Suara.com - Jerman akan memesan 35 jet tempur paling modern yang ada saat ini, F-35 buatan AS, seharga 4,4 miliar dollar. Tanpa serangan Rusia ke Ukraina, sulit dibayangkan rencana ini bisa lolos di parlemen.
Jet tempur siluman F-35 Lightning II dianggap sebagai jet tempur paling modern di dunia saat ini.
Pesawat tempur buatan Lockheed Martin disebut-sebut sebagai "komputer bersenjata”, mampu berjejaring dengan pesawat lain di udara atau dengan pasukan darat dan memroses ribuan informasi setiap detik.
Pesawat ini juga bisa dilengkapi dengan hulu ledak nuklir.
Menteri Pertahanan Christine Lambrecht (SPD) awal minggu ini mengumumkan bahwa Jerman akan membeli 35 jet tempur F-35 untuk menggantikan jet tempur Tornado yang sudah dioperasikan sejak lebih 40 tahun lalu.
"Ada alasan militer yang mendukung F-35,” kata Rafael Loss, pakar keamanan di lembaga think tank European Council on Foreign Relations.
"Jika Anda harus membawa bom nuklir, memang lebih baik melakukannya dengan pesawat siluman daripada dengan pesawat yang tidak memiliki kemampuan itu,” katanya kepada DW.
"Yang dibutuhkan adalah jejak radar yang rendah dan kemampuan untuk mendeteksi dan menyerang target dari jarak jauh.
F-35 dapat melakukan itu lebih baik daripada sistem tempur udara lainnya yang ada di pasaran saat ini,” ujarnya.
Baca Juga: Jerman Borong Puluhan Jet Tempur F-35, Siapkan Armada Pembawa Bom Nuklir?
Harganya miliaran euro
Tetapi pesawat berteknologi tinggi seperti itu tentu ada harganya. Rafael Loss memperkirakan, 35 jet tempur itu akan menelan biaya sekitar 4 miliar euro, atau senilai 4,4 miliar dolar.
Selain itu, tentu akan ada biaya operasional yang cukup besar, dan beberapa ratus juta euro harus dianggarkan untuk penyesuaian bandara militer di Jerman yang diperlukan untuk F-35.
Tanpa invasi Rusia ke Ukraina, investasi seperti itu tidak mungkin bisa terjadi.
Namun sekarang, situasi memang berubah dan pemerintahan saat ini sudah bertekad memperkuat militer Jerman, Bundeswehr dengan anggaran khusus 100 miliar euro setiap tahun.
Terutama dari Partai Hijau yang ikut dalam koalisi pemerintahan, yang dulu didirikan oleh generasi anti perang, tidak ada lagi penentangan besar seperti masa-masa lalu.
Tag
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
12 Orang Tewas dalam Penembakan Massal Saat Perayaan Hanukkah di Australia
-
Menperin Dorong Industri Berubah Total, Targetnya Zero Waste dan Efisiensi Tinggi
-
Akses Bireuen-Aceh Tengah Kembali Tersambung, Jembatan Bailey Teupin Mane Resmi Rampung
-
Cara Daftar Mudik Nataru Gratis Kemenhub, Hanya untuk 3 Ribu Lebih Pendaftar Pertama
-
Jurus 'Dewa Penyelamat' UB Selamatkan 36 Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera
-
Prabowo Panggil Menteri ke Hambalang, Ada Target Soal Pembangunan Hunian Korban Bencana
-
Jadi Biang Kerok Banjir Kemang, Normalisasi Kali Krukut Telan Biaya Fantastis Rp344 Miliar
-
Gubernur Bobby Nasution Lepas Sambut Pangdam, Sumut Solid Atasi Bencana
-
Fakta Baru Pengeroyokan Maut Kalibata, Ternyata Lokasi Bentrokan Lahan Milik Pemprov DKI
-
LPSK Puji Oditur Militer: 22 Senior Penganiaya Prada Lucky Dituntut Bayar Ganti Rugi Rp1,6 Miliar