Suara.com - Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun menuai kontroversi gegara berbagai kebijakan yang dianggap menyimpang dari kaidah agama. Tak hanya itu, pihak Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan Ponpes Al Zaytun terbukti terafiliasi dengan gerakan Negara Islam Indonesia (NII).
"Hasil penelitian dari MUI jelas kalau itu ( Ponpes Al Zaytun) terindikasi atau terafiliasi dengan NII," kata Wakil Sekjen Bidang Hukum dan HAM MUI Ikhsan Abdullah di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat pada Rabu (21/6/2023).
"Ini terlihat dari pola rekrutmen perhimpunan atau penarikan dana dari anggota dan masyarakat," lanjutnya.
Ajaran NII sendiri sudah ditentang sejak kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 silam. Ajaran yang digagas oleh tokoh Karto Suwiryo itu pun hingga kini masih digolongkan sebagai gerakan radikalisme.
Lalu, seperti apa awal berdirinya NII ini? Simak inilah selengkapnya.
Negara Islam Indonesia (NII) awalnya merupakan suatu gerakan yang memiliki misi membantu Indonesia merebut kemerdekaan. Gerakan NII mulai merambah ke berbagai daerah saat Jepang mulai kehilangan pertahanan di Indonesia.
Situasi itu terjadi pasca peristiwa bom atom Nagasaki dan Hirosima pada tahun 1945. Kekosongan pemerintahan di Indonesia oleh Jepang saat itu membuat penyebaran ajaran NII pun semakin meluas.
Pada tahun 1948, pemimpin NII, Karto Suwiryo, membentuk Darul Islam (DI) dengan Tentara Islam Indonesia (DI/TII) yang terpusat pada lima daerah besar di Indonesia. Gerakan ini diprakarsai dari daerah Jawa Barat.
Selama beberapa tahun perjuangan dalam menyebarkan gerakan NII, Karto Suwiryo mencoba untuk membentuk Indonesia sebagai negara dengan ideologi politik Islam. Berbagai gerakan secara gerilya pun dilakukan oleh Karto Suwiryo.
Baca Juga: Pakai Dalil Untuk Merampok, Ponpes Al-Zaytun Palsukan Dokumen KTP, KK dan Ijazah
Namun, gerakan NII ternyata membelot untuk menurunkan ideologi Pancasila dan mengutamakan ideologi Islam di Indonesia. Tak ayal, gerakan itu membuat Karto Suwiryo dan pengikutnya memberontak melawan pemerintah Indonesia.
Pemicu utama dari pemberontakan karena hasil perundingan Renville yang dilakukan Pemerintah Indonesia dengan Belanda. Hasil perundingan meminta agar DI/TII meninggalkan Jawa Barat.
Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat pun terjadi mulai Februari 1948 hingga 4 Juni 1962. Pemberontakan tersebut juga dilakukan para anggota DI/TII yang berada di daerah lainnya.
Perpecahan pun terjadi sehingga akhirnya membuat Pemerintah Indonesia melarang segala aktivitas NII karena memiliki ideologi yang dianggap berbahaya.
Meskipun termasuk dalam gerakan radikal, namun hingga kini gerakan NII masih kerap muncul di tengah masyarakat. Berbagai ajaran yang dianggap menyesatkan pun masih terjadi di berbagai daerah.
Beberapa ajaran yang menyesatkan NII salah satunya adalah membayar dosa dengan uang. Para anggota NII meyakini bahwa dosa dapat ditebus dengan uang, sehingga dosa tersebut bakal terhapus.
Berita Terkait
-
Pakai Dalil Untuk Merampok, Ponpes Al-Zaytun Palsukan Dokumen KTP, KK dan Ijazah
-
CEK FAKTA: Panji Gumilang Akhirnya Kena Azab Karena Berani Duakan Allah, Benarkah?
-
Ridwan Kamil Sebut Ponpes Al Zaytun Dapat Dana Miliaran dari Kemenag, Kader PKB: Speechless
-
Bangunan-bangunan 'Aneh' di Dalam Pondok Pesantren Al Zaytun, Bahtera Nuh hingga Istana Beras
-
Tanggapi Kontroversi Ponpes Al Zaytun, Ketua MUI Garut: Sudah Lama Ada Kesan Pembiaran Oleh Pemerintah
Terpopuler
- Owner Bake n Grind Terancam Penjara Hingga 5 Tahun Akibat Pasal Berlapis
- Beda Biaya Masuk Ponpes Al Khoziny dan Ponpes Tebuireng, Kualitas Bangunan Dinilai Jomplang
- 5 Fakta Viral Kakek 74 Tahun Nikahi Gadis 24 Tahun, Maharnya Rp 3 Miliar!
- Promo Super Hemat di Superindo, Cek Katalog Promo Sekarang
- Tahu-Tahu Mau Nikah Besok, Perbedaan Usia Amanda Manopo dan Kenny Austin Jadi Sorotan
Pilihan
-
278 Hari Berlalu, Peringatan Media Asing Soal Borok Patrick Kluivert Mulai Jadi Kenyataan
-
10 HP dengan Kamera Terbaik Oktober 2025, Nomor Satu Bukan iPhone 17 Pro
-
Timnas Indonesia 57 Tahun Tanpa Kemenangan Lawan Irak, Saatnya Garuda Patahkan Kutukan?
-
Cuma Satu Pemain di Skuad Timnas Indonesia Sekarang yang Pernah Bobol Gawang Irak
-
4 Rekomendasi HP Murah dengan MediaTek Dimensity 7300, Performa Gaming Ngebut Mulai dari 2 Jutaan
Terkini
-
50 Mayat Teridentifikasi, 5 Potongan Tubuh Korban Ponpes Al Khoziny jadi 'PR' Besar DVI Polri
-
Pensiun Dini PLTU Ancam Nasib Pekerja, Koaksi Desak Pemerintah Siapkan Jaring Pengaman
-
Usut Aliran Dana Pemerasan K3, KPK Periksa Eks Dirjen Kemnaker Haiyani Rumondang
-
Ketakutan! Ledakan Dahsyat di SPBU Kemanggisan Jakbar Bikin Warga Kocar-kacir
-
Pengendara Mobil Gratis Masuk Tol KATARAJA, Catat Harinya!
-
Tragedi Ponpes Al Khoziny, ICJR Desak Polisi Sita Aset untuk Ganti Rugi Korban, Bukan Sekadar Bukti
-
Duar! Detik-detik Mengerikan Truk Tangki BBM Terbakar di SPBU Kemanggisan Jakbar, Apa Pemicunya?
-
Bantah Harga Kios Pasar Pramuka Naik 4 Kali Lipat, Begini Kata Pasar Jaya
-
Pede Sosok "Bapak J" Mudahkan Kader Lolos ke Senayan, PSI: Sekurangnya Posisi 5 Besar
-
Wacana 'Reset Indonesia' Menggema, Optimisme Kalahkan Skenario Prabowo-Gibran Dua Periode