Suara.com - Alaska diguncang gempa berkekuatan 8,2 skala Richter pada Rabu (28/7/2021) malam waktu setempat hingga memicu peringatan tsunami.
Menyadur New York Post Kamis (29/7/2021), Survei Geologi AS (USGS) mengatakan gempa terjadi pada pukul 10.15 malam waktu setempat dan berada di kedalaman 35 km.
Gempa tersebut melanda sekitar 91 km arah timur-tenggara Perryville, sekitar 800 km dari Anchorage, kota terbesar Alaska.
Pusat Peringatan Tsunami Nasional AS (NTWC) mengeluarkan peringatan untuk bagian selatan Alaska dan daerah pesisir Pasifik dari Hinchinbrook.
Gubernur Alaska Mike Dunleavy menugaskan pusat operasi darurat dan pihak berwenang untuk menghubungi masyarakat di daerah peringatan tsunami.
Dave Snider, koordinator peringatan tsunami di NTWC, mengatakan kepada Reuters bahwa dampak dari gempa tersebut tidak akan merambat ke negara bagian AS lain.
"Mungkin ada beberapa kerusakan kecil di beberapa tempat (di Alaska)," kata Snider.
Belum ada laporan mengenai kerusakan atau korban akibat gempa tersebut. Reuters melaporkan sirene peringatan tsunami sempat terdengar di Kodiak, Alaska.
Snider menjelaskan negara bagian California, Oregon Washington, dan provinsi British Columbia di Kanada, diperkirakan tidak akan terancam gempa tersebut.
Baca Juga: Coba Lari di Atas Lautan Pakai Roda Hamster, Pria AS Ini Akhirnya Terdampar Lagi
Pusat Peringatan Tsunami Pasifik kemudian membatalkan peringatan yang dikeluarkan untuk Hawaii dan wilayah Pasifik AS di Guam.
Lembaga penyiaran publik Jepang, NHK, mengatakan tidak ada risiko bagi Jepang dari gempa tersebut. Pihak berwenang di Selandia Baru juga mengatakan tidak ada ancaman di daerah pesisirnya.
Menurut USGS, setelah gempa terjadi, ada lebih dari 25 gempa susulan di wilayah tersebut, dua gempa berkekuatan sekitar 6,0 skala Ritcher.
Data USGS mengungkapkan jika gempa yang baru saja terjadi itu adalah salah satu yang terbesar dalam sejarah gempa di Alaska sejak tahun 1938.
Gempa tersebut juga merupakan gempa terbesar di Amerika Utara sejak gempa Alaska berkekuatan 8,7 skala Ritcher pada tahun 1965, menurut data USGS.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Rp80 Jutaan: Dari Si Paling Awet Sampai yang Paling Nyaman
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
- Timur Kapadze Tolak Timnas Indonesia karena Komposisi Pemain
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- 19 Kode Redeem FC Mobile 5 Desember 2025: Klaim Matthus 115 dan 1.000 Rank Up Gratis
Pilihan
-
Kekuatan Tersembunyi Mangrove: Bisakah Jadi Solusi Iklim Jangka Panjang?
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
Terkini
-
Jalan Lintas Pidie Jaya - Bireuen Aceh Kembali Lumpuh Diterjang Banjir Minggu Dini Hari
-
Feminist Jakarta Serukan Negara Tanggung Jawab Atas Femisida dan Kerusakan Lingkungan
-
Bahlil dan Raja Juli Serang Balik Cak Imin Usai Suruh Taubat 3 Menteri, Pengamat: Dia Ngajak Perang!
-
Rapat Darurat Hambalang: Prabowo Ultimatum Listrik Sumatera Nyala 2 Hari, Jalur BBM Wajib Tembus
-
Prabowo Beri Hasto Amnesti, Habiburokhman: Agar Hukum Tak Jadi Alat Balas Dendam Politik
-
Johan Budi Dukung Abolisi dan Amnesti Tom Lembong - Ira Puspadewi, Tapi Kritisi Untuk Hasto
-
Waspada Rob! Malam Minggu Pluit dan Marunda Masih Tergenang, BPBD DKI Jakarta Kebut Penyedotan Air
-
Habiburokhman Bela Zulhas yang Dituding Rusak Hutan hingga Bencana Sumatera: Agak Lucu Melihatnya!
-
Gebrakan Mendagri Tito untuk Geopark Disambut Baik Ahli: Kunci Sukses di Tangan Pemda
-
Darurat Kekerasan Sekolah! DPRD DKI Pastikan Perda Anti Bullying Jadi Prioritas 2026