Suara.com - Ucapan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi yang dianggap mendiskreditkan perempuan saat menanggapi kasus Polwan Briptu FN membakar hidup-hidup suaminya yang juga polisi, Briptu RDW kini menjadi sorotan publik. Ketua Komnas Perempuan Andy Yentriyani juga ikut menanggapi perihal ucapan Budi Arie yang menyebut 'perempuan lebih kejam daripada laki-laki.'
Terkait hal itu, Andy mewanti-wanti pejabat publik agar tidak blunder saat mengeluarkan pendapat agar tidak meneguhkan stereotype gender yang justru dapat semakin mendiskriminasi perempuan.
Andy mengatakan pernyataan dengan prasangka gender yang mendiskreditkan satu pihak jenis kelamin tertentu disebut juga sebagai pernyataan yang seksis. Dalam konteks masyarakat patriarkis, pernyataan seksis lebih sering diarahkan kepada perempuan.
"Pernyataan Menkominfo Budie Arie Setiadi bahwa 'perempuan ternyata lebih kejam daripada laki-laki' terkait erat dengan sterotype perempuan sebagai pihak yang bersifat lemah lembut, dan juga label perempuan sebagai pihak yang emosional, sehingga lekas gelap mata, tidak bisa mengambil keputusan yang rasional dalam menghadapi masalah. Label serupa ini yang menjadi salah satu faktor penghambat kepemimpinan perempuan karena diragukan kapasitasnya," tutur Andy kepada wartawan, Selasa (11/6/2024).
Menurut Andy, pernyataan Budi tersebut juga bersifat over-generalisasi atas satu kasus yang bersifat individual kemudian menjadi polemik.
"Akibatnya, pertanyaan ini berpotensi menggeser perhatian dari persoalan yang lebih utama, yaitu proses penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan di dalam perkawinan dan keluarga, dan penanganan dampak negatif dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam bentuk judi online," kata Andy.
Andy juga menyoroti soal dugaan judi online yang membuat Briptu RDW dibakar hidup-hidup oleh istrinya.
Menurutnya, kasus yang ada sangkut pautnya dengan judi online itu tentu sangat mempengaruhi kondisi ekonomi keluarga di tengah tuntutan kebutuhan yang tidak sedikit. Terlebih mengingat anak pasangan suami istri itu yang masih kecil.
"Situasi ini menyebabkan kondisi perkawinan terus mengalami percekcokan dan kemiskinan yang menyebabkan tekanan psikologis yang begitu rupa bagi pihak istri. Tindak pembakaran tersebut karenanya merupakan respon reaktif istri pada tekanan yang semakin membesar itu," kata Andy.
Baca Juga: Dicecar soal Judi Online, Menkominfo Malah Salahkan Briptu FN: Perempuan Lebih Kejam dari Laki-Laki
Komnas Perempuan meminta Kominfo perlu secara sungguh-sungguh melakukan langkah kebijakan dan institusional dalam menyikapi dampak negatif, tidak hanya terbatas judi online, melainkan juga berbagai tindak pidana lainnya, seperti perdagangan orang dan kekerasan seksual berbasis elektronik.
Andy mengatakan penanganan persoalan-persoalan di atas perlu diarahkan untuk mencegah keberulangan dan juga pemulihan korban.
Selain itu, Komnas Perempuan juga mengingatkan kepolisian atas kasus yang dialami kedua anggotanya. Mengingat pasangan suami istri tersebut merupakan polisi.
Andy menyampaikan kasus tersebut merupakan pengingat bahwa ada kebutuhan mendesak di kepolisian untuk segera merumuskan kebijakan penyelidikan yang memberikan perhatian khusus kepada kerentanan perempuan berkonflik dengan hukum.
"Termasuk di dalam kebijakan tersebut adalah kebutuhan penyelenggaraan upaya pemulihan dari perempuan berkonflik dengan hukum yang melakukan perbuatannya itu akibat lapis diskriminasi dan kekerasan yang sebelumnya telah ia alami. Juga, untuk segera membangun direktorat untuk penanganan kasus perempuan dan anak sehingga kebijakan perhatian khusus tersebut dapat terimplementasi dengan optimal untuk tujuan keadilan," tutur Andy.
Selain itu, Andy meminta agar semua pihak memetik pelajaran dari kasus istri bakar suami karena dipicu judi online.
Berita Terkait
-
Kasus Polwan Bakar Suami, Kritik Telak ISESS ke Polri: Pengawasan Anggota Memble hingga Elitenya Sibuk Cari Jabatan
-
Beda Omongan Menkominfo vs Menko PMK soal Polwan Bakar Suami Gegara Judi Online, Bikin Meradang
-
Polwan Tega Bakar Suaminya Hidup-hidup usai Lahirkan Anak Kembar, Briptu FN Alami PPD?
-
Akhir Pilu Ibu Polwan Bakar Suami Hingga Tewas, Kini Ditahan Dan Tinggalkan 3 Anak Masih Balita
Terpopuler
- 17 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 20 September: Klaim Pemain 110-111 dan Jutaan Koin
- Siapa Zamroni Aziz? Kepala Kanwil Kemenag NTB, Viral Lempar Gagang Mikrofon Saat Lantik Pejabat!
- Prompt Gemini AI untuk Edit Foto Masa Kecil Bareng Pacar, Hasil Realistis dan Lucu
- Bali United: 1 Kemenangan, 2 Kekalahan, Johnny Jansen Dipecat?
- 10 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 21 September 2025, Kesempatan Klaim Pemain OVR 110-111
Pilihan
-
Ousmane Dembele Raih Ballon dOr 2025, Siapa Sosok Istri yang Selalu Mendampinginya?
-
Meski Perpres Sudah Terbit, Tapi Menkeu Purbaya Mau Review Ulang Soal Kenaikan Gaji ASN 2025
-
Prabowo: Indonesia Mengakui dan Jamin Keamanan Israel Jika Palestina Merdeka
-
Profil Glory Lamria: Diaspora Viral Usai Kunjungan Presiden di Amerika Serikat
-
Analisis IHSG Hari Ini Usai Wall Street Cetak Rekor Didorong Harga Saham Nvidia
Terkini
-
Data Pendidikan Gibran di Situs KPU Disebut Berubah di Tengah Gugatan Rp125 T, Siapa yang Mengubah?
-
'Pulau Sawit Melambai': AGRA Sebut Ekspansi Kelapa Sawit Hancurkan Indonesia
-
PDIP Endus Siasat Jokowi di Balik Perintah Prabowo-Gibran 2 Periode: Mekanisme Penyelamatan Diri
-
Momen Kubu Subhan Palal Lantang di Sidang, Tuding KPU Sulap Data Ijazah Gibran: Bukti Diubah!
-
Karena Ini Mahfud MD Beri Dua Jempol untuk Prabowo
-
Punya Informasi Penting, Kuasa Hukum Keluarga Arya Daru Temui Kabareskrim Siang Ini
-
Bawa Bukti, Roy Suryo Sambangi Kemendikdasmen: Ijazah Gibran Tak Sah, Jabatan Wapres Bisa Gugur
-
KPU Klarifikasi: Riwayat Pendidikan Gibran Diisi Langsung oleh Tim Saat Pencalonan
-
Kecelakaan Bus Transjakarta Menjadi Perhatian Serius, PSI: Apalagi Disebabkan Kelalaian Pengemudi
-
Mahfud MD Akui Sempat Ditawari Jabatan Menko Polkam: Saya Tidak Berkeringat, Tidak Etis