Suara.com - Aparat bersenjata dikabarkan menahan perdana menteri beserta sejumlah pejabat teras dan politisi Sudan. Kudeta di Khartoum didahului perpecahan militer dan sipil yang bergolak selama beberapa pekan terakhir.
Eskalasi konflik antara sipil dan militer di Sudan memuncak pada Senin (25/10), ketika sekelompok serdadu menahan Perdana Menteri Abdalla Hamdok dan setidaknya lima anggota kabinet, serta menduduki stasiun televisi dan radio nasional.
Beberapa saat kemudian, kantor perdana menteri menerbitkan keterangan pers yang menuduh militer sengaja mengobarkan kerusuhan di timur Sudan, sebagai alasan untuk menjatuhkan pemerintahan sipil.
"Sekelompok orang bersenjata menahan beberapa politisi dan pemimpin pemerintahan di rumahnya masing-masing,” kata seorang sumber di pemerintah Sudan kepada AFP.
Saat ini sambungan internet terputus di seluruh penjuru negeri. Serdadu terlihat menutup sejumlah ruas jalan di ibu kota Khartoum, lapor kantor berita Prancis tersebut.
Asosiasi Profesional Sudan yang giat menggalang revolusi pada 2019 silam, mengatakan penangkapan pejabat sipil oleh militer merupakan sebuah "kudeta” dan mendesak warga melakukan "pembangkangan sipil” terhadap pemerintahan junta.
Suasana sudah bergolak sejak beberapa pekan terakhir di Khartoum. Demonstran pro-militer dan pro-demokrasi saling adu kuat di jalan-jalan kota.
Minggu (24/10), warga memblokir pelabuhan untuk menuntut intervensi militer demi menyudahi lingkaran korupsi dan kemiskinan. Tuntutan mereka dijawab oleh kelompok lain yang mengkhawatirkan kudeta.
Perkembangan di Khartoum terjadi hanya dua hari setelah faksi-faksi politik mewanti-wanti terhadap "kudeta” yang sedang "merangkak” di Sudan.
Baca Juga: Sudan Dilanda Kudeta, Pihak Militer Tahan Perdana Menteri dan Pejabat Lainnya
Jumpa pers itu sendiri nyaris dihadang sekelompok demonstran pro-militer.
Kudeta lewat bantuan sipil
Transformasi politik sejak kejatuhan bekas Presiden Omar al-Bashir, April 2019 lalu, diwarnai perpecahan.
Pejabat sipil dan militer yang membentuk pemerintahan transisi kerap saling bersitegang.
Padahal, mereka sedianya bertugas mengantar Sudan menuju pemerintahan sipil di bawah sistem demokrasi.
Keseimbangan antara dua kekuatan politik mulai bergeser ketika kelompok sipil terbesar, Kekuatan untuk Kemerdekaan dan Perubahan (FFC), terbelah menjadi dua faksi yang saling bermusuhan.
Terpopuler
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
- DANA Kaget Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cair Rp 255 Ribu
- Fakta-Fakta Korupsi Bupati HSS Kalsel, Diduga Minta Dana Proyek Puluhan Miliar
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 3 Oktober: Klaim Ballon d'Or 112 dan Gems
Pilihan
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
Terkini
-
Sidang UU Pers di MK, Pemerintah Sebut Iwakum Tak Punya Legal Standing
-
Gedung Ponpes Al-Khoziny Ambruk, Ketua Komisi VIII Soroti Kelalaian Pengawasan dan Dorong Pembenahan
-
KPK Periksa Ria Norsan soal Korupsi Jalan, Istri yang Jadi Bupati Mempawah Tak Ikut Diperiksa
-
'Cuma Masalah Waktu', KPK Janji Umumkan Tersangka Korupsi Haji Rp1 Triliun
-
Walau Berat, Gibran Bisa Berdamai dengan Subhan Palal soal Gugatan Rp125 Triliun, Apa Syaratnya?
-
Didukung Christine Hakim, Istri Usai Praperadilan: Kami Percaya Integritas dan Hati Nurani Nadiem
-
Diam-Diam KPK Periksa Gubernur Kalbar, Dalami Soal DAK Hingga Proyek Pembangunan Jalan
-
Reaksi PDIP soal Jokowi Temui Prabowo: Kami Yakin Presiden Atasi Masalah Bangsa Tanpa 'Cawe-cawe'
-
Pabrik Kopi di Matraman Jaktim Ludes Dilumat Api, Pemicu Kebakaran karena Apa?
-
Diresmikan Ahmad Luthfi, Desa Tersono Batang Jadi Contoh Desa Mandiri Kelola Sampah