Suara.com - Polisi Myanmar membubarkan pelayat saat upacara pemakaman Thae Maung Maung berlangsung. Menyadur Insider Senin (29/03) aksi itu melukai beberapa pengunjung yang tak sempat menyelamatkan diri.
Thae Maung Maung adalah salah satu domenstran yang tewas di tangan aparat kala mempertahankan demokrasi di tanah kelahirannya. Pria 20 tahun ini meninggal hari Minggu (28/03).
Teman dan keluarga sedang berkumpul untuk upacara pemakamannya di kota Bago, dekat Yangon, ketika aparat mulai meletuskan tembakan untuk membubarkan para pelayat.
"Saat kami menyanyikan lagu revolusi untuknya, pasukan keamanan datang dan menembak kami," kata pelayat bernama Aye. "Orang-orang lari saat mereka melepaskan tembakan."
AP melaporkan bahwa pemakaman kini menjadi titik baru dalam protes Myanmar seperti yang terjadi pada upacara kematian Shwe Myint, demonstran yang ditembak mati oleh polisi pada hari Sabtu.
Kerumunan orang turun ke jalan dengan para pelayat meneriakkan slogan-slogan demokrasi dan memberikan hormat tiga jari, yang telah menjadi simbol pemberontakan terhadap junta militer.
Diperkirakan sekitar 114 orang tewas pada hari Sabtu yang kini disebut sebagai salah satu hari paling berdarah di Myanmar. Total. lebih dari 440 warga sipil dibunuh sejak kudeta dimulai.
Pada hari Sabtu, pelayat memberi penghormatan tiga jari pada peti mati Sai Wan Yan yang berusia 13 tahun. Bocah ini dibunuh oleh pasukan keamanan saat bermain di luar rumah.
Kekerasan ini meningkat saat perayaan Hari Angkatan Bersenjata militer Myanmar di mana parade diadakan di ibu kota Naypyitaw. Pada kesempatan itu, Min Aung Hlaing berkata akan melindungi rakyat dan berjuang demi demokrasi.
Baca Juga: Menentang Kudeta Myanmar, Rombongan Bikers Ini Nekat Turun ke Jalan
"Militer merayakan Hari Angkatan Bersenjata dengan melakukan pembunuhan massal terhadap orang-orang yang seharusnya dibelanya," cuit Tom Andrews, pelapor khusus HAM PBB di Myanmar.
Andrews menambahkan sumber pendanaan junta, termasuk pendapatan minyak dan gas juga akses senjata harus segara dihentikan. Komentar kecaman atau keprihatinan "terdengar hampa" untuk situasi saat ini.
Berita Terkait
Terpopuler
- Kumpulan Prompt Siap Pakai untuk Membuat Miniatur AI Foto Keluarga hingga Diri Sendiri
- Terjawab Teka-teki Apakah Thijs Dallinga Punya Keturunan Indonesia
- Bakal Bersinar? Mees Hilgers Akan Dilatih Eks Barcelona, Bayern dan AC Milan
- Gerhana Bulan Langka 7 September 2025: Cara Lihat dan Jadwal Blood Moon Se-Indo dari WIB-WIT
- Geger Foto Menhut Raja Juli Main Domino Bareng Eks Tersangka Pembalakan Liar, Begini Klarifikasinya
Pilihan
-
Nomor 13 di Timnas Indonesia: Bisakah Mauro Zijlstra Ulangi Kejayaan Si Piton?
-
Dari 'Sepupu Raisa' Jadi Bintang Podcast: Kenalan Sama Duo Kocak Mario Caesar dan Niky Putra
-
CORE Indonesia: Sri Mulyani Disayang Pasar, Purbaya Punya PR Berat
-
Sri Mulyani Menteri Terbaik Dunia yang 'Dibuang' Prabowo
-
Surat Wasiat dari Bandung: Saat 'Baby Blues' Bukan Cuma Rewel Biasa dan Jadi Alarm Bahaya
Terkini
-
Benarkah 'Era Jokowi' Sudah Usai? 5 Fakta Reshuffle Prabowo, Diawali Depak Sri Mulyani
-
Kompolnas: Etik Tak Cukup, Kasus Kematian Ojol Affan Kurniawan Harus Diproses Pidana
-
21 Tahun Kasus Munir: Komnas HAM Periksa 18 Saksi, Kapan Dalang Utama Terungkap?
-
CEK FAKTA: Klaim Prabowo Pindahkan 150 Ribu TKI dari Malaysia ke Jepang
-
Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
-
Deadline 2026! Pemerintah Kejar Target Kemiskinan Ekstrem: Daerah Wajib Lakukan Ini...
-
Baru Dilantik Prabowo, Kekayaan Menteri P2MI Mukhtarudin Capai Rp 17,9 Miliar
-
Pesan Terbuka Ferry Irwandi ke Jenderal: Tidak Lari, Tidak Takut, Tidak Diam
-
CEK FAKTA: Video Jurnalis Australia Ditembak Polisi Indonesia
-
Dito Ariotedjo Dicopot dari Menpora, Bahlil Langsung Setor Nama Pengganti, Puteri Komarudin?