Suara.com - Tatkala jumlah kasus positif covid-19 di Indonesia terus beranjak naik, perkampungan masyarakat adat Baduy, Kabupaten Lebak, Banten, justru masih nihil. Bagaimana mereka bisa bertahan di tengah kepungan wabah?
Faisal Irfani, jurnalis untuk projectmultatuli.org, membuat reportase mengenai kisah masyarakat adat Baduy yang mampu membendung pandemi virus corona agar tak berbiak di wilayah mereka.
Namun, berdasarkan hasil repotase, warga Baduy—sebagaimana masyarakat adat lainnya—tetap berada dalam kerentanan pada masa pandemi. Pemerintah, diharapkan bisa meningkatkan mitigasi serta pengawasan, agar Baduy tetap tak terjamah covid-19.
Berikut laporan lengkap tentang masyarakat Baduy yang mempertahankan hidup dan kehidupan mereka di tengah ganasnya wabah covid-19. Artikel ini lebih dulu diterbitkan pada laman projectmultatuli.org, dengan judul "Bagaimana Baduy Bisa Bebas dari Covid-19?"
SINAR MATAHARI tidak begitu cerah tatkala saya menginjakkan kaki di Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, Banten, 3 Mei 2021. Desa masih terlihat sepi, hanya ada beberapa toko kelontong yang buka, juga satu-dua mobil pengangkut sayur dan buah yang melintas melewati area dekat pintu masuk yang luasnya setara dengan lapangan sepakbola.
Di antara kesunyian itu, Zaenal berdiri dengan raut wajah yang cukup antusias. Tak lama usai saya mematikan sepeda motor, ia bergegas menghampiri dan menanyakan maksud kedatangan di Kanekes.
“Mau liburan, Bang?” tanyanya tanpa berbasa-basi. “Bisa saya antar masuk ke dalam. Kebetulan masih sepi, jadi lebih enak,” ia buru-buru melanjutkan.
Saya belum merespons sambutannya. Rasa letih masih menyelimuti sekujur tubuh. Perjalanan kurang lebih lima jam dari Jakarta dengan sepeda motor bikin badan kaku dan pegal. Terpaan debu jalan dan angin pegunungan juga bikin terkantuk-kantuk. Setelah sedikit melemaskan badan, barulah saya mengatakan tujuan pagi itu.
Zaenal mengangguk paham seraya memberi tahu bahwa sosok yang biasa bertugas melayani kepentingan jurnalis tengah mengikuti sesi pertemuan dengan warga dan tokoh desa. Saya pun diminta menunggu.
Baca Juga: Asal Usul Seba Baduy, Tradisi Ratusan Tahun Sejak Kesultanan Banten
“Mari saya antar ke dalam dulu, biar nanti bisa istirahat sebentar sambil ngopi,” ajaknya ramah.
Zaenal bekerja sebagai pemandu wisata, usianya 30-an tahun. Ia lahir dan besar di Desa Kanekes, sekaligus menjadi bagian dari masyarakat adat Baduy Luar, yang menjadi tujuan kedatangan saya pagi itu. Langkah kakinya begitu lincah melewati satu demi satu tanjakan, menuju tempat peristirahatan, sementara saya cukup kerepotan mengatur napas.
Sekira 15 menit berjalan kaki, kami akhirnya tiba di tujuan. Pemandangan begitu asri. Angin berhembus tak terlalu kencang, membikin daun-daun pepohonan mengeluarkan bunyi yang meneduhkan. Tepat di depan saya, belasan warga tengah berkumpul di balai adat. Sebagian bercengkerama, sebagian lagi tak henti-hentinya menyeruput kopi dan mengisap batang rokok.
Pandemi yang memukul Indonesia selama setahun lebih membuat saya terbiasa menyaksikan rutinitas manusia menggunakan masker. Tapi, di balai adat itu, yang tersaji justru kebalikannya: masker tak hadir di tengah masyarakat. Saya cukup tertegun, dan sejurus kemudian melontarkan pertanyaan kepada Zaenal, yang juga tak mengenakan masker sepanjang kami bersua.
“Kenapa enggak pada pakai masker, Bang?” kata saya. “Wah, di sini, mah, enggak ada Covid-19. Masih nol sejak tahun kemarin. Makanya warga pada biasa aja,” ia menjawab.
Antisipasi adalah Kunci
Tag
Berita Terkait
-
Sembilan Pasien Covid-19 di Aceh Meninggal, Total Jadi 524 Orang
-
Meningkat, Warga Aceh Barat Positif Corona Bertambah Tujuh Orang
-
Klaster Covid-19 Kampung Jokowi, Sejumlah Warga Dipulangkan
-
Dokter, ASN dan Agen Properti Tersangka Jual Vaksin Covid-19 Ilegal
-
Risiko Kematian Pasien Covid-19 Kritis di Afrika Sangat Tinggi
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- 9 Mobil Bekas dengan Rem Paling Pakem untuk Keamanan Pengguna Harian
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
Pilihan
-
Kelangsungan Usaha Tidak Jelas, Saham Toba Pulp Lestari (INRU) Digembok BEI Usai Titah Prabowo
-
Satu Calon Pelatih Timnas Indonesia Tak Hadiri Proses Wawancara PSSI, Siapa?
-
5 HP Tahan Air Paling Murah untuk Keamanan Maksimal bagi Pencinta Traveling
-
Rupiah Dijamin Stabil di Akhir Tahun, Ini Obat Kuatnya
-
Kehabisan Gas dan Bahan Baku, Dapur MBG Aceh Bertahan dengan Menu Lokal
Terkini
-
Wafat di Pesawat Usai Tolak Tambang Emas, Kematian Wabup Sangihe Helmud Hontong Kembali Bergema
-
PLN Pastikan Kesiapan SPKLU Lewat EVenture Menjelang Natal 2025 & Tahun Baru 2026
-
Soal Polemik Perpol Baru, Kapolri Dinilai Taat Konstitusi dan Perkuat Putusan MK
-
Kritik Penunjukan Eks Tim Mawar Untung sebagai Dirut Antam, KontraS: Negara Abai Rekam Jejak HAM!
-
Mendagri Tito Serahkan Bantuan untuk Warga Terdampak Bencana di Sumbar
-
Detik-Detik Pengendara Motor Tewas Tertabrak Bus Minitrans di Pakubuwono Jaksel
-
Jawab Kritik Rektor Paramadina, Wamendiktisaintek Tegaskan Fokus Pemerintah Bukan Kuota PTN
-
Korsleting Dominasi Kasus Kebakaran Jakarta, Pengamat: Listriknya 'Spanyol', Separuh Nyolong!
-
Operasi Senyap KPK di Banten, Lima Orang Terjaring OTT Semalam
-
Waspada Cuaca Ekstrem, Distamhut DKI Pangkas 69 Ribu Pohon Rawan