"Ini ditujukan untuk negara-negara berkembang dengan penekanan pada tahap pembangunan bersama atau pengalaman bersama dalam mengalami sejarah kolonialisme, dan menekankan prinsip-prinsip kedaulatan dan tanpa intervensi."
Pukulan besar bagi organisasi internasional Saat Amerika Serikat dan Cina tengah mencoba mengonsolidasikan hubungan mereka dengan negara-negara dengan nilai-nilai yang sama, muncul kekhawatiran tentang kemungkinan persaingan ini akan menimbulkan tantangan bagi sistem internasional yang tengah berjalan.
"Sekarang kita telah memasuki fase di mana berbagai wilayah geografi telah menyadari ketergantungan strategis dan kritis mereka dan telah mulai, kurang lebih, melindungi pasar terbuka mereka dari perusahaan-perusahaan yang disubsidi negara Cina dan berusaha mendapatkan timbal balik dengan cara mereka sendiri," ujar Havren.
"Dua blok yang muncul ini dan persaingan antara mereka akan menyebar ke semua bidang, termasuk pertahanan, perdagangan, investasi, dan teknologi. Sistem internasional yang ada tengah ditantang oleh koalisi longgar yang dipimpin oleh Cina dan Rusia, sementara demokrasi Barat berusaha mempertahankannya," menurut Havren.
Ia memperkirakan bahwa persaingan ini akan memberikan pukulan besar bagi organisasi internasional karena mereka berisiko menjadi "usang" dan telah menunjukkan ketidakmampuannya dalam memecahkan berbagai masalah penting, termasuk perang Ukraina.
Upaya pertahankan level kerja sama Terlepas dari kesenjangan yang semakin besar di antara kedua kubu, negara-negara Barat masih berharap untuk dapat mempertahankan beberapa tingkat kerja sama dengan Beijing dalam isu-isu tertentu, seperti perubahan iklim.
Namun, itu tidak mudah mengingat persaingan yang berkembang dan rasa ketidakpercayaan yang semakin dalam. John Kerry, utusan khusus kepresidenan AS untuk iklim, baru-baru ini mengatakan bahwa kerja sama iklim antara Washington dan Beijing menjadi "lebih sulit" karena kian tajamnya perbedaan pendapat antara kedua belah pihak.
"Ini membuat diplomasi lebih rumit," tambah Havren. Ian Chong dari NUS juga berpendapat bahwa upaya untuk membuat Beijing mengatasi perubahan iklim menjadi lebih sulit.
"Semua orang menyadari bahwa setiap negara perlu berbuat sesuatu tentang lingkungan, tetapi masalah siapa yang harus melakukan lebih banyak dan siapa yang melakukan lebih sedikit, serta apakah negara-negara maju bisa mengatur apa yang harus dilakukan negara lain, tampaknya ini akan terus menciptakan ketegangan," ujar Ian Chong. (ae/yf)
Baca Juga: Presiden China Xi Jinping Idap Aneurisma Otak, Mungkinkah Bisa Mengancam Jiwa?
Berita Terkait
-
Bingung Kasih Kado Hari Ibu 2025? Ini 7 Pilihan Lipstik Cantik untuk Ibu Tersayang
-
Mendagri Tito Jelaskan Duduk Perkara Pemkot Medan Kembalikan Bantuan Beras 30 Ton ke UAE
-
4 Rekomendasi Tablet 1 Jutaan dengan Slot SIM, Praktis untuk Mobilitas
-
Minggu Besok, Pesantren Lirboyo Undang Seluruh Unsur NU Bahas Konflik Internal PBNU
-
Timnas Indonesia U-22 Tidak Gagal Sendiri di SEA Games 2025, Daftar Cabor Tak Bawa Medali
Terpopuler
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
Dampingi Presiden, Bahlil Ungkap BBM hingga Listrik di Sumbar Tertangani Pasca-Bencana
-
UPDATE Klasemen SEA Games 2025: Indonesia Selangkah Lagi Kunci Runner-up
-
6 Mobil Bekas Paling Cocok untuk Wanita: Lincah, Irit, dan Punya Bagasi Cukup
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
Terkini
-
Mendagri Tito Jelaskan Duduk Perkara Pemkot Medan Kembalikan Bantuan Beras 30 Ton ke UAE
-
Minggu Besok, Pesantren Lirboyo Undang Seluruh Unsur NU Bahas Konflik Internal PBNU
-
Kementerian PU Tandatangani Kontrak Pekerjaan Pembangunan Gedung SPPG di 152 Lokasi
-
Eks Mensos Tekankan Pentingnya Kearifan Lokal Hadapi Bencana, Belajar dari Simeulue hingga Sumbar
-
Terjebak Kobaran Api, Lima Orang Tewas dalam Kebakaran Rumah di Penjaringan
-
SPPG, Infrastruktur Baru yang Menghubungkan Negara dengan Kehidupan Sehari-Hari Anak Indonesia
-
Jaksa Kejati Banten Terjaring OTT KPK, Diduga Peras WNA Korea Selatan Rp 2,4 Miliar
-
6 Fakta Wali Kota Medan Kembalikan 30 Ton Beras Bantuan UEA, Nomor 6 Jadi Alasan Utama
-
Cas Mobil Listrik Berujung Maut, 5 Nyawa Melayang dalam Kebakaran di Teluk Gong
-
Warga Aceh Kibarkan Bendera Putih, Mendagri Tito Minta Maaf