Suara.com - Dokter di India kewalahan menghadapi warganya yang menggunakan kotoran sapi sebagai alternatif mengobati Covid-19. Menyadur Asia One Selasa (11/05), warga India menyakini kotoran sapi bisa menangkal Covid-19 dan mereka membaluri tubuh dengan kotoran itu secara rutin.
Para dokter mengatakan tidak ada penelitian ilmiah yang bisa membuktikan keefektifan itu. Sementara itu, kotoran sapi juga berisiko menyebarkan penyakit lain yang melemahkan pasien.
Di Gujarat, India barat, beberapa orang pergi ke tempat penampungan sapi seminggu sekali untuk menutupi tubuh mereka dengan kotoran sapi dan air kencing dengan harapan bisa menangkal virus corona.
Dalam agama Hindu, sapi adalah simbol suci tentang kehidupan dan bumi. Selama berabad-abad, umat Hindu menggunakan kotoran sapi untuk membersihkan rumah mereka dan untuk ritual karena dipercaya memiliki khasiat terapeutik dan antiseptik.
"Kami melihat, bahkan dokter datang ke sini. Mereka yakin bahwa terapi ini meningkatkan kekebalan dan dapat pergi dan merawat pasien tanpa rasa takut," kata Gautam Manilal Borisa, manajer asosiasi perusahaan farmasi.
Biasanya, peserta menunggu kotoran dan campuran urin di tubuh mereka mengering, lalu memeluk atau menghormati sapi di tempat penampungan dan berlatih yoga untuk meningkatkan tingkat energi. Terapi ditutup dengan mandi susu atau buttermilk.
Dokter dan ilmuwan di India dan di seluruh dunia telah berulang kali memperingatkan agar tidak mempraktikkan pengobatan alternatif untuk Covid-19 dan mengatakan hal ini dapat menyebabkan rasa aman yang salah dan memperumit masalah kesehatan.
"Tidak ada bukti ilmiah yang konkret bahwa kotoran sapi atau urin berfungsi untuk meningkatkan kekebalan terhadap Covid-19. Ini sepenuhnya didasarkan pada keyakinan," kata Dr JA Jayalal, presiden nasional di Indian Medical Association.
Pandemi virus corona telah menyebabkan kehancuran di India, dengan 22,66 juta kasus dan 246.116 kematian yang dilaporkan sejauh ini.
Baca Juga: Waduh! Sebagian Warga India Percaya Mandi Kotoran Sapi Bisa Kebal Corona
Para ahli mengatakan jumlah sebenarnya bisa lima hingga 10 kali lebih tinggi dengan warga berjuang mendapatkan tempat tidur di rumah sakit, oksigen dan obat-obatan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 7 Rekomendasi HP Murah Memori Besar dan Kamera Bagus untuk Orang Tua, Harga 1 Jutaan
Pilihan
-
Permintaan Pertamax Turbo Meningkat, Pertamina Lakukan Impor
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
Terkini
-
Warga Muara Angke Habiskan Rp1 Juta Sebulan untuk Air, PAM Jaya Janji Alirkan Air Pipa Tahun Depan
-
Drama Baru Kasus Ijazah Palsu Jokowi: Roy Suryo Cs Gandeng 4 Ahli, Siapa Saja Mereka?
-
MK Larang Polisi Aktif di Jabatan Sipil, Bagaimana Ketua KPK? Ini Penjelasan KPK!
-
Pertikaian Berdarah Gegerkan Condet, Satu Tewas Ditusuk di Leher
-
DPR Kejar Target Sahkan RKUHAP Hari Ini, Koalisi Sipil Laporkan 11 Anggota Dewan ke MKD
-
Siswa SMP di Tangsel Tewas Akibat Perundungan, Menteri PPPA: Usut Tuntas!
-
Klarifikasi: DPR dan Persagi Sepakat Soal Tenaga Ahli Gizi di Program MBG Pasca 'Salah Ucap'
-
Kondisi Terkini Pelaku Ledakan SMAN 72 Jakarta: Masih Lemas, Polisi Tunggu Lampu Hijau Dokter
-
Duka Longsor Cilacap: 16 Nyawa Melayang, BNPB Akui Peringatan Dini Bencana Masih Rapuh
-
Misteri Kematian Brigadir Esco: Istri Jadi Tersangka, Benarkah Ada Perwira 'W' Terlibat?