Suara.com - Dalam upaya untuk menghadapi dampak El Nino yang puncaknya diperkirakan akan terjadi pada Agustus-September 2023, pemerintah telah mempersiapkan berbagai langkah mitigasi, terutama dalam hal ketersediaan air bersih dan ketersediaan pangan termasuk melakukan modifikasi cuaca.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Suharyanto, menyatakan telah melakukan dua langkah utama dalam menghadapi fenomena El Nino ini.
“Pertama, BNPB memberikan imbauan kepada daerah-daerah yang biasanya mengalami kekeringan untuk memastikan ketersediaan air. Ini adalah langkah penting untuk memastikan masyarakat tetap memiliki akses terhadap sumber air yang cukup saat memasuki musim kemarau,” ujarnya dalam Dialog Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) yang mengusung tema ‘Waspada Dampak El Nino’, Senin (31/7/2023).
Lebih lanjut, Suharyanto melihat beberapa wilayah di Jawa, prediksi kekeringan cukup signifikan. Karena itu, BNPB bekerja sama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air PUPR untuk menggelar operasi teknologi modifikasi cuaca.
“Operasi ini bertujuan untuk mendatangkan hujan guna mengisi danau, embung, sungai, dan sumur, serta membuat sumur bor baru sehingga air dapat digunakan oleh masyarakat,” imbuh dia.
Langkah kedua adalah mengantisipasi kebakaran hutan yang kerap terjadi akibat kekeringan. BNPB telah menetapkan enam provinsi prioritas untuk mitigasi kebakaran hutan, yakni Sumatera Selatan, Riau, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Tengah.
"Kami juga telah mengaktifkan kembali perlengkapan yang tua dan rusak, serta menambah perlengkapan yang kurang. Jika terjadi kebakaran hutan yang besar, kami akan menggelar operasi udara menggunakan helikopter water bombing,” papar Suharyanto.
Selain persiapan yang dilakukan pemerintah, dia juga menekankan peran aktif masyarakat dalam menghadapi El Nino. Edukasi tentang hemat penggunaan air, menjaga kebersihan lingkungan, dan tidak melakukan pembakaran hutan menjadi kunci bagi masyarakat untuk beradaptasi dengan kondisi yang semakin sulit akibat perubahan iklim.
Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Indonesia (BMKG), Fachri Radjab, mengatakan bahwa Indonesia saat ini sedang mengalami musim kemarau ekstrem yang dipicu oleh fenomena El Nino.
Baca Juga: Kementan Berikan Bantuan Sarana dan Prasarana Imbas Badai El Nino di Lombok Barat
“Sejarah mencatat bahwa intensitas El Nino pernah kuat pada tahun 2015 dan lemah pada tahun 2019. BMKG memprediksi bahwa pada tahun 2023, El Nino akan mencapai puncaknya pada bulan Agustus dan September,” kata dia.
Dampak El Nino mempengaruhi tiap daerah dengan karakter yang berbeda. Saat ini, sekitar 63 persen wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau dan terdampak El Nino.
“Prediksi BMKG menunjukkan bahwa musim kemarau pada tahun ini diperkirakan lebih kering dibandingkan tiga tahun sebelumnya,” lanjutnya.
Fachri menyebutkan, beberapa wilayah yang diprediksi akan mengalami curah hujan sangat rendah mencakup sebagian besar wilayah Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Sulawesi Selatan, Tengah, dan Tenggara.
“Bahkan, saat ini di Bali, NTB dan NTT sudah masuk dalam krisis, karena dalam catatan kami sudah 60 hari tidak turun hujan,” sebut dia.
Meskipun puncak El Nino diperkirakan pada Agustus-September, pengaruhnya akan terus berlangsung hingga Desember. Oleh karena itu, kewaspadaan harus tetap dijaga dan langkah-langkah mitigasi perlu diantisipasi.
Tag
Berita Terkait
-
El Nino Berapa Lama? Para Ahli Beberkan Perkiraan Potensi Kekuatannya
-
Jokowi Minta Fenomena El Nino Diantisipasi, Pemprov DKI Anjurkan Warga Tanam Pangan Sendiri
-
Breaking News, Warga Diminta Waspada Aktivitas Gunung Api Dempo Sumsel
-
Kenali Penyebab El Nino dan La Nina yang Buat Cuaca Ekstrem di Indonesia
-
Perbedaan El Nino dan La Nina yang Mempengaruhi Cuaca di Indonesia
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Gak Perlu Mahal, Megawati Usul Pemda Gunakan Kentongan untuk Alarm Bencana
-
5 Ton Pakaian Bakal Disalurkan untuk Korban Banjir dan Longsor Aceh-Sumatra
-
Kebun Sawit di Papua: Janji Swasembada Energi Prabowo yang Penuh Risiko?
-
Bukan Alat Kampanye, Megawati Minta Dapur Umum PDIP untuk Semua Korban: Ini Urusan Kemanusiaan
-
Tak Mau Hanya Beri Uang Tunai, Megawati Instruksikan Bantuan 'In Natura' untuk Korban Bencana
-
Jaksa Bongkar Akal Bulus Proyek Chromebook, Manipulasi E-Katalog Rugikan Negara Rp9,2 Miliar
-
Mobil Ringsek, Ini 7 Fakta Kecelakaan KA Bandara Tabrak Minibus di Perlintasan Sebidang Kalideres
-
Giliran Rumah Kajari Kabupaten Bekasi Disegel KPK
-
Seskab Teddy Jawab Tudingan Lamban: Perintah Prabowo Turun di Hari Pertama Banjir Sumatra
-
7 Fakta Warga Aceh Kibarkan Bendera Putih yang Bikin Mendagri Minta Maaf