Suara.com - Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) kembali meresahkan masyarakat Papua. Terbaru, 9 Karyawan PT Palaparing Timur Telematika (PTT) di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Papua diserang KKB tepatnya pada Rabu, 2 Maret 2022 dini hari. Seperti apa sejarah KKB Papua?
Sebenarnya sejarah KKB Papua bukan dimulai baru-baru ini. Kelompok separatis ini telah ada beberapa puluh tahun silam. Sementara itu, serangan di Distrik Beoga tersebut menewaskan 8 karyawan PTT dan satu korban bernama Nelson Sarira berhasil selamat dari serangan maut tersebut.
Korban selamat diketahui harus menunggu pertolongan selama tiga hari di camp lokasi penyerangan KBB. Hingga akhirnya ia dijemput oleh tim evakuasi bersenjata lengkap pada Sabtu, 5 Maret 2022 lalu.
Kepada petugas Nelson menjelaskan bahwa serangan terjadi pada pukul 03.00 WIT, dini hari. Ia dan delapan temannya saat itu tengah terlelap. Sebelum akhirnya, 10 anggota KKB datang dengan membawa beberapa senjata tajam seperti kapak, parang dan lainnya.
Kemudian mereka melakukan pembunuhan secara brutal kepada 8 karyawan. Beruntung Nelson berhasil melarikan diri dengan bersembunyi di atas bukit. Lantas bagaimana sejarah KKB Papua itu sendiri? Simak penjelasannya berikut ini.
Sejarah KKB Papua
KKB Papua adalah kelompok yang menginginkan Papua melepaskan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. KKB termasuk dalam anggota Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM).
OPM sendiri merupakan gerakan yang aktig menginginkan Papua merdeka dan berdiri sendiri. Sedangkan TPNPB merupakan anggota tentara militer dari kelompok separatis OPM.
Papua sepenuhnya menjadi bagian dari wilayah Indonesia sejak 1 Mei 1963. Setelah bendera Belanda berhasil digantikan dengan bendera merah putih.
Baca Juga: Minta Proyek BTS Disetop usai 8 Karyawan PTT Dibunuh OPM, Kapolda Papua: Jangan Datang Diam-diam
Pada tahun 1969, Pemerintah Indonesia membawa referendum act of free choice atau Pepera ke Sidang Umum PBB. Dari hasil Pepera tersebut PBB menyetujui Papua berkedudukan sebagai bagian dari wilayah Indonesia.
Pada awalnya Papua bernama Irian Barat. Lalu saat pemerintahan Soeharto, nama Irian Barat diganti dengan Irian Jaya. Kemudian melalui Undang-undang Nomor 21 tentang Otonomi Khusus Papua, pada tahun 2021 Irian Jaya berganti nama menjadi Papua sebagi provinsi.
Jauh sebelum pergantian nama menjadi Papua dan keputusan sindang PBB. Papua ingin melepaskan diri dari wilayah Indonesia dan merdeka melalui OPM dengan melakukan perlawanan terhadap TNI dan Polri. Diketahui konflik telah terjadi sejak tahun 1960-an hingga saat ini.
Berdasarkan peneliti kajian Papua di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), aksi prokemerdekaan Papua dipicu akibat dari pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh beberapa oknum tentara Indonesia di Papua Barat kala itu.
Beberapa pelanggaran HAM yang dilakukan TNI yaitu memenjarakan orang-orang yang prokemerdekaan Papua karena terlibat dalam protes, membunuh orang Papua dan menyerang wartawan Papua, di samping tuduhan penyiksaan dan pemerkosaan terhadap sejumlah perempuan Papua.
Selain itu, Pemerintah Indonesia yang dianggap apatis dan tidak adil terhadap warga Papua memicu kekecewaan. Sehingga menimbulkan gerakan prokemerdekaan Papua. Kelompok separatis tersebut dinilai memiliki trauma di masa pemerintahan Orde Baru.
Tag
Berita Terkait
-
Minta Proyek BTS Disetop usai 8 Karyawan PTT Dibunuh OPM, Kapolda Papua: Jangan Datang Diam-diam
-
BPJS Ketenagakerjaan Siapkan Santunan Pekerja yang Tewas Akibat Serangan OPM di Papua
-
Jenazah Jamaludin Korban Serangan OPM Tiba di Rumah Duka, Pemakaman Diwarnai Isak Tangis Keluarga
-
Ziarah ke Makam Warga Bandung Korban Pembantaian OPM, Sahrul Gunawan: Pelaku Harus Ditindak Tegas!
Terpopuler
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
Terkini
-
Berkaca dari Kasus Al-Khoziny, DPR Usulkan Pemerintah Beri Subsidi IMB untuk Pondok Pesantren
-
Susul Viral Tepuk Sakinah, Kini Heboh Tepuk Pajak dari Pegawai DJP
-
Di Depan Perwakilan Keluarga, Polisi Akui Belum Temukan HP Pribadi Arya Daru
-
Demo di DPR, Koalisi Sipil hingga Mahasiswa Desak Hentikan Represi dan Bebaskan Tahanan Politik
-
HUT ke-80 TNI di Monas Hasilkan 126,65 Ton Sampah!
-
Pemerintah Tegaskan Pasal 8 UU Pers Sudah Jamin Perlindungan Hukum bagi Wartawan
-
Gibran Pimpin Upacara Pemakaman Istri Wapres ke-4: Hormat Terakhir untuk Karlinah
-
SK Baru Menkum, Agus Suparmono jadi Waketum Dampingi Mardiono di Pucuk PPP
-
Geger Udang Cikande Terpapar Radioaktif, Waka MPR Eddy Soeparno: Ini Bukan Hal Ringan!
-
DAS Ciliwung Jadi Lokasi Aksi Bersih PLN dan KLH: Angkut 176 Kg Sampah dan Tanam 2.500 Pohon