Suara.com - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) RI merekomendasikan adanya dialog damai sebagai strategi penyelesaian siklus kekerasan serta masalah lainnya di Papua.
Selain itu, pemerintah juga disarankan dapat memberikan kepastian untuk proses penegakan hukum yang transparans dan adil.
Komisioner Komnas HAM Beka Ulung Hapsara mengatakan upaya dialog damai tersebut bisa dilakukan pemerintah untuk menyelesaikan beragam isu yang terjadi di Bumi Cenderawasih, termasuk soal hak ulayat.
Menurutnya, pemerintah terkadang lupa dengan hak Papua atas keberadaan alam di sana yang menjadi mata pencaharian warga asli Papua. Akan tetapi, hutan-hutan di sana kerap disulap menjadi perkebunan sawit.
"Ini tentu saja melindungi hak ulayat yang memang sehari-hari menggantungkan hidupnya kepada hutan tapi hutannya berganti perkebunan," kata Beka dalam sebuah diskusi daring, Kamis (6/5/2021).
Kemudian, Komnas HAM RI juga merekomendasikan kepada pemerintah untuk memastikan bahwa proses penegakan hukum berjalan secara fair dan transparan kepada semua pihak yang diduga bersalah.
Penegakan hukum kata dia, bukan hanya berlaku kepada Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) saja tetapi juga kepada aparat TNI/Polri yang memang bersalah kemudian membawa korban masyarakat biasa.
"Saya kira itu juga harus diberi sanksi dan dihukum. Tidak hanya berkonsentrasi pada KKB saja," tuturnya.
Sementara itu, rekomendasi Komnas HAM RI lainnya ialah menjalankan mekanisme Undang-undang Otonomi Khusus (UU Otsus) untuk penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM di masa lalu.
Baca Juga: CEK FAKTA: Komnas HAM Boneka Keluarga Cendana dan Lindungi Teroris Papua?
Serta pemerintah juga disarankan dapat memberikan pemulihan korban pelanggaran HAM berat dengan membangun kebijakan dan mekanismenya.
Berita Terkait
-
Sore Ini, Panglima TNI dan Kapolri akan Berkunjung ke Papua
-
Kembali ke NKRI, Anggota KKB Papua Malah Tertembak Senjatanya Sendiri!
-
Mimika Aman dari Gangguan KKB Papua, Kapolres: Tetap Jangan Lengah
-
Klaim Banyak Anggota KKB Bertobat, Kapolda Papua: Mereka Kembali ke NKRI
-
CEK FAKTA: Komnas HAM Boneka Keluarga Cendana dan Lindungi Teroris Papua?
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
Terbongkar! Bisnis Pakaian Bekas Ilegal Rp669 M di Bali Libatkan Warga Korsel, Ada Bakteri Bahaya
-
Mendagri Tegaskan Peran Komite Eksekutif Otsus Papua: Sinkronisasi Program Pusat dan Daerah
-
Prabowo ke Menteri: Tenang Saja Kalau Dimaki Rakyat, Itu Risiko Pohon Tinggi Kena Angin
-
Bahlil Lapor ke Prabowo Soal Energi Pasca-Bencana: Insyaallah Aman Bapak
-
Manuver Kapolri, Aturan Jabatan Sipil Polisi akan Dimasukkan ke Revisi UU Polri
-
KPK Geledah Rumah Plt Gubernur Riau, Uang Tunai dan Dolar Disita
-
Bersama Kemendes, BNPT Sebut Pencegahan Terorisme Tidak Bisa Dilaksanakan Melalui Aktor Tunggal
-
Bareskrim Bongkar Kasus Impor Ilegal Pakaian Bekas, Total Transaksi Tembus Rp668 Miliar
-
Kasus DJKA: KPK Tahan PPK BTP Medan Muhammad Chusnul, Diduga Terima Duit Rp12 Miliar
-
Pemerintah Aceh Kirim Surat ke PBB Minta Bantuan, Begini Respons Mendagri