Suara.com - BMenteri Keuangan Sri Mulyani sempat menyampaikan besar kemungkinan bahwa Indonesia akan terjerat resesi. Dikutip dari berbagai sumber, beberapa negara juga terancam resesi antara lain adalah Amerika Serikat, Jepang, Kanada, Australia, Korea Selatan dan beberapa negara di Eropa. Lantas, bagaimana dengan Indonesia? Apa penyebab resesi?
Terjadinya resesi ekonomi seringkali diindikasikan dengan menurunnya atau meningkatnya harga-harga komoditas dalam negeri, di mana jika tidak segera diatasi, maka resesi akan berlangsung dalam jangka waktu lama sehingga menjadi depresi ekonomi.
Jika ekonomi suatu negara sudah sampai pada tahap resesi, maka pemulihan ekonomi akan jauh lebih sulit dilakukan dan berujung pada terjadiya krisis ekonomi. Kira-kira, apa penyebab resesi ekonomi?
Penyebab Resesi Ekonomi
Mari mengenal lebih dekat faktor-faktor apa saja yang menyebabkan resesi ekonomi pada suatu negara:
1. Ketidakseimbangan produksi dan konsumsi
Keseimbangan antara produksi dan konsumi akan menjadi dasar pertumbuhan ekonomi. Di saat produksi dan konsumsi tidak seimbang, maka akan terjadi masalah dalam siklus ekonomi.
Jika tingginya produksi tidak diikuti dengan tingginya konsumsi, maka akan berakibat pada penumpukan stok persediaan barang. Sebaliknya, jika produksi rendah sedangkan konsumi tinggi maka kebutuhan dalam begeri tidak mencukupi dan negara melakukan impor.
Hal tersebut juga akan berakibat penurunan laba perusahaan yang berpengaruh pada lemahnya pasar modal.
Baca Juga: Pos Indonesia Rambah Layanan Transaksi Keuangan Digital dengan Mengembangkan Pospay
2. Perlambatan pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan ekonomi dalam skala global, digunakan sebagai suatu ukuran untuk menentukan baik buruknya kondisi ekonomi suatu negara. Jika pertumbuhan ekonomi negara mengalami kenaikan secara signifikan, maka itu artinya negara tersebut dalam kondisi ekonomi yang kuat.
Begitupun sebaliknya, pertumbuhan ekonomi menggunakan acuan produk domestik bruto yang merupakan hasil penjumlahan dari konsumsi, pengeluaran pemerintah, investasi dan ekspor yang dikurangi impor.
Jika produk domestik bruto mengalami penurunan dari tahun ke tahun, maka dapat dipastikan bahwa pertumbuhan ekonomi negara yang bersangkutan mengalami kelesuan atau resesi.
3. Terjadinya inflasi atau deflasi yang tinggi
Di satu sisi, inflasi memang diperlukan untuk mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi, namun inflasi yang terlalu tinggi justru mempersulit kondisi ekonomi. Hal ini karena harga-harga komoditas melonjak sehingga tidak bisa dijangkau semua kalangan masyarakat, terutama pada kelas ekonomi menengah ke bawah.
Berita Terkait
-
Pos Indonesia Rambah Layanan Transaksi Keuangan Digital dengan Mengembangkan Pospay
-
Kenaikan PJP2U Bikin Harga Tiket Pesawat Mahal, Alvin Lie: Seharusnya Diumumkan Dulu
-
Hyundai Stargazer Resmi Diperkenalkan, Konsumen Sudah Bisa Lakukan Pemesanan
-
Wisatawan Indonesia Antusias Sambut Liburan Tengah Tahun, Destinasi Favorit Ada di Asia Tenggara
-
Pindah ke EAFF Tak Garansi Timnas Indonesia Bisa Hadapi Jepang hingga Korsel di Turnamen Regional
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
KPK Akhirnya Ambil Alih Kasus Korupsi Petral dari Kejagung, Apa Alasannya?
-
KPK Selidiki Korupsi Google Cloud, Kuasa Hukum Bantah Nadiem Makarim Terlibat
-
Kemenpar Dukung Pesta Diskon Nasional 2025: Potongan Harga 20-80 Persen!
-
Sadis! Pembunuh Guru di OKU Ternyata Mantan Penjaga Kos, Jerat Leher Korban Demi Ponsel
-
Gebrakan Menhan-Panglima di Tambang Ilegal Babel Dikritik Imparsial: Pelanggaran Hukum, Tanda Bahaya
-
Otak Pembakar Rumah Hakim PN Medan Ternyata Mantan Karyawan, Dendam Pribadi Jadi Pemicu
-
Dari IPB hingga UGM, Pakar Pangan dan Gizi Siap Dukung BGN untuk Kemajuan Program MBG
-
Menhaj Rombak Skema Kuota Haji: yang Daftar Duluan, Berangkat Lebih Dulu
-
Isu Yahya Cholil Staquf 'Dimakzulkan' Syuriyah PBNU, Masalah Zionisme Jadi Sebab?
-
Siap-siap! KPK akan Panggil Ridwan Kamil Usai Periksa Pihak Internal BJB