Suara.com - Tekanan terhadap seorang menteri pemerintah Macron untuk mengundurkan diri semakin meningkat setelah ia menyampaikan pernyataan yang dinilai menstigmatisasi homoseksualitas dan orang-orang LGBTQ.
Pernyataan Caroline Cayeux telah menyakiti dan menimbulkan kemarahan banyak orang, termasuk mitra-mitranya, dan mendorong dialog yang lebih luas tentang sikap diskriminatif yang dilakukan secara terus menerus oleh orang-orang yang berkuasa.
Lebih dari 100 tokoh terkemuka menerbitkan seruan mundur di suratkabar Journal du Dimanche, dan mempertanyakan mengapa ia masih duduk di pemerintahan. Mereka yang menandatangani seruan itu mencakup sejumlah anggota parlemen, pejabat senior, peraih medali Olimpiade, dokter, artis, mantan perdana menteri, mantan penasehat utama Macron dan beberapa orang lain dalam kubu politik Macron.
Dalam sebuah wawancara minggu ini tentang tentangan terhadap undang-undang Prancis tahun 2013 yang mengizinkan pernikahan sesama jenis dan adopsi gay, Cayeux mengatakan tindakan itu “melawan alam.”
Berbicara di radio pemerintah Public Senat Selasa lalu (12/7), Cayeux mengatakan ia telah dinilai berprasangka. “Saya bersikukuh mempertahankan pernyataan saya. Saya selalu mengatakan jika undang-undang itu diberlakukan maka saya akan menerapkannya. Saya punya banyak teman diantara 'orang-orang itu,' tetapi kini saya menjadi sasaran pengadilan yang tidak adil. Ini membuat saya kesal.”
Pernyataannya tentang “those people” atau “orang-orang itu” dalam wawancara itu kembali memicu gelombang protes di kalangan orang-orang LBGTQ dan mereka yang berjuang melawan diskriminasi dan pelecehan, dan memicu seruan agar ia segera mengundurkan diri.
Sebuah gugatan hukum juga telah diajukan terhadapnya karena penghinaan publik.
Cayeux kemudian menyampaikan penyesalannya lewat Twitter dengan mengatakan kata-katanya “tidak pantas,” dan mengirim surat permintaan maaf kepada kelompok-kelompok anti-diskriminasi. Ia mengatakan kepada suratkabar Le Parisien bahwa pernyataannya “sama sekali tidak mencerminkan pandangannya.”
Banyak yang mempertanyakan ketulusan perubahan sikapnya dan mengatakan bahwa kerusakan sudah terjadi.
Baca Juga: Kisah Miss Universe Pertama Bhutan yang Akui Menjadi Bagian dari Komunitas LGBTQ+
“Bagaimana kita bisa percaya bahwa pemerintah akan menghormati kesetaraan bagi semua orang, akan berkomitmen untuk memerangi diskriminasi dan menjamin kesetaraan gender?” demikian petikan beberapa pertanyaan dalam suatu petisi di dunia maya oleh kelompok-kelompok LGBTQ yang menuntut pengunduran diri Cayeux dan dua pejabat lain yang menentang undang-undang perkawinan sesama jenis. Petisi itu menyebut mereka sebagai “juru bicara kebencian dan penolakan.”
Tetapi Perdana Menteri Elisabeth Borne tampaknya mendukung Cayeux. Berbicara Jumat lalu (15/7), ia mengatakan pernyataan Cayeux itu “ceroboh” tetapi menyambut permintaan maaf yang disampaikan. Borne mengatakan ke depan Cayeux akan “hati-hati” ketika mendukung upaya melawan diskriminasi anti-LGBTQ.
Isu ini telah memecah belah pemerintahan ketika Macron secara politik berada dalam posisi sangat lemah setelah kehilangan mayoritas di parlemen. (Sumber: VOA)
Berita Terkait
-
Kisah Miss Universe Pertama Bhutan yang Akui Menjadi Bagian dari Komunitas LGBTQ+
-
Wanita Ini Ditinggal Sang Suami, Alasannya Bikin Sakit Hati Keluarga
-
Film Lokal Indonesia yang Angkat Tema LGBT
-
Manfaatkan Aplikasi Kencan, Pelaku Sindikat Penipuan di Senen Target Korban LGBT
-
Heboh! Marvel Comics Bakal Kenalkan Spider-Man Gay Pertama Mereka
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
KPK Akhirnya Ambil Alih Kasus Korupsi Petral dari Kejagung, Apa Alasannya?
-
KPK Selidiki Korupsi Google Cloud, Kuasa Hukum Bantah Nadiem Makarim Terlibat
-
Kemenpar Dukung Pesta Diskon Nasional 2025: Potongan Harga 20-80 Persen!
-
Sadis! Pembunuh Guru di OKU Ternyata Mantan Penjaga Kos, Jerat Leher Korban Demi Ponsel
-
Gebrakan Menhan-Panglima di Tambang Ilegal Babel Dikritik Imparsial: Pelanggaran Hukum, Tanda Bahaya
-
Otak Pembakar Rumah Hakim PN Medan Ternyata Mantan Karyawan, Dendam Pribadi Jadi Pemicu
-
Dari IPB hingga UGM, Pakar Pangan dan Gizi Siap Dukung BGN untuk Kemajuan Program MBG
-
Menhaj Rombak Skema Kuota Haji: yang Daftar Duluan, Berangkat Lebih Dulu
-
Isu Yahya Cholil Staquf 'Dimakzulkan' Syuriyah PBNU, Masalah Zionisme Jadi Sebab?
-
Siap-siap! KPK akan Panggil Ridwan Kamil Usai Periksa Pihak Internal BJB