PBB memperingatkan bahwa pembekuan aset Afghanistan di luar negeri senilai sekitar 10 miliar dolar AS (sekitar Rp 145 triliun) --untuk menjauhkannya dari tangan Taliban-- akan menyebabkan "kemerosotan ekonomi yang parah" dan dapat mendorong jutaan lagi warga Afghanistan ke dalam kemiskinan dan kelaparan.
Tanpa lebih banyak dana untuk negara itu, krisis dapat "membuat Afghanistan mundur selama beberapa generasi," kata Lyons.
“Perekonomian harus dibiarkan bernapas selama beberapa bulan lagi, memberi Taliban kesempatan untuk menunjukkan fleksibilitas dan keinginan tulus untuk melakukan hal-hal yang berbeda kali ini, terutama dari perspektif hak asasi manusia, gender, dan kontraterorisme,” kata Lyons kepada Dewan Keamanan PBB yang beranggotakan 15 negara itu.
Pemerintahan Taliban sebelumnya digulingkan oleh invasi pimpinan AS setelah serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat, yang didalangi oleh para pemimpin Al Qaida yang berbasis di Afghanistan.
Barat memandang aset Afghanistan di luar negeri sebagai tuas kunci untuk menekan Taliban. Pemerintahan Presiden AS Joe Biden tidak memiliki rencana untuk melepaskan miliaran emas Afghanistan, investasi, dan cadangan mata uang asing yang telah dibekukan.
Banyak kritikus telah meminta pimpinan Taliban untuk menghidupkan kembali ekonomi, yang menghadapi keruntuhan di tengah inflasi yang tajam dan kekurangan pangan.
Seorang menteri Taliban mengatakan pemerintah baru ingin berhubungan dengan pemerintah negara-negara di kawasan maupun Barat serta bekerja sama dengan organisasi bantuan internasional.
Tetapi, para analis mengatakan susunan Kabinet yang diumumkan oleh kelompok itu minggu ini bisa menghambat pemberian pengakuan oleh Barat.
Para menteri semuanya terdiri dari laki-laki dan termasuk kelompok garis keras Islam dan individu yang diburu oleh Amerika Serikat atas tuduhan terorisme.
Baca Juga: Dua Wartawan Dipukuli dalam Tahanan Usai Liput Demo di Kabul
Para wanita memprotes di Kabul pada Selasa (7/9) untuk menentang pemerintah baru.
Lyons mengatakan organisasi nonpemerintah yang mendukung perempuan menjadi sasaran, kebebasan perempuan dibatasi, dan Departemen Urusan Perempuan yang didukung AS dibubarkan di seluruh negeri.
"Kami menerima laporan yang meningkat di mana Taliban melarang perempuan tampil di tempat umum tanpa pendamping laki-laki dan mencegah perempuan bekerja. Mereka membatasi akses anak perempuan ke pendidikan di beberapa daerah," katanya kepada Dewan Keamanan.
Seorang editor surat kabar mengatakan dua wartawannya dipukuli dalam tahanan polisi minggu ini setelah meliput protes perempuan di Kabul. Di kota itu, mereka ditahan oleh Taliban.
Zaki Daryabi, pendiri dan pemimpin redaksi surat kabar Etilaat Roz, berbagi gambar di media sosial yang memperlihatkan dua wartawan laki-laki yang mengalami cedera.
Salah satu wartawan terlihat mengalami memar lebar dan merah di punggung bagian bawah. Wartawan satunya mengalami memar di bagian bahu dan lengannya.
Berita Terkait
-
Dua Wartawan Dipukuli dalam Tahanan Usai Liput Demo di Kabul
-
Liput Aksi Protes Perempuan Afghanistan, Taliban Aniaya Dua Wartawan hingga Babak Belur
-
Evakuasi Berlanjut, 150 Orang Afghanistan Terbang dari Kabul Menuju AS
-
Liput Demonstrasi di Kabul, 2 Wartawan Afghanistan Ditahan dan Dipukuli Kelompok Taliban
-
Muncul FPI Baru, Ali Ngabalin Tuding Tetap Pendukung Taliban
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Selevel Innova Budget Rp60 Jutaan untuk Keluarga Besar
- 5 Pilihan Ban Motor Bebas Licin, Solusi Aman dan Nyaman buat Musim Hujan
- 5 HP Memori 128 GB Paling Murah untuk Penggunaan Jangka Panjang, Terbaik November 2025
- 5 Mobil Keluarga Bekas Kuat Tanjakan, Aman dan Nyaman Temani Jalan Jauh
- Cara Cek NIK KTP Apakah Terdaftar Bansos 2025? Ini Cara Mudahnya!
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Mau Bekukan Peran Bea Cukai dan Ganti dengan Perusahaan Asal Swiss
-
4 HP dengan Kamera Selfie Beresolusi Tinggi Paling Murah, Cocok untuk Kantong Pelajar dan Mahasiswa
-
4 Rekomendasi HP Layar AMOLED Paling Murah Terbaru, Nyaman di Mata dan Cocok untuk Nonton Film
-
Hasil Liga Champions: Kalahkan Bayern Muenchen, Arsenal Kokoh di Puncak Klasemen
-
Menkeu Purbaya Diminta Jangan Banyak Omon-omon, Janji Tak Tercapai Bisa Jadi Bumerang
Terkini
-
Isu Pembabatan Mangrove untuk Rumah Pribadi Mencuat, Komisi IV DPR Desak Investigasi Pemerintah
-
Menkes Sesalkan Kematian Ibu Hamil di Papua, Janji Perbaikan Layanan Kesehatan Agar Tak Terulang
-
Danau Maninjau Sumbar Diserbu Longsor dan Banjir Bandang: Akses Jalan Amblas, Banyak Rumah Tersapu!
-
Terungkap! Rangkaian Kekejaman Alex, Bocah Alvaro Kiano Dibekap Handuk, Dicekik, Jasad Dibuang
-
Kronologi Brutal Legislator DPRD Bekasi Diduga Keroyok Warga di Kafe hingga Retina Korban Rusak
-
Perempuan Jadi Pilar Utama Ketahanan Keluarga ASN, Pesan Penting dari Akhmad Wiyagus
-
TelkomGroup Fokus Lakukan Pemulihan Layanan Infrastruktur Terdampak Bencana di Sumatra Utara - Aceh
-
Provinsi Maluku Mampu Jaga Angka Inflasi Tetap Terkendali, Mendagri Berikan Apresiasi
-
KPK Beberkan 12 Dosa Ira Puspadewi di Kasus ASDP, Meski Dapat Rehabilitasi Prabowo
-
86 Korban Ledakan SMAN 72 Dapat Perlindungan LPSK, Namun Restitusi Tak Berlaku bagi Pelaku Anak