Sebelumnya, di sebuah jalan utama Khartoum, demonstran membakar ban dan meneriakkan yel-yel "Rakyat semakin kuat, dan mundur sudah mustahil."
Pengunjuk rasa lain membawa gambar-gambar korban tewas dalam sejumlah aksi protes sebelumnya.
Mereka juga membawa foto Abdalla Hamdok, perdana menteri sipil yang ditangkap dalam kudeta.
"Legitimasi datang dari jalan, bukan meriam," tulis sebuah poster yang dibawa demonstran.
Gambar-gambar aksi protes di kota-kota lain, seperti Port Sudan, Kassala, Dongola, Wad Madani dan Geneina, beredar di media sosial.
Sejumlah besar pasukan keamanan dikerahkan ke jalan-jalan utama dan persimpangan, sementara jembatan-jembatan di atas Sungai Nil ditutup, menurut beberapa saksi.
Belum ada komentar dari pihak keamanan.
Sebelumnya, pemimpin militer Jenderal Abdel Fattah al-Burhan mengatakan aksi damai diperbolehkan dan militer tidak membunuh demonstran.
Asisten Menteri Luar Negeri Amerika Serikat untuk Urusan Afrika Molly Phee mencuit: "Saya sedih dengan laporan kekerasan dan hilangnya nyawa hari ini di Sudan."
Baca Juga: Transisi ke Pemerintahan Sipil, Begini Janji Panglima Militer Sudan Abdel Fattah Al-Burhan
Pemerintah AS, kata dia, mengutuk kekerasan terhadap pemrotes damai dan menyerukan penghormatan dan perlindungan hak asasi manusia di negara Afrika itu.
Phee bertemu Hamdok selama kunjungannya ke Khartoum pada Selasa untuk membahas cara untuk memulihkan transisi demokrasi di Sudan.
Kudeta pada 25 Oktober itu mengakhiri koalisi sipil-militer di Sudan sejak penggulingan Omar al-Bashir pada 2019.
Kendati ditekan Barat dengan penangguhan bantuan ekonomi, upaya mediasi menemui kebuntuan.
Insiden pada Rabu itu menambah jumlah kematian jadi 39 orang sejak kudeta, menurut data komite dokter. (Sumber: Antara/Reuters)
Berita Terkait
-
Transisi ke Pemerintahan Sipil, Begini Janji Panglima Militer Sudan Abdel Fattah Al-Burhan
-
Usai Kudeta, Pemimpin Militer Sudan Setuju dengan AS Percepat Bentuk Pemerintahan Baru
-
Pesawat Jatuh di Sudan Selatan, 5 Orang Meninggal
-
Situasi Makin Buruk Pasca Kudeta, Puluhan Negara Desak PBB Bikin Agenda Khusus Bahas Sudan
-
Bentrokan Semakin Menjadi-jadi, PBB dan AS Kecam Pemerintah Militer Baru Sudan
Terpopuler
- 10 Sunscreen untuk Flek Hitam Terlaris di Shopee yang Bisa Kamu Coba
- Lebih Murah dari Innova Zenix: 5 Mobil 7 Seater Kabin Lega Cocok untuk Liburan Keluarga Akhir Tahun
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- 7 Mobil 8 Seater Termurah untuk Keluarga, MPV hingga SUV Super Nyaman
Pilihan
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
-
Disebut Menteri Berbahaya, Menkeu Purbaya Langsung Skakmat Hasan Nasbi
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
Terkini
-
KCIC Siap Bekerja Sama dengan KPK soal Dugaan Mark Up Anggaran Proyek Kereta Cepat Whoosh
-
Mendagri Tito Karnavian Buka-bukaan, Ini Biang Kerok Ekonomi 2 Daerah Amblas!
-
Sidang Kasus Korupsi Pertamina, Karen Agustiawan Ungkap Tekanan 2 Pejabat Soal Tangki Merak
-
Ultimatum Gubernur Pramono: Bongkar Tiang Monorel Mangkrak atau Pemprov DKI Turun Tangan!
-
Drama Grup WA 'Mas Menteri': Najelaa Shihab dan Kubu Nadiem Kompak Bantah, tapi Temuan Jaksa Beda
-
Karen Agustiawan Ungkap Pertemuan Pertama dengan Anak Riza Chalid di Kasus Korupsi Pertamina
-
Website KontraS Diretas! Netizen Murka, Curigai Upaya Pembungkaman Informasi
-
Terungkap di Sidang: Detik-detik Anak Riza Chalid 'Ngotot' Adu Argumen dengan Tim Ahli UI
-
Harga Telur Naik Gara-gara MBG, Mendagri Tito: Artinya Positif
-
Penyelidikan Kasus Whoosh Sudah Hampir Setahun, KPK Klaim Tak Ada Kendala