Selama bertahun-tahun, BKA telah menggunakan perangkat lunak pengawasan buatan internalnya sendiri, tetapi software ini rumit dan ketinggalan zaman, itulah sebabnya pihak berwenang Jerman itu beralih ke NSO.
Pegasus memanfaatkan kerentanan dalam sistem keamanan smartphone, ibaratnya untuk membuka kotak Pandora peangkat pengawasan yang melanggar privasi. Yang lebih meresahkan lagi adalah, tidak diketahui siapa yang menjadi sasaran pemerintah di seluruh dunia yang telah membeli alat tersebut.
Pada bulan Juli, sebuah konsorsium organisasi media berita termasuk Die Zeit melaporkan penyalahgunaan ekstensif teknologi, yang datanya iambil dari daftar target potensial pada tahun 2016 yang mencakup lebih dari 50.000 nomor telepon.
Target tersebut antara lain para aktivis hak asasi manusia, jurnalis dan pengacara serta selusin kepala negara, beberapa menteri pemerintah dan diplomat senior. Analisis teknis ponsel beberapa orang yang dijadikan target, mengungkapkan ponsel mereka telah berhasil diretas menggunakan perangkat lunak Pegasus.
Bagaimana reaksi Jerman?
Anggota parlemen Partai Hijau Konstantin von Notz menyebutnya sebagai "mimpi buruk bagi supremasi hukum." Dia menuntut "klarifikasi penuh" dari pemerintah federal tentang siapa yang "secara khusus bertanggung jawab atas pembelian dan penggunaan perangkat lunak pengintai ini."
Frank Überall, ketua Asosiasi Jurnalis Jerman, mengatakan serikat pekerja ingin tahu "apakah jurnalis dimata-matai tanpa sepengetahuan mereka, apakah sumber mereka masih aman."
Überall menyebut tindakan BKA "tidak dapat dipahami" dan menambahkan Menteri Dalam Negeri Horst Seehofer harus memaparkan secara terbuka, apa tujuan dari program mata-mata tersebut.
Baca Juga: Bantai Israel, Denmark Kian Dekat Amankan Tiket Piala Dunia 2022
Berita Terkait
-
Bantai Israel, Denmark Kian Dekat Amankan Tiket Piala Dunia 2022
-
Israel Kecolongan, Enam Warga Palestina Berhasil Kabur dari Penjara Lewat Terowongan
-
Sayed Sadaat: Eks Menteri Afghanistan yang Jadi Kurir Makanan di Jerman
-
6 Tahanan Palestina Kabur dari Penjara Israel, Gali Terowongan Pakai Sendok
-
Bayi Kembar Siam Sukses Jalani Operasi Pemisahan di Rumah Sakit Israel
Terpopuler
- 6 Rekomendasi Mobil Bekas Kabin Luas di Bawah 90 Juta, Nyaman dan Bertenaga
- 4 Daftar Mobil Bekas Pertama yang Aman dan Mudah Dikendalikan Pemula
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 6 Shio Ini Diramal Paling Beruntung dan Makmur Pada 11 Desember 2025, Cek Kamu Salah Satunya?
- Kode Redeem FC Mobile 10 Desember 2025: Siap Klaim Nedved dan Gems Melimpah untuk Player F2P
Pilihan
-
CERPEN: Liak
-
Rencana KBMI I Dihapus, OJK Minta Bank-bank Kecil Jangan Terburu-buru!
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
Terkini
-
Pramono Anung Bahas Peluang Siswa SDN Kalibaru 01 Cilincing Kembali Sekolah Normal Pekan Depan
-
Cuma Boleh Pegang HP 4 Jam, Siswa Sekolah Rakyat: Bosen Banget, Tapi Jadi Fokus Belajar
-
Legislator DPR Minta Perusak Hutan Penyebab Banjir Sumatra Disanksi Pidana
-
Farhan Minta Warga Tak Terprovokasi Ujaran Kebencian Resbob, Polda Jabar Mulai Profiling Akun Pelaku
-
Banjir Jakarta Hari Ini: Pela Mampang dan Cilandak Terendam 60 Cm, Warga Diimbau Waspada
-
Misteri Sekeluarga Tewas di Tol Tegal: Mesin Mati AC Nyala, Pengemudi Sempat Tolak Bantuan Medis
-
Marak Kepala Daerah Kena OTT, Golkar Serukan Evaluasi Total Sistem Seleksi Pemimpin
-
Revolusi Digital GM FKPPI: Kaderisasi Kini Berbasis AI, Fokus Cetak Kualitas
-
Genangan Air di Jeruk Purut Bikin Transjakarta Rute 6T Dialihkan, Cek Titik yang Tak Disinggahi
-
Wacana Penunjukan Langsung Dinilai Tak Demokratis, FPIR: Bahaya Kapolri Ditunjuk Langsung Presiden