Suara.com - Komisi Nasional (Komnas) HAM menilai kelompok Lesbi Gay Biseksual dan Transgender (LGBT) menjadi salah satu kelompok yang paling rentan dilecehkan dan dipolitisasi saat momen Pemilu.
Hal tersebut tertuang dalam laporan Pengamatan Situasi Pemenuhan Hak Konstitusional Kelompok Rentan Marginal Pada Pemilu dan Pilkada Seretak 2024 yang dirilis Komnas HAM pada Jumat (12/5/2023).
Komisioner Komnas HAM Pramono Ubaid Tanthowi menyampaikan, salah satu temuan itu terjadi di Kota Medan, Sumatera Utara (Sumut). Sebab Wali Kota Medan Bobby Nasution secara terbuka menyatakan Medan merupakan kota bebas dari LGBT.
"Teman-teman LGBT merasa semakin insecure karena ada pernyataan dari pimpinan daerahnya yang menyatakan bahwa Kota Medan sebagai bebas LGBT," ujar Ubai dalam jumpa pers di Jakarta Pusat.
Hal itu, kata Pramono, membuat kelompok LGBT merasa malu dan berkecil hati ketika datang ke TPS saat memilih.
"Ini membuat teman-teman semakin insecure nanti untuk datang ke TPS. Bahwa mereka didata oke, tetapi untuk datang ke TPS itu mereka semakin merasa ter-discourage," jelas Pramono.
Selain itu, Pramono berpandangan kelompok LGBT juga rentan dipolitisasi oleh calon legislatif (caleg) atau partai politik saat masa kampanye. Dengan menjadikan LGBT sebagai objek politisasai untuk mendulang dukungan dari kelompok tertentu.
"Mereka rentan menjadi korban politisasi. Jadi ada misalnya caleg-caleg atau partai-partai yang misalnya menyatakan 'kami anti LGBT, kita akan memberantas LGBT'," sebut Pramono.
Dalam kesempatan yang sama, Komisioner Komnas HAM Saurlin Siagian mencontohkan hal serupa terjadi di Kota Surabaya, Jawa Timur. Temuan Komnas HAM, kelompok LGBT merasa dilecehkan ketika datang ke TPS karena kerap dipandang sinis.
Baca Juga: Analis: Banyak Boyong Artis Jadi Caleg Tak Jamin Parpol Dulang Suara Banyak di Pemilu 2024
"Itu dianggap pelecehan juga. Kita harus memahami itu sebagi pelecehan jika mereka merasa dilecehkan," sebut dia.
Lebih lanjut, Saurlin menyampaikan diskriminasi kepada kelompok LGBT pada masa pemungutan suara tidak hanya terjadi di Medan dan Surbaya. Pemerintah dan KPU harus memberikan perhatian khusus terkait hal itu.
"Saya kira itu terkait secara masif dan membutuhkan perhatian khusus dari bukan hanya KPU tapi juga pemerintah," katanya.
Berita Terkait
-
Analis: Banyak Boyong Artis Jadi Caleg Tak Jamin Parpol Dulang Suara Banyak di Pemilu 2024
-
Hari Ini Giliran PAN dan PPP Bakal Daftarkan Bacaleg ke Kantor KPU RI
-
Survei Indikator Politik Indonesia: Tak Hanya Cawapres, Ridwan Kamil Banyak Dipilih Sebagai Calon Gubernur DKI Jakarta
-
Pekan Ini, Partai Garuda Bakal Umumkan Nama Capres yang akan Diusungnya di Pilpres 2024
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Sadis! Pembunuh Guru di OKU Ternyata Mantan Penjaga Kos, Jerat Leher Korban Demi Ponsel
-
Gebrakan Menhan-Panglima di Tambang Ilegal Babel Dikritik Imparsial: Pelanggaran Hukum, Tanda Bahaya
-
Otak Pembakar Rumah Hakim PN Medan Ternyata Mantan Karyawan, Dendam Pribadi Jadi Pemicu
-
Dari IPB hingga UGM, Pakar Pangan dan Gizi Siap Dukung BGN untuk Kemajuan Program MBG
-
Menhaj Rombak Skema Kuota Haji: yang Daftar Duluan, Berangkat Lebih Dulu
-
Isu Yahya Cholil Staquf 'Dimakzulkan' Syuriyah PBNU, Masalah Zionisme Jadi Sebab?
-
Siap-siap! KPK akan Panggil Ridwan Kamil Usai Periksa Pihak Internal BJB
-
Bukan Tax Amnesty, Kejagung Cekal Eks Dirjen dan Bos Djarum Terkait Skandal Pengurangan Pajak
-
Menhaj Irfan Siapkan Kanwil Se-Indonesia: Tak Ada Ruang Main-main Jelang Haji 2026
-
Tembus Rp204 Triliun, Pramono Klaim Jakarta Masih Jadi Primadona Investasi Nasional