Suara.com - Puluhan negara telah menyerukan Dewan Hak Asasi Manusia PBB untuk mengadakan pertemuan khusus untuk membahas situasi Sudan, menyusul tindakan keras mematikan terhadap demonstrasi massal terkait kudeta militer pekan lalu.
Mengutip Aljazeera, Selasa (2/11/2021), sebuah surat permintaan atas nama 48 negara telah dikirimkan kepada presiden dewan HAM PBB pada Senin (1/11/2021).
Dalam surat tersebut, duta besar Inggris Simon Manley menekankan kebutuhan mendesak bagi badan hak asasi PBB untuk membahas situasi di Sudan sejak perebutan kekuasaan oleh tentara pada Senin (25/10/2021).
"Kami meminta Dewan Hak Asasi Manusia mengadakan sesi khusus minggu ini untuk membahas implikasi hak asasi manusia dari situasi yang sedang berlangsung di Republik Sudan," kata surat tersebut, kantor berita AFP melaporkan.
“Sesi khusus diperlukan karena kepentingan dan urgensi dari situasi tersebut.”
Permintaan tersebut muncul setelah Jenderal Abdel Fattah al-Burhan membubarkan pemerintah, menyatakan keadaan darurat, dan menahan para pemimpin sipil Sudan.
Puluhan ribu orang turun untuk demonstrasi pada Sabtu (30/10/2021), menentang kudeta di Sudan yang dilakukan oleh militer.
Sedikitnya tiga orang tewas dan lebih dari 100 terluka dalam demonstrasi Sabtu lalu. Sekitar 12 orang telah tewas sejak kudeta. Pasukan polisi membantah pembunuhan tersebut atau menggunakan peluru tajam.
Dalam suratnya, Manley mengatakan seruan untuk sesi khusus dipimpin oleh Inggris, Amerika Serikat dan Norwegia, bersama dengan Jerman dan pemerintah Sudan yang digulingkan dalam kudeta.
Baca Juga: Buka KTT COP26, Sekjen PBB: Stop Memperlakukan Alam Seperti Toilet
Secara keseluruhan, 48 negara telah menandatangani permintaan tersebut, termasuk 18 dari 47 negara anggota Dewan Hak Asasi Manusia. (Jacinta Aura Maharani)
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Kementan Targetkan Indonesia Mandiri Vaksin Hewan, Fasilitas di Surabaya Akan Ditingkatkan
-
KPK Akhirnya Ambil Alih Kasus Korupsi Petral dari Kejagung, Apa Alasannya?
-
KPK Selidiki Korupsi Google Cloud, Kuasa Hukum Bantah Nadiem Makarim Terlibat
-
Kemenpar Dukung Pesta Diskon Nasional 2025: Potongan Harga 20-80 Persen!
-
Sadis! Pembunuh Guru di OKU Ternyata Mantan Penjaga Kos, Jerat Leher Korban Demi Ponsel
-
Gebrakan Menhan-Panglima di Tambang Ilegal Babel Dikritik Imparsial: Pelanggaran Hukum, Tanda Bahaya
-
Otak Pembakar Rumah Hakim PN Medan Ternyata Mantan Karyawan, Dendam Pribadi Jadi Pemicu
-
Dari IPB hingga UGM, Pakar Pangan dan Gizi Siap Dukung BGN untuk Kemajuan Program MBG
-
Menhaj Rombak Skema Kuota Haji: yang Daftar Duluan, Berangkat Lebih Dulu
-
Isu Yahya Cholil Staquf 'Dimakzulkan' Syuriyah PBNU, Masalah Zionisme Jadi Sebab?