Suara.com - Duka mendalam tengah menyelimuti keluarga besar RSUD Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat, sebab salah satu dokter terbaik meninggal dunia akibat Covid-19.
Dokter muda asal Papua, dr Nydia Ayomi, menghembuskan nafas terakhir pada pada Kamis, (15/7) setelah berjuang melawan Covid-19. Kematian putri Papua itu meninggalkan duka mendalam bagi masyarakat Wondama.
“Kami sangat kehilangan sekali," kata Direktur RSUD Teluk Wondama, dr Yoce Kurniawan, usai rapat Satgas Covid-19 di Gedung Sasana Karya, kantor Bupati Teluk Wondama di Isei, Jumat (16/7/2021).
Ayomi sehari-hari bertugas sebagai dokter jaga di Unit Gawat Darurat RSUD Teluk Wondama di Wasior. Meski tidak masuk dalam tim isolasi untuk penanganan pasien Covid-19, posisinya sebagai dokter jaga UGD membuat dia hampir setiap waktu bersentuhan langsung dengan orang-orang yang terinfeksi virus corona.
“Karena UGD itu pintu masuk semua pasien termasuk yang terinfeksi Covid-19 datang untuk mendapatkan pelayanan medis," ujar Kurniawan.
Tuntutan pelayanan itulah yang membuat Nidya akhirnya terpapar Covid-19. Saat terkonfirmasi positif, dokter kelahiran 1991 itu tengah hamil tujuh bulan.
Sempat isolasi mandiri selama tiga hari, kesehatan Ayomi tak kunjung membaik. Kehadiran riwayat hipertensi berat membuat kondisinya semakin buruk sehingga harus masuk peraawatan di ruang isolasi. Dua hari di ruang isolasi belum juga ada tanda-tanda membaik. Gejalanya semakin berat meskipun telah diberikan oksigen tekanan tinggi.
Tim dokter kemudian memutuskan merujuk dia ke luar Wondama mengingat kondisinya yang tengah hamil besar sementara di RSUD Teluk Wondama sedang tidak ada dokter kandungan.
“Kehamilan itulah yang membuat kami merujuk yang bersangkutan ke Manokwari, ibukota Provinsi Papua Barat untuk mendapatkan pelayanan maksimal. Karena selain hamil yang bersangkutan juga sedang terpapar Covid-19 berat dan dengan oksigen dosis tinggipun masih belum cukup,” ujar Kurniawan.
Baca Juga: Viral, Juara Puteri Indonesia Papua Barat Tegur Pemuda Main Petasan di Wisata Merapi
Sempat kesulitan mendapatkan RS di Manokwari dan Jayapura karena sudah penuh, Ayomi akhirnya mendapatkan tempat perawatan di salah satu rumah sakit di Biak, Provinsi Papua.
Dua hari setelah masuk rumah sakit di Biak, tim dokter setempat lantas memutuskan mengoperasi caesar untuk menyelamatkan bayinya. Operasi berjalan lancar. Seorang bayi laki-laki dengan berat 1,3 kg lahir dengan selamat. Namun sang bayi harus dirawat di inkubator karena lahir prematur. “Sekarang sang bayi diawasi ketat di sana," kata Kurniawan.
Kelahiran sang buah hati sempat membuat kondisi Ayomi membaik. Sehari pasca operasi caesar, anak pertama dari pasangan Darmono Kis dan Betsiana Ayomi ini menunjukkan tanda-tanda pemulihan.
Ia bisa membuka mata, mengangkat tangan dan mengerti apa yang ditanyakan kepadanya. Bahkan bisa mengecek handpone sendiri.
“Tapi besok paginya menurun drastis dan akhirnya meninggal di RS Biak pada hari Kamis malam (15/7). Anaknya masih selamat, dan mudah-mudahan selamat karena itu pengikat mereka berdua kan,” kata Juru Bicara Satgas Covid-19 Wondama itu.
Kepergian Ayomi untuk selamanya membuat petugas medis di RSUD Teluk Wondama juga masyarakat Wondama secara umum merasakan kehilangan besar.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Body Lotion dengan Kolagen untuk Usia 50-an, Kulit Kencang dan Halus
- 8 Bedak Translucent untuk Usia 50-an, Wajah Jadi Flawless dan Natural
- Sepatu On Cloud Ori Berapa Harganya? Cek 5 Rekomendasi Paling Empuk buat Harian
- 6 Sabun Cuci Muka dengan Kolagen agar Kulit Tetap Kenyal dan Awet Muda
- 5 Sepatu Lari Rp300 Ribuan di Sports Station, Promo Akhir Tahun
Pilihan
-
Stok BBM Shell Mulai Tersedia, Cek Lokasi SPBU dan Harganya
-
Kekuatan Tersembunyi Mangrove: Bisakah Jadi Solusi Iklim Jangka Panjang?
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
Terkini
-
Darurat yang Tak Bisa Lagi Diabaikan: Kekerasan di Sekolah Terus Berulang, Siapa yang Lalai?
-
Lumpur Rendam RSUD Aceh Tamiang: Momen Pilu Dokter Menangis di Tengah Obat-obatan yang Rusak Parah
-
Menhub: 119,5 Juta Pemudik Siap Bergerak, Puncak Mudik Nataru Diprediksi H-1 Natal
-
Amarah Prabowo di Rapat Bencana: Bupati Umrah Saat Daerahnya Tenggelam
-
Perlindungan Anak di Medsos: Menkomdigi Tegaskan Sanksi untuk Platform, Bukan Orang Tua
-
Ratusan Korban Datangi Rumah Bos WO di Jaktim, Polisi: Situasi Sempat Memanas
-
DPR 'Sentil' Komdigi: Bantuan Triliunan Rupiah Pemerintah Jangan Kalah Viral dari Donasi Rp10 M!
-
Iqbal PKS Desak Pemerintah Tetapkan Status Bencana Nasional: Jangan Hitung-hitungan dengan Rakyat
-
Perusahaan Didesak Alihkan Dana CSR untuk Korban Banjir, Tapi Jangan Ada Iklan Terselubung
-
Hari Ini KLH Panggil PT TPL hingga PTPN III Terkait Banjir di DAS Batang Toru