Internet, propaganda, dan pencegahan jihadis militan Julian Junk, peneliti dari Yayasan Penelitian Konflik negara bagian Hessen - HSFK, menunjuk pada faktor-faktor lain yang juga berperan penting dalam 20 tahun terakhir, seperti perkembangan teknologi: "Sekarang ada drone, algoritma internet, kemampuan untuk mengoordinasi dengan cepat dan secara transnasional... Semua ini berkontribusi pada pemahaman bahwa ada lebih banyak kemungkinan mobilisasi terorisme, dan pada saat yang sama, ada lebih banyak ketakutan akan hal itu."
Tapi teknologi baru ini juga membuka ruang lebih luas untuk melawan terorisme dengan melakukan tindakan pencegahan atau kepolisian, jelasnya.
Hal yang penting adalah pencegahan. Lebih dari 1.000 warga Jerman diperkirakan telah berangkat ke wilayah konflik di Suriah dan Irak setelah 2014 untuk bergabung dengan ISIS.
Gelombang keberangkatan itu sempat mengejutkan pihak berwenang Jerman, kata Michael Kiefer.
Tapi pemerintahan federal dan pemerintahan negara bagian lalu mengucurkan dana besar untuk program pencegahan.
Michael Kiefer mengatakan, lebih dari 100 juta euro dikucurkan setiap tahun untuk program-proram pencegahan.
Dana tersebut antara lain ditujukan secara khusus untuk pemantauan Salafisme di Jerman, karena penafsiran Salafisme sering menjadi dasar ideologis bagi para jihadis militan.
Dasar ideologinya terutama: menganggap dirinya sebagai satu-satunya pemilik ajaran yang benar, merendahkan orang yang punya keyakinan lain, menjelek-jelekkan orang yang dianggap musuh dan menganggap mereka tidak perlu diperlakukan sebagai manusia.
Karakteristik ini yang biasanya dianut dan disebarkan para Islamis militan dan para ekstremis ultra kanan, pungkasnya. (hp/ts)
Baca Juga: Membantah Teori Konspirasi Seputar Serangan 11 September atas New York
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
Terkini
-
Perkuat Ekosistem Bisnis, BNI dan Anak Usaha Dorong Daya Saing UMKM di wondr JRF Expo
-
Dosen Merapat! Kemenag-LPDP Guyur Dana Riset Rp 2 Miliar, Ini Caranya
-
Lewat Bank Sampah, Warga Kini Terbiasa Daur Ulang Sampah di Sungai Cisadane
-
Tragis! Lexus Ringsek Tertimpa Pohon Tumbang di Pondok Indah, Pengemudi Tewas
-
Atap Arena Padel di Meruya Roboh Saat Final Kompetisi, Yura Yunita Pulang Lebih Awal
-
Hadiri Konferensi Damai di Vatikan, Menag Soroti Warisan Kemanusiaan Paus Fransiskus
-
Nyaris Jadi Korban! Nenek 66 Tahun Ceritakan Kengerian Saat Atap Arena Padel Ambruk di Depan Mata
-
PLN Hadirkan Terang di Klaten, Wujudkan Harapan Baru Warga di HLN ke-80
-
Geger KTT ASEAN: Prabowo Dipanggil Jokowi, TV Pemerintah Malaysia Langsung Minta Maaf
-
88 Tas Mewah Sandra Dewi Cuma Akal-akalan Harvey Moeis, Bukan Endorsement?