhnya dari kapal.
Tidak sadar ada krunya yang jatuh ke laut, kapal itu tetap meluncur.
Baca Juga: Bikin Haru, Pelaut OKI Selama 46 Tahun Baru Jumpa Keluarga Karena Facebook
Setelah berjuang untuk tetap mengapung hingga matahari terbit, Perevertilov melihat bintik hitam di kejauhan dan langsung berenang menghampiri.
"Bukan kapal atau apapun, melainkan hanya potongan sampah laut," kata Marat mengenai bola pelampung yang sudah tidak terpakai itu.
Enam jam kemudian, rekan-rekan kerja Perevertilov baru sadar bahwa dia hilang. Saat itu kapten kapal memutuskan untuk putar balik mencarinya.
Menurut sejumlah laporan, para kru berupaya mencari dia dengan melihat catatan kerja Perevertilov. Dari situ tercatat bahwa dia terakhir di kapal sekitar pukul 4 pagi.
- 'Saya lolos dari maut dengan membaca ayat Quran'
- Pesenam Korea Utara berhasil membelot ke Korea Selatan karena sekrup longgar
- Sampah plastik dalam jumlah 'mengerikan' akan mencemari lingkungan pada 2040
- Tumpukan sampah mikroplastik dasar laut terbesar di dunia ditemukan
Koordinat kapal saat itu berada sekitar 400 mil laut di sebelah selatan Kepulauan Austral di Polinesia Prancis.
Panggilan darurat langsung dipancarkan kapal itu ke wilayah tersebut. Pesawat Angkatan Laut Prancis diterbangkan dari Tahiti untuk ikut mencari. Begitu pula tim dari dinas meteorologi Prancis mempelajari arah angin untuk mencari perkiraan koordinat keberadaan Perevertilov.
Pada akhirnya, pria itu justru berhasil ditemukan oleh kapal tempat ia bekerja.
Saat melihat kapal tersebut, Perevertilov langsung lambaikan tangan sambil berteriak. Yang luar biasa, salah satu penumpang kapal itu mendengar "ada teriakan lemah"
Lalu terlihat Perevertilov melambaikan tangan dan akhirnya dia berhasil diselamatkan.
"Keinginannya tetap bertahan hidup begitu kuat. Kalau saya kemungkinan bakal langsung tenggelam, namun ia selalu tetap menjaga kebugaran dan kesehatannya. Menurut saya, itu yang membuat ayah saya selamat," kata Marat.
Anda mungkin juga tertarik dengan tayangan di bawah ini...
Berita Terkait
-
Pilu! Dengar Kabar Anaknya Meninggal, Pelaut Nangis di Bandara Abu Dhabi
-
Viral! Momen Memilukan Pelaut Menangis di Bandara Abu Dhabi Usai Mendengar Anaknya Meninggal Dunia
-
Pelaut Indonesia Makin Kompetitif, Diburu Perusahaan Asing
-
Pelaku Usaha Pelayaran Sebut Pelaut Sering Hadapi Kesehatan Mental
-
PIS Buka Program Beasiswa Crewing Talent Scouting, Perkuat SDM Pelaut
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Terbaik untuk Anak Muda 2025: Irit Bensin, Stylish Dibawa Nongkrong
- 7 Rekomendasi Lipstik Mengandung SPF untuk Menutupi Bibir Hitam, Cocok Dipakai Sehari-hari
- Gibran Hadiri Acara Mancing Gratis di Bekasi, Netizen Heboh: Akhirnya Ketemu Jobdesk yang Pas!
- 7 Lipstik Halal dan Wudhu Friendly yang Aman Dipakai Sehari-hari, Harga Mulai Rp20 Ribuan
Pilihan
-
Jeje Koar-koar dan Bicara Omong Kosong, Eliano Reijnders Akhirnya Buka Suara
-
Saham TOBA Milik Opung Luhut Kebakaran, Aksi Jual Investor Marak
-
Isuzu Kenalkan Mesin yang Bisa Telan Beragam Bahan Bakar Terbarukan di JMS 2025
-
Pabrik Sepatu Merek Nike di Tangerang PHK 2.804 Karyawan
-
4 HP Baterai Jumbo Paling Murah mulai Rp 1 Jutaan, Cocok untuk Ojol!
Terkini
-
Mengapa Jakarta Selatan Kembali Terendam? Ini Penyebab 27 RT Alami Banjir Parah
-
Korupsi Pertamina Makin Panas: Pejabat Internal Hingga Direktur Perusahaan Jepang Diinterogasi
-
Mengapa Kemensos Gelontorkan Rp4 Miliar ke Semarang? Ini Penjelasan Gus Ipul soal Banjir Besar
-
Soal Progres Mobil Nasional, Istana: Sabar Dulu, Biar Ada Kejutan
-
Kenapa Pohon Tua di Jakarta Masih Jadi Ancaman Nyawa Saat Musim Hujan?
-
Tiba di Korea Selatan, Ini Agenda Presiden Prabowo di KTT APEC 2025
-
Wakapolri Ungkap Langkah Pembenahan Polri: Aktifkan Pamapta dan Modernisasi Pelayanan SPKT
-
Pernah Jadi Korban, Pramono Anung Desak Perbaikan Mesin Tap Transjakarta Bermasalah
-
Skandal Whoosh Memanas: KPK Konfirmasi Penyelidikan Korupsi, Petinggi KCIC akan Dipanggil
-
Formappi Nilai Proses Etik Lima Anggota DPR Nonaktif Jadi Ujian Independensi MKD