Suara.com - Korea Utara kini memiliki aturan baru yang mengatur tentang cara berpakain warganya, termasuk tak boleh menggunakan mantel kulit seperti yang dipakai Kim Jong Un.
Menyadur RFA Kamis (25/11/2021), pemerintah menganggap warganya tak berhak meniru selera fesyen pemimpin mereka, meskipun tentu saja jaket atau mantel kulit itu dibeli dengan uang mereka sendiri.
Mantel kulit populer tahun 2019 setelah Kim Jong Un mengenakannya dan muncul di TV. Awalnya, hanya warga kaya yang bisa membeli mantel kulit asli yang diimpor dari China tapi belakangan, kulit sintetis juga dibuat.
Seorang warga kota Pyongsong mengatakan selama parade militer di Kongres Partai ke-8, Kim Jong Un dan semua pejabat tinggi mengenakan mantel kulit, termasuk Kim Jong Un, Kim Yo Jong.
“Jadi sekarang mantel kulit juga menjadi simbol wanita yang kuat,” kata sumber tersebut.
“Saat jaket kulit mulai dikenal sebagai simbol kekuasaan, pedagang pakaian swasta meminta pejabat perusahaan dagang untuk mengimpor kulit sintetis sejak September tahun ini” kata sumber itu.
"Mereka meniru desain mantel Kim Jong Un juga para pejabat dan sekarang dijual di pasar." Tapi polisi di Pyongsong baru-baru ini mulai menyita mantel dari penjual dan orang-orang yang memakainya di depan umum.
Menurut polisi, memakai pakaian yang dirancang agar terlihat seperti Yang Mulia adalah 'tren tidak murni untuk menantang otoritas Yang Mulia.'
"Mereka menginstruksikan masyarakat untuk tidak memakai jas kulit, karena itu bagian dari arahan partai untuk menentukan siapa yang boleh memakainya".
Baca Juga: Korut Terancam Kelaparan, Kim Jong-un Perintahkan Tiap Butir Nasi Diamankan
Dokumen bea cukai China diperoleh RFA mengonfirmasi Korea Utara mengimpor berbagai kain dari China, termasuk puluhan meter kulit sintetis bulan ini.
“Ketika mantel kulit ini populer, otoritas penegak hukum mengejar perusahaan yang membuat mantel yang terlalu mirip dengan Yang Mulia. Mereka juga mengejar orang-orang yang memakainya di depan umum,” kata sumber kedua.
“Warga memprotes tindakan keras tersebut dan menanyakan bagaimana mungkin ada sesuatu yang tidak murni tentang pilihan untuk mengenakan mantel kulit.”
Mantel kulit di Korea Utara sangat mahal. Yang terbuat dari kulit asli berharga sekitar 170.000 won (US$34), dan sekitar 80.000 won ($16) untuk kulit palsu.
Gaji rata-rata bulanan Korea Utara pada tahun 2018 adalah sekitar 4.000 won (US$0,66), menurut Korea Joongang Daily, sebuah surat kabar Korea Selatan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Murah untuk Aktivitas Harian Pemula, Biaya Operasional Rendah
- 51 Kode Redeem FF Terbaru 8 Desember 2025, Klaim Skin Langka Winterlands dan Snowboard
- Shio Paling Hoki pada 8-14 Desember 2025, Berkah Melimpah di Pekan Kedua!
- 7 Rekomendasi Bedak Padat Anti Dempul, Makeup Auto Flawless dan Anti Cakey
- Sambut HUT BRI, Nikmati Diskon Gadget Baru dan Groceries Hingga Rp1,3 Juta
Pilihan
-
Rekomendasi 7 Laptop Desain Grafis Biar Nugas Lancar Jaya, Anak DKV Wajib Tahu!
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Sentuh Rp70 Ribu
-
Shell hingga Vivo sudah Ajukan Kuota Impor 2026 ke ESDM: Berapa Angkanya?
-
Kekhawatiran Pasokan Rusia dan Surplus Global, Picu Kenaikan Harga Minyak
-
Survei: Kebijakan Menkeu Purbaya Dongkrak Optimisme Konsumen, tapi Frugal Spending Masih Menguat
Terkini
-
Jerit Histeris Pecah di SDN Kalibaru 01! Siswa Diseruduk Mobil saat Upacara
-
Dirut Terra Drone Jadi Tersangka Kebakaran Maut di Kemayoran, Polisi Ungkap Pasal Kelalaian
-
Tragedi Kebakaran Terra Drone, Pengamat Desak Audit Keselamatan Gedung Tanpa Tawar-Menawar
-
Tragedi Terra Drone Tewaskan 22 Orang, Pengamat: Bukti Kegagalan Sistem Keselamatan Gedung
-
PBNU Dorong Reformasi Polri Menyeluruh, Gus Yahya Tegaskan Perlunya Pertobatan Institusional
-
Bukan Cuma Bupati Lampung Tengah, OTT KPK Juga Jaring 4 Orang Lainnya
-
Dituding ABS ke Prabowo Soal Listrik Aceh, Bahlil: Itu Laporan Resmi dari PLN
-
Perintah Keras Bahlil ke DPR/DPRD Golkar: Rakyat Kena Bencana, Jangan Cuma Mikirin Program!
-
Bupati Lampung Tengah Kena OTT KPK, Ketum Golkar Bahlil: Saya Belum Dapat Info
-
JK Hingga Jurnalis Korban Pengeroyokan Terima Anugerah Dewan Pers 2025