Suara.com - Demonstran anti pembatasan COVID-19 semakin bertambah di seluruh kota-kota Eropa pada Minggu (21/11). Polisi mengerahkan meriam air dan gas air mata untuk membubarkan kerumunan, dan banyak orang ditangkap.
Protes menentang pembatasan COVID-19 berlanjut di Belanda untuk hari ketiga secara berturut-turut pada Minggu (21/11).
Polisi mengeluarkan perintah darurat di Enschede, kota dekat perbatasan Jerman. Para pengunjuk rasa menyalakan kembang api dan merusak properti di kota-kota - Groningen dan Leeuwarden di utara Belanda, Enschede di timur, dan Tilburg di selatan, pada Minggu malam.
Sedikitnya 130 orang telah ditangkap sejak protes dimulai, kata polisi.
Sebuah pertandingan sepak bola di Leeuwarden sempat terganggu setelah para pendukung yang dilarang menonton pertandingan karena pembatasan COVID-19, melemparkan kembang api.
Di Rotterdam, kota terbesar kedua di Belanda, polisi menangkap 26 orang pada Minggu (21/11) setelah para penonton sebuah pertandingan menjadi gaduh.
Orang-orang menyerang polisi, melemparkan tempat sampah, dan menyalakan kembang api.
Tetapi protes itu jauh lebih ringan daripada yang meletus di Rotterdam pada Jumat (19/11) malam dan Den Haag pada Sabtu (20/11).
Belanda memberlakukan penguncian parsial pada 13 November, dan sedang mempertimbangkan aturan yang lebih ketat untuk warga yang tidak divaksinasi di area publik.
Baca Juga: Protes Lockdown, Warga Bentrok dengan Polisi di Belanda
Belgia Ribuan orang memprotes aturan pembatasan COVID-19 di pusat kota Brussels pada Minggu (21/11).
Mereka terutama berdemonstrasi menentang persyaratan oleh pemerintah agar masyarakat menunjukkan sertifikat vaksin di tempat umum, seperti restoran.
Sekitar 35.000 orang turun ke jalan di Brussels pada Minggu (21/11), kata polisi.
Tetapi mayoritas telah bubar sebelum protes berkembang menjadi kekerasan. Menjelang malam, pengunjuk rasa mulai menghancurkan mobil dan membakar tempat sampah.
Polisi akhirnya merespons dengan menggunakan meriam air dan gas air mata untuk meredakan situasi.
Kepala Biro DW Brussels, Alexandra von Nahmen, mengatakan dia bisa mencium bau gas air mata saat dia berjalan ke tempat kerja.
Tag
Terpopuler
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- 7 Sepatu Adidas Diskon hingga 60% di Sneakers Dept, Cocok Buat Tahun Baru
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Kencang bak Ninja, Harga Rasa Vario: Segini Harga dan Konsumsi BBM Yamaha MT-25 Bekas
Pilihan
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
-
Aksi Adik Kandung Prabowo yang Makin Mencengkeram Bisnis Telekomunikasi
-
Sesaat Lagi! Ini Link Live Streaming Final Futsal ASEAN 2025 Indonesia vs Thailand
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
Terkini
-
Fraksi Partai Nasdem Dukung Pilkada Lewat DPRD: Sesuai Konstitusi dan Pancasila
-
DPR Desak KPK Jelaskan Penghentian Penyelidikan Kasus Aswad Sulaiman Secara Transparan
-
Hadapi Tantangan Geografis, Pendidikan dan Kesejahteraan Anak di Maluku Utara Jadi Fokus
-
AMAN Catat Konflik 202 Ribu Hektare Wilayah Adat Bengkulu Sepanjang 2025
-
Harapan Publik Tinggi, KPK Tegaskan Penghentian Kasus Aswad Sulaiman Berbasis Alat Bukti
-
Rentetan Kecelakaan Kerja di Galangan PT ASL Shipyard Kembali Terjadi, Polisi Turun Tangan
-
Viral Sekelompok Orang Diduga Berzikir di Candi Prambanan, Pengelola Buka Suara
-
Bahlil Lahadalia Jamu Cak Imin dan Zulhas Hingga Dasco di Kediamannya, Bahas Apa?
-
Tak Bisa Beli Roti Gegara Cuma Punya Uang Tunai: Kenapa Toko Lebih Suka Cashless?
-
Mendagri: Pemerintah Siapkan Bantuan Renovasi dan Hunian bagi Warga Terdampak Bencana Sumatra