Suara.com - Dua napi terpidana mati di Jepang mengajukan gugatan hukum atas pemberitahuan waktu pelaksanaan eksekusi yang mepet.
Di negara itu, para terpidana mati hanya diberi tahu beberapa jam sebelum mereka dieksekusi.
Hukuman mati dijalankan berupa eksekusi gantung.
Pengacara dua terpidana itu menyatakan pemberitahuan jadwal eksekusi yang mepet itu "sangat tidak manusiawi," ungkap media lokal.
Baca juga:
- Pria Jepang pembunuh 19 penyandang cacat dihukum mati
- Burger, kentang goreng, es krim: Hidangan terakhir para terpidana mati
- Penyanyi Nigeria divonis hukuman mati setelah dituduh menghujat Nabi Muhammad
Kalangan pegiat HAM sudah lama mengritik praktik itu karena berdampak pada kesehatan mental para napi.
"Para napi terpidana mati selalu hidup dalam ketakutan setiap pagi bahwa itu adalah menjadi hari terakhir mereka," kata Yutaka Ueda, pengacara bagi dua terpidana mati, menurut laporan Reuters.
"Pemerintah pusat telah mengatakan bahwa langkah ini dimaksudkan untuk mencegah tahanan dari penderitaan sebelum eksekusi, tapi itu bukanlah penjelasan.
Di luar negeri, tahanan diberikan waktu untuk merenungkan akhir hidup mereka sambil mempersiapkan mental."
Baca Juga: Pengamat: Sangat Tepat Jika Jokowi Berikan Grasi ke Terpidana Mati Narkoba Merry Utami
Para tahanan mengajukan gugatan di pengadilan distrik di kota Osaka pada hari Kamis (4/11).
Ini diyakini sebagai gugatan pertama kali, dengan alasan pemberitahuan jadwal eksekusi yang singkat tidak memberi mereka waktu untuk mengajukan keberatan.
Kedua napi yang menggugat itu lalu minta 22 juta yen (Rp2,7 miliar lebih) sebagai kompensasi, ungkap pengacara.
Baca juga:
- Pertama kali di Singapura, terpidana narkoba dijatuhi hukuman mati via Zoom
- Arab Saudi hapus hukuman mati bagi narapidana di bawah umur, jumlah eksekusi capai 'rekor tertinggi'
- Amerika Serikat mengeksekusi terpidana pertama dalam 17 tahun
Saat ini ada lebih dari 100 napi berstatus terpidana mati di Jepang.
Namun belum ada yang dieksekusi selama hampir dua tahun terakhir.
Terpopuler
- 4 Link DANA Kaget Khusus Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cuan Rp 345 Ribu
- 7 Rekomendasi Parfum Terbaik untuk Pelari, Semakin Berkeringat Semakin Wangi
- Unggahan Putri Anne di Tengah Momen Pernikahan Amanda Manopo-Kenny Austin Curi Perhatian
- 8 Moisturizer Lokal Terbaik untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Solusi Flek Hitam
- 15 Kode Redeem FC Mobile Aktif 10 Oktober 2025: Segera Dapatkan Golden Goals & Asian Qualifier!
Pilihan
-
Tekstil RI Suram, Pengusaha Minta Tolong ke Menkeu Purbaya
-
Grand Mall Bekasi Tutup, Netizen Cerita Kenangan Lawas: dari Beli Mainan Sampai Main di Aladdin
-
Jay Idzes Ngeluh, Kok Bisa-bisanya Diajak Podcast Jelang Timnas Indonesia vs Irak?
-
278 Hari Berlalu, Peringatan Media Asing Soal Borok Patrick Kluivert Mulai Jadi Kenyataan
-
10 HP dengan Kamera Terbaik Oktober 2025, Nomor Satu Bukan iPhone 17 Pro
Terkini
-
DPR Bikin Aplikasi Pantau Reses Anggota, Dasco: Semua Wajib Pakai
-
Kualitas Udara Jakarta Pagi Ini Terburuk Ke-5 Dunia, Warga Diimbau Wajib Masker
-
Tiga Notaris Jadi Saksi Kunci, KPK 'Kuliti' Skema Mafia Tanah Tol Sumatera
-
Tragedi Ponpes Al Khoziny: Identifikasi Korban Terus Berlanjut, 53 Jenazah Teridentifikasi!
-
Nobel Perdamaian 2025 Penuh Duri: Jejak Digital Pro-Israel Penerima Penghargaan Jadi Bumerang
-
Birokrasi Jadi Penghambat Ambisi Ekonomi Hijau Indonesia? MPR Usul Langkah Berani
-
Jejak Korupsi SPBU Ditelusuri, KPK dan BPK Periksa Eks Petinggi Pertamina
-
'Tsunami' Darat di Meksiko: 42 Tewas, Puluhan Hilang Ditelan Banjir Bandang Mengerikan
-
Prajurit TNI Gagalkan Aksi Begal dan Tabrak Lari di Tol Kebon Jeruk, 3 Motor Curian Diamankan
-
Di The Top Tourism Leaders Forum, Wamendagri Bima Bicara Pentingnya Diferensiasi Ekonomi Kreatif