Suara.com - Pelaku yang menyandera jemaat Sinagog Texas pada hari Sabtu akhirnya diungkap ke publik. FBI menjelaskan, pria 44 tahun yang ditembak mati oleh petugas ini bukan warga negara AS.
Menyadur Sky News Senin (17/1/2022), Malik Faisal Akram adalah pria Inggris yang berasal dari Blackburn dan datang ke AS pada 2 Januari 2022.
Keterangan ini diketahui ketika dua remaja ditangkap di Manchester oleh petugas Counter Terror Policing North West sebagai bagian dari penyelidikan atas serangan tersebut.
"Dua remaja ditahan di Manchester selatan malam ini. Mereka tetap ditahan untuk diinterogasi."
Keluarga Akram mengatakan "hancur" dengan kematiannya tapi menambahkan "tidak memaafkan tindakannya dan ingin meminta maaf dengan sepenuh hati kepada semua korban yang terlibat dalam insiden itu".
Dalam sebuah pernyataan, saudara laki-laki Akram, Gulbar, mengatakan anggota keluarga menghabiskan berjam-jam berhubungan dengan Faisal selama pengepungan.
Mereka mengatakan meskipun menderita kesehatan mental, kami yakin dia tidak akan menyakiti para sandera. "Tidak ada yang bisa kami katakan atau lakukan padanya yang akan meyakinkannya untuk menyerah," tambah Gulbar.
Koresponden Sky News Inzamam Rashid berbicara dengan saudara laki-laki Akram. Ia mengatakan saudaranya memberitahu bahwa Faisal menderita penyakit kesehatan mental yang parah.
"Dia mengulangi bahwa saudaranya tidak ingin menyakiti siapa pun dan dia sangat menyesal tentang kepanikan dan teror yang disebabkan saudaranya di Texas."
Baca Juga: Kisah Anak Frank Sinatra yang Pernah Diculik di Usia Muda, Pencarian Melibatkan FBI
Dia mengatakan Gulbar adalah bagian dari tim negosiasi FBI yang bicara dengan saudaranya dana berusaha membuatnya mundur dan memastikan tidak ada kerugian yang ditimbulkan.
Akram menyandera empat orang, termasuk seorang rabi, di dalam sinagogIa Kongregasi Beth Israel di Colleyville sekitar pukul 11 pagi waktu setempat pada hari Sabtu.
Ia menuntut pembebasan Aafia Siddiqui (Lady Al Qaeda) yang merupakan ahli saraf Pakistan yang dicurigai memiliki hubungan dengan Al Qaeda.
Siddiqui dihukum karena mencoba membunuh perwira militer AS saat berada dalam tahanan di Afghanistan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 4 HP Flagship Turun Harga di Penghujung Tahun 2025, Ada iPhone 16 Pro!
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Nasib 8 ABK di Ujung Tanduk, Kapal Terbakar di Lampung, Tim SAR Sisir Lautan
-
30 Tahun Jadi TPS, Lahan Tiba-tiba Diklaim Pribadi, Warga Pondok Kelapa 'Ngamuk' Robohkan Pagar
-
Baju Basah Demi Sekolah, Curhat Pilu Siswa Nias Seberangi Sungai Deras di Depan Wapres Gibran
-
Mubes NU Tegaskan Konflik Internal Tanpa Campur Pemerintah, Isu Daftarkan SK ke Kemenkum Mencuat
-
Mendagri Bersama Menteri PKP Resmikan Pembangunan Hunian Tetap Korban Bencana di Tapanuli Tengah
-
Percepat Pemulihan Pascabencana, Mendagri Instruksikan Pendataan Hunian Rusak di Tapanuli Utara
-
Jabotabek Mulai Ditinggalkan, Setengah Juta Kendaraan 'Eksodus' H-5 Natal
-
Mubes Warga NU Keluarkan 9 Rekomendasi: Percepat Muktamar Hingga Kembalikan Tambang ke Negara
-
BNI Bersama BUMN Peduli Hadir Cepat Salurkan Bantuan Nyata bagi Warga Terdampak Bencana di Sumatra
-
Relawan BNI Bergabung dalam Aksi BUMN Peduli, Dukung Pemulihan Warga Terdampak Bencana di Aceh