Suara.com - Warga Myanmar kini memiliki cara baru untuk menyampaikan aspirasi mereka menentang junta militer dan menuntut pembebasan Aung San Suu Kyi yakni dengan tato.
Menyadur Straits Times, Senin (15/3/2021) beberapa warga yang ikut aksi protes sejak 1 Februari membuat tato di tubuh mereka yang bertuliskan "Kebebasan dari Ketakutan" atau "Revolusi Musim Semi".
Bahkan ada yang membuat tato bergambar wajah pemimpin yang digulingkan Aung San Suu Kyi atau salam tiga jari sebagai bentuk protes.
Trend tato dengan tema dan tulis tersebut menjadi semakin populer sejak junta merebut kekuasaan pada 1 Februari, menurut sebuah salon tato di Myanmar.
Lebih dari 80 orang tewas dan 2.100 orang ditangkap oleh petugas polisi dan pasukan keamanan junta pada protes harian di seluruh wilayah, kata sebuah kelompok advokasi.
"Saya merasa seperti kehilangan masa depan ketika mendengar berita pada 1 Februari. Saya merasa sangat kesakitan dan saya tidak ingin melupakan rasa sakit itu selamanya," kata seorang wanita warga kota Yangon berusia 23 tahun yang ikut membuat tato.
Wanita yang tidak ingin disebutkan tersebut juga mengungkapkan bahwa dia membuat tato bertuliskan "Freedom from Fear" agar tidak akan pernah melupakan rasa sakit itu.
Selain itu ia juga ingin untuk menunjukkan kepada generasi yang lebih muda "bagaimana kita menyingkirkan sistem ini."
Banyak seniman tato memberikan jasa mereka secara gratis untuk menunjukkan solidaritas pada hari-hari setelah kudeta pada awal Februari.
Baca Juga: Ogah Gabung Junta, Lebih dari 200 Polisi Myanmar Melarikan Diri ke India
Setelah ada laporan bahwa beberapa di antara mereka ditangkap, banyak salon yang berusaha merahasiakannya meski terus menawarkan diskon besar.
"Mereka mengancam kami dengan senjata. Tapi revolusi kami tidak akan menang jika kami takut," kata seorang pelanggan di Yangon.
"Jadi kita harus menyingkirkan ketakutan semacam ini untuk menang dalam revolusi kita." sambungnya.
Para pemimpin Amerika Serikat dan beberapa sekutunya berjanji pada hari Jumat untuk bekerja sama memulihkan demokrasi di Myanmar.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Sekelas Honda Jazz untuk Mahasiswa yang Lebih Murah
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 26 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 13 November: Klaim Ribuan Gems dan FootyVerse 111-113
- 5 Pilihan Bedak Padat Wardah untuk Samarkan Garis Halus Usia 40-an, Harga Terjangkau
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman New Balance untuk Jalan Kaki Jauh
Pilihan
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
-
Menkeu Purbaya Ungkap Ada K/L yang Balikin Duit Rp3,5 T Gara-Gara Tak Sanggup Belanja!
-
Vinfast Serius Garap Pasar Indonesia, Ini Strategi di Tengah Gempuran Mobil China
Terkini
-
Tak Mau Renovasi! Ahmad Sahroni Pilih Robohkan Rumah Usai Dijarah Massa, Kenapa?
-
Borobudur Marathon 2025 Diikuti Peserta dari 38 Negara, Perputaran Ekonomi Diprediksi Di Atas Rp73 M
-
Langsung Ditangkap Polisi! Ini Tampang Pelaku yang Diduga Siksa dan Jadikan Pacar Komplotan Kriminal
-
Transfer Pusat Dipangkas, Pemkab Jember Andalkan PAD Untuk Kemandirian Fiskal
-
Pelaku Bom SMAN 72 Jakarta Dipindah Kamar, Polisi Segera Periksa Begitu Kondisi Pulih
-
Robohkan Rumah yang Dijarah hingga Rata Dengan Tanah, Ahmad Sahroni Sempat Ungkap Alasannya
-
Jelang Musda, Rizki Faisal Didukung Kader Hingga Ormas Pimpin Golkar Kepri
-
Hakim PN Palembang Raden Zaenal Arief Meninggal di Indekos, Kenapa?
-
Guru Besar UEU Kupas Tuntas Putusan MK 114/2025: Tidak Ada Larangan Polisi Menjabat di Luar Polri
-
MUI Tegaskan Domino Halal Selama Tanpa Unsur Perjudian