Suara.com - Anggota Komisi V DPR Suryadi Jaya Purnama mengatakan pemerintah baru memiliki strategi khusus untuk mengatasi backlog rumah. Hal itu dikatakan Suryadi saat menanggapi pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Menurutnya strategi khusus memang diperlukan, terutama dengan percepatan, relaksasi dan penyederhanaan syarat-syarat dan ketentuan dari perbankan hingga realisasi akad KPR subsidi untuk dapat menampung konsumen non-fixed income, UMKM.
"Khususnya bagi MBR (masyarakat berpenghasilan rendah) dan milenial," kata Suryadi kepada wartawan, Senin (11/7/2022).
Suryadi mengatakan startegi khusus itu bisa dilakukan oleh pemerintah, semisal memberikan bantuan pinjaman bagi kepemilikan rumah pertama sehingga pembeli rumah pertama tidak harus memberikan uang muka hingga 30 persen.
"Pembebasan biaya BPHTB (Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan) bagi MBR juga merupakan contoh lain yang dapat diberikan," kata Suryadi.
Ia menambahkan seiring dengan kebijakan itu, pemerintah perlu juga untuk melakukan perbaikan regulasi guna mendorong minat swasta.
"Stimulasi bagi swasta salah satunya dengan kemudahan mengkonversi aturan hunian berimbang, yaitu cukup dengan membangun rumah susun umum atau dengan nilai uang. Kurangnya peran swasta dalam pemenuhan backlog perumahan saat ini jelas merupakan bukti gagalnya regulasi yang ada saat ini," ujarnya.
Surryadi menilai kegagalan pemerintah dalam menjalankan program mengatasi backlog tidak sekadar karena keterbatasan APBN. Ia berujar gagalan penyediaan kebutuhan rumah hunian juga disebabkan oleh faktor lain, yaitu kegagalan pemerintah dalam menumbuhkan minat swasta untuk ikut membangun rumah hunian.
"Hal ini terjadi karena Pemerintah gagal meningkatkan daya beli masyarakat yang lemah, dimana jumlah rakyat miskin dengan pendapatan di bawah Rp30.517 per hari saat ini berjumlah sekitar 150,2 juta orang (2018)," ujar Suryadi.
Baca Juga: Rakyat Terancam Sulit Beli Rumah, Pemerintah Diharap Buat Program Bantu MBR
Selain itu ada sebab lainnya ialah pemerintah yang gagal membuat harga tanah stabil dan terjangkau lantaran tanah atau lahan yang kini dikuasai oleh segelintri korporasi properti. Hal itu yang kemudian mengakibatkan harga tanah terus alami kenaikkan
Di mana saat ini kata dia, kenaikkan harga tanah lebih cepat dibanding kenaikkan gaji. Tercatat pendapatan per kapita menurun sebesar 3,3% pada tahun 2020 tetapi indeks harga properti bangunan tumbuh sebesar 1,4%.
"Dengan harga tanah yang makin mahal pula, pengembang kesulitan melaksanakan aturan hunian berimbang berupa kewajiban membangun rumah umum atau sederhana. Seharusnya lokasi pembangunan bagi rumah subsidi tidak perlu satu lokasi. Bila perlu, pemerintah menyediakan lahan bagi pemenuhan hunian berimbang tersebut," kata Suryadi.
Banyak Tinggal di Rumah Mertua
Pemenuhan kebutuhan tempat tinggal masih menjadi salah satu masalah bagi Indonesia. Hal ini pun diperparah dengan semakin mahalnya properti akibat lahan yang sempit di daerah perkotaan, yang masih menjadi tempat utama masyarakat dalam mencari nafkah.
Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati, mengatakan saat ini kondisi backlog perumahan di Indonesia mencapai 12,75 juta, tingginya angka kebutuhan rumah ini disebabkan karena tidak adanya permintaan yang tinggi dari masyarakat akibat penghasilan mereka yang rendah ditambah lagi harga properti dan tanah semakin mahal.
Berita Terkait
-
BTN Terus Dorong Implementasi Sekuritisasi Aset di Indonesia untuk Wujudkan Pengurangan Backlog Perumahan
-
PUPR Kaimana Akan Bangun Drainase Cegah Banjir di Beberapa titik
-
IKN Pindah ke Kaltim, Kawasan Sekitar Bogor Bisa Jadi Pusat Pertumbuhan Properti Residensial
-
Rakyat Terancam Sulit Beli Rumah, Pemerintah Diharap Buat Program Bantu MBR
-
Summarecon Agung Tebar Dividen Rp99 Miliar ke Pemegang Saham
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
-
Cuma Mampu Kurangi Pengangguran 4.000 Orang, BPS Rilis Data yang Bikin Kening Prabowo Berkerut
-
Rugi Triliunan! Emiten Grup Djarum, Blibli PHK 270 Karyawan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
Terkini
-
Gubernur Riau Telah Terima Uang Pemerasan Rp4,05 Miliar, Ada yang Mengalir ke PKB?
-
Rumah Hakim Kasus Korupsi Anak Buah Bobby Terbakar, Begini Kata Polisi usai 2 Kali TKP
-
Hotman Paris Sebut Saksi Ahli CMNP Jadi 'Senjata Makan Tuan' dalam Sidang Sengketa NCD
-
Lagi Jadi Fokus Dirut Transjakarta, Kenapa Mode Share Transportasi Umum di Jakarta Baru 22 Persen?
-
Rumah Hakim PN Medan Kebakaran, Sengaja Dibakar atau Murni Kecelakaan?
-
Akhir Petualangan Dokter Predator, Priguna Anugerah Divonis 11 Tahun Penjara
-
Tolak Soeharto Pahlawan, Cerita Pilu Penyintas Tragedi Tanjung Priok: Ditelanjangi di Markas Kodim
-
Bukan Lagi Soal Look Good, Ini Prioritas Baru Kelas Menengah Indonesia yang Harus Dipahami Brand
-
Momen Haru Jokowi Saksikan Pelepasan Jenazah Raja Solo PB XIII, Ribuan Warga Tumpah Ruah
-
7 Provinsi Terkorup di Indonesia Versi ICW: Riau dan NTT Jadi Pemuncak