Suara.com - Ranjau darat yang bertebaran di seantero Irak menghalangi kepulangan pengungsi perang ke kampung masing-masing. Rumitnya operasi pembersihan memaksa sebagian besar untuk bertahan dan membangun hidup di kamp penampungan.
"Sebagai penggembala, paman saya terbiasa membawa ternaknya mencari pakan di ladang liar,” kisah Leyla Murad, seorang perempuan Irak berusia 22 tahun tentang pamannya.
"Suatu hari, dia menginjak sebuah ranjau yang ditanam di dalam tanah. Hasilnya, kaki kirinya putus.”
"Saya punya lusinan cerita yang sama, cerita orang dewasa, anak-anak atau hewan yang hancur berkeping-keping oleh ledakan ranjau,” kata dia kepada DW.
Berasal dari Sinjar di barat daya Irak, Murad dan keluarganya sejak delapan tahun lalu hidup di Kamp Pengungsi Essian di Provinsi Ninewa.
Mereka melarikan diri ketika Islamic State (ISIS) berekspansi ke Sinjar pada Agustus 2014 silam.
Meski perang telah berakhir sejak lima tahun lalu, keluarga Murad belum mau kembali ke desanya.
"Tidak ada yang tersisa di sana kecuali reruntuhan bangunan, penuh bahan peledak dan ranjau darat,” katanya.
"Paman saya pulang ke kampung, tapi keputusannya itu menjadi sebuah kesalahan besar.”
Baca Juga: 6 Tentara Yaman Tewas Akibat Ledakan Ranjau Darat
Akibat perang yang dikobarkan kelompok teror Islamic State, Irak kini dipenuhi ladang ranjau darat yang betebaran di ladang-ladang pertanian, jalan atau perkebunan.
Lembaga swadaya, Kampanye Internasional untuk Melarang Ranjau Darat (ICBL) mengklasifikasikan Irak sebagai negara yang paling parah terkontaminasi ranjau di dunia.
Setiap tahun, belasan warga Irak kehilangan nyawa atau mengalami luka akibat ledakan ranjau.
Menurut PBB, sekitar 8,5 juta dari 41 juta penduduk Irak harus hidup di bawah ancaman ranjau.
Jalan panjang keselamatan
Irak sejatinya rajin membersihkan ladang ranjau warisan perang yang ditebar di kawasan pertanian atau di dekat pemukiman penduduk.
Berita Terkait
-
Begini Banget Nasib Timnas Indonesia, 5 Hari Lagi FIFA Matchday Belum Ada Lawan
-
Ketuk Palu Virtual! Nasib Pernikahan Tasya Farasya Ditentukan 12 November
-
Bintang Brasil Sebut Timnas Indonesia U-17 Sebagai Lawan Serius di Piala Dunia U-17 2025
-
Gubernur Riau Telah Terima Uang Pemerasan Rp4,05 Miliar, Ada yang Mengalir ke PKB?
-
Ekonomi RI Melambat, Apindo Ingatkan Pemerintah Genjot Belanja dan Daya Beli
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
-
Cuma Mampu Kurangi Pengangguran 4.000 Orang, BPS Rilis Data yang Bikin Kening Prabowo Berkerut
-
Rugi Triliunan! Emiten Grup Djarum, Blibli PHK 270 Karyawan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
Terkini
-
Gubernur Riau Telah Terima Uang Pemerasan Rp4,05 Miliar, Ada yang Mengalir ke PKB?
-
Rumah Hakim Kasus Korupsi Anak Buah Bobby Terbakar, Begini Kata Polisi usai 2 Kali TKP
-
Hotman Paris Sebut Saksi Ahli CMNP Jadi 'Senjata Makan Tuan' dalam Sidang Sengketa NCD
-
Lagi Jadi Fokus Dirut Transjakarta, Kenapa Mode Share Transportasi Umum di Jakarta Baru 22 Persen?
-
Rumah Hakim PN Medan Kebakaran, Sengaja Dibakar atau Murni Kecelakaan?
-
Akhir Petualangan Dokter Predator, Priguna Anugerah Divonis 11 Tahun Penjara
-
Tolak Soeharto Pahlawan, Cerita Pilu Penyintas Tragedi Tanjung Priok: Ditelanjangi di Markas Kodim
-
Bukan Lagi Soal Look Good, Ini Prioritas Baru Kelas Menengah Indonesia yang Harus Dipahami Brand
-
Momen Haru Jokowi Saksikan Pelepasan Jenazah Raja Solo PB XIII, Ribuan Warga Tumpah Ruah
-
7 Provinsi Terkorup di Indonesia Versi ICW: Riau dan NTT Jadi Pemuncak