Suara.com - Dendam lama diyakini mendorong Eritrea mencampuri konflik di Etiopia. Atas undangan Addis Ababa, Eritrea perlahan memperluas wiayah teritorialnya di Tigray, dengan mengorbankan warga sipil.
Ketika Eritrea, salah satu negara paling represif di dunia, mengirimkan pasukannya melintasi kawasan perbatasan di utara Tigray, pemantau internasional dan warga lokal melaporkan salah satu delik kejahatan kemanusiaan paling kejam dalam perang saudara di Etiopia.
Tentara dari negeri jiran itu dituduh melakukan pembantaian di sejumlah lokasi, dan menyisakan kerusakan yang kian memanaskan konflik.
Eritrea adalah musuh bebuyutan Fron Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF). Partai yang memiliki angkatan perangnya sendiri itu menguasai politik Etiopia selama hampir tiga dekade, sebelum terdepak ketika Abiy Ahmed menjadi perdana menteri pada 2018.
Eritrea dan TPLF sempat menjalin koalisi pada 1991. Saat itu gerilayawan pemberontak Eritrea membantu TPLF menggusur diktatur Mengistu Hailemariam.
Tapi setelah Eritrea memerdekakan diri dari Etiopia pada 1993, kedua negara mulai bersitegang ihwal kawasan perbatasan dan jalur dagang.
Awal perpecahan
Pada Mei 1998, pemerintah di Asmara mengirimkan pasukan melintasi perbatasan dan menduduki kota Badme di Tigray.
Invasi itu disambut perlawanan oleh milisi TPLF, yang mendapat pasokan senjata dari pemerintah Etiopia.
Baca Juga: Ketahui Manfaat Biji Teff, Superfood dari Tanah Ethiopia
Pemilihan Abiy pada 2018 memicu perubahan dramatis dalam hubungan dengan jiran di utara.
Hanya dalam beberapa pekan, dia dan Presiden Isaias Afwerki menandatangani deklarasi damai. Perang yang menewaskan sekitar 80.000 orang itu berakhir pada Desember 2000.
Tapi kecurigaan dan rasa tidak percaya antara Eritrea dan TPLF menetap. Perjanjian damai yang dijalin Etiopia dan Eritrea menempatkan TPLF dalam posisi sulit, terapit di antara musuh di utara dan sekutu yang dianggap membelot di Addis Ababa.
Tapi perdamaian yang melambungkan nama Abiy sampai memenangkan Nobel Perdamaian pada 2019 itu membuahkan ketegangan baru dengan Tigray.
Sang perdana menteri melihat TPLF sebagai hambatan utama bagi kebijakan reformasinya.
TPLF akhirnya keluar dari pemerintahan setelah Abiy membubarkan koalisi dan menggelar pemilihan umum.
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Maarten Paes: Pertama (Kalahkan) Arab Saudi Lalu Irak, Lalu Kita Berpesta!
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
Terkini
-
Ngaku Pendukung Jokowi, Peserta Ini Disoraki di Tengah Diskusi Demokrasi
-
Viral Pria Unboxing Gas Elpiji 3 Kg, Sebut Dioplos Air Padahal Ini Fakta Ilmiahnya
-
Berhasil Identifikasi, 17 Jasad Santri Tragedi Ponpes Al Khoziny Diserahkan ke Keluarga
-
Lewat Modul P5, Literasi Jaminan Sosial Dinilai Bisa Ditanamkan Sejak Dini
-
TPG Triwulan III 2025 Cair! Guru Jam Mengajar di Bawah 12 JP Dapat Tunjangan?
-
Ketua GIPI Kritik RUU Kepariwisataan: Pemerintah Tak Pernah Anggap Penting Pariwisata
-
Pemerintah Sebut UU Pers Beri Jaminan Perlindungan Hukum Wartawan, Iwakum Sebut Ini
-
Menpar Widiyanti Targetkan Industri MICE Indonesia Susul Vietnam di Peringkat Global
-
Puji Kepemimpinan Gubernur Ahmad Luthfi, BGN Puji Jateng Paling Siap Jalankan Program Gizi Nasional
-
Jokowi 'Dikepung' Politik? Rocky Gerung Bongkar Alasan di Balik Manuver Prabowo-Gibran 2029