Ahmad Saliman adalah salah satu dari sekitar 250 orang pengungsi di sana.
Rumahnya di Kampung Renteng, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, adalah salah satu kampung yang paling parah terdampak letusan gunung Semeru.
Saat letusan terjadi, Saliman baru pulang dari pekerjaannya sehari-hari, sebagai penambang pasir.
"Sebenarnya mata ini susah untuk melihat karena hujannya hujan lumpur, mana anak saya juga nangis terus sambil [menyebut] Allah... Allah...," ujarnya.
"Saya pikir kalau itu kejadiannya malam hari, pasti kami semua tidak selamat karena tidak ada bunyi apa pun sama sekali sebelumnya."
Setelah letusan mereda, ia sempat mengecek kondisi rumahnya yang terendam material lahar, pasir, dan batu sekitar empat meter dalamnya.
Ia mengaku trauma dan tidak ingin kembali lagi setelah melihat sendiri situasi rumahnya.
"Saya juga bingung setiap anak saya merengek minta pulang. Mau pulang ke mana? Rumah kami sudah habis begitu."
"Semua harta benda kami di dalam rumah juga sudah habis."
Baca Juga: BNPB: Bertambah Dua Korban Meninggal Bencana Erupsi Semeru, 9.754 Jiwa Mengungsi
Saliman berharap Pemerintah Indonesia memperhatikan kondisi warga yang tinggal di tempat yang berisiko bencana, seperti dirinya. Ia juga mengaku siap direlokasi.
Di tempat pengungsian yang sama, Kasan yang berprofesi sebagai peternak menceritakan detik-detik gunung Semeru meletus.
“Saya mau lari pulang ke kampung enggak bisa, karena gelap. Jalanan tidak kelihatan."
Pikirannya saat itu melayang ke anak dan istrinya di rumah, berharap mereka semua selamat.
"Semua selamat, termasuk 11 ekor kambing yang diselamatkan kerabat saya, tetapi rumah kami tidak bisa ditempati lagi karena atapnya ambruk."
Meski berat meninggalkan rumah dan desa yang baginya penuh kenangan, kini ia berpikir untuk pindah rumah.
Berita Terkait
-
Gunung Semeru Erupsi 2 Kali dalam Sehari, Ini 5 Fakta yang Perlu Diketahui
-
Gunung Semeru Lima Kali Erupsi, Letusan Capai 1.000 Meter
-
Gunung Semeru 5 Kali Erupsi, Tinggi Letusan Menapai Ratusan Meter
-
Ini Dia 5 Gunung di Indonesia yang Siap Menguji Adrenalin dan Memanjakan Mata Anda
-
Gunung Semeru Erupsi 16 Kali Hingga Sabtu Malam, Awan Panas Guguran Terus Mengancam
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
Pilihan
-
Kepsek Roni Ardiansyah Akhirnya Kembali ke Sekolah, Disambut Tangis Haru Ratusan Siswa
-
Bukan Cuma Joget! Kenalan dengan 3 Influencer yang Menginspirasi Aksi Nyata untuk Lingkungan
-
Heboh! Rekening Nasabah Bobol Rp70 Miliar di BCA, OJK dan SRO Turun Tangan, Perketat Aturan!
-
Emiten Sejahtera Bintang Abadi Textile Pailit, Sahamnya Dimiliki BUMN
-
Jaminan Laga Seru! Ini Link Live Streaming Bayern Munchen vs Chelsea
Terkini
-
Dirjen Bina Pemdes Monitoring Siskamling di Bali: Apresiasi Sinergi Pecalang, Linmas, dan Pemdes
-
Momen Mistis Terjadi saat Alvi Peragakan Mutilasi Pacar Jadi 554 Potong di Surabaya
-
Heboh LHKPN Wali Kota Prabumulih: Isi Cuma Truk-Triton, Tapi Anak Sekolah Bawa Mobil, KPK Bergerak
-
Siapa Syarif Hamzah Asyathry? Petinggi Ormas Keagamaan yang Diduga Tahu Aliran Duit Korupsi Haji
-
Sempat Diwarnai Jatuhnya Air Mata, AM Putranto Resmi Serahkan Jabatan KSP ke Qodari
-
Gebrakan Jenderal Suyudi Mendadak Tes Urine Pejabat BNN: Lawan Narkoba Dimulai dari Diri Sendiri
-
Bareskrim Gelar Mediasi Selasa Depan: Lisa Mariana Siap Bertemu, Tapi Ridwan Kamil Bimbang
-
Muncul Gerakan 'Stop Tot Tot Wuk Wuk': Suara Protes Pengguna Jalan Terhadap Sirene dan Strobo Ilegal
-
Geger Keluarga Cendana! Tutut Soeharto Gugat Menkeu Purbaya ke PTUN, Misteri Apa di Baliknya?
-
Link Isi Survei Lingkungan Belajar 2025 untuk Guru dan Kepala Sekolah PAUD, SD, SMP, SMA