Suara.com - Gelombang diplomasi internasional kembali berlangsung di Qatar dengan harapan mengakhiri konflik yang telah berlangsung hampir satu tahun antara Israel dan Hamas. Negosiasi atau perundingan ini melibatkan pejabat tinggi dari Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir, yang bertemu dengan delegasi Israel di Doha untuk mencoba mencapai kesepakatan damai yang dinilai menjadi satu-satunya cara mencegah konflik yang lebih luas di Timur Tengah.
Meskipun demikian, perwakilan dari Hamas telah menyatakan tidak akan hadir dalam proses negosiasi tersebut. Dalam pernyataannya, Ahmad Abdul Hadi, salah satu pemimpin Hamas, mengatakan bahwa meskipun secara prinsip tidak menolak pembicaraan gencatan senjata, pihaknya tidak akan berpartisipasi dalam perundingan ini karena menurutnya Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, tidak memiliki niat untuk menghentikan agresi secara menyeluruh.
“Sebaliknya, Netanyahu hanya menggunakan negosiasi sebagai kedok untuk melanjutkan agresi dan melakukan lebih banyak pembantaian terhadap rakyat kami,” tegas Abdul Hadi.
Konflik yang terus berkecamuk ini telah menelan korban jiwa lebih dari 40.000 orang di Gaza, berdasarkan laporan otoritas kesehatan yang dikelola Hamas. Di tengah situasi yang semakin memanas, berbagai pihak melihat gencatan senjata sebagai langkah krusial untuk mencegah terjadinya perang yang lebih luas di kawasan ini.
Sementara itu, negosiator utama Hamas, Khalil al-Hayya, masih berada di Doha dan kelompok tersebut tetap membuka jalur komunikasi dengan Mesir dan Qatar, yang memberi harapan bahwa kemajuan masih mungkin dicapai.
Mediasi yang sedang berlangsung ini berfokus pada rencana tiga tahap yang diharapkan dapat membuahkan hasil: pembebasan sandera yang ditangkap Hamas dalam serangan 7 Oktober, gencatan senjata permanen, penarikan pasukan Israel dari Gaza, serta pembebasan tahanan Palestina oleh Israel.
Selain itu, situasi semakin tegang dengan keterlibatan Iran, yang memberikan dukungan kepada kelompok militan Hezbollah di Lebanon dan Hamas di Gaza. Pembunuhan pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, dalam sebuah serangan yang diduga dilakukan oleh Israel di Iran, telah memicu ancaman pembalasan dari Iran. Namun, pejabat senior Iran menyatakan bahwa satu-satunya cara untuk menahan diri dari pembalasan langsung adalah dengan tercapainya kesepakatan gencatan senjata di Gaza.
Perundingan ini menjadi momen penting di tengah ancaman perluasan konflik yang semakin nyata, dengan harapan bahwa langkah diplomatik ini mampu menciptakan perdamaian yang telah lama dinantikan di kawasan Timur Tengah.
Berita Terkait
-
Kepala Intelijen Israel akan Mengikuti Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Qatar, Hamas Enggan Datang
-
Donald Trump Telepon Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Lakukan Pembahasan Ini
-
Alasan Hamas Tolak Ikut Serta dalam Perundingan Gencatan Senjata Hari Ini
-
Dibalik Topeng Kemajuan Ternyata ada Krisis Pernikahan Anak di Negeri Paman Sam
-
Survei Terbaru Pilpres AS: Kamala Harris Atau Donald Trump Yang Menang?
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- 5 Bedak Padat yang Bagus dan Tahan Lama, Cocok untuk Kulit Berminyak
- 5 Parfum Aroma Sabun Mandi untuk Pekerja Kantoran, Beri Kesan Segar dan Bersih yang Tahan Lama
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Jenderal TNI Muncul di Tengah Konflik Lahan Jusuf Kalla vs GMTD, Apa Perannya?
-
Geger Keraton Solo: Putra PB XIII Dinobatkan Mendadak Jadi PB XIV, Berujung Walkout dan Keributan
-
Cetak 33 Gol dari 26 Laga, Pemain Keturunan Indonesia Ini Siap Bela Garuda
-
Jawaban GoTo Usai Beredar Usul Patrick Walujo Diganti
-
Waduh, Rupiah Jadi Paling Lemah di Asia Lawan Dolar Amerika Serikat
Terkini
-
Putusan MK Larang Polisi Aktif Duduki Jabatan Sipil, Yusril: Jadi Masukan Reformasi Polri
-
Prabowo Sudah Dengar Gerindra di Sejumlah Daerah Tolak Budi Arie Gabung, Suara Bakal Dipertimbangkan
-
Tok! DPR-Pemerintah Sepakati Bawa RUU KUHAP ke Paripurna untuk Disahkan, Ini Substansinya
-
Jelang Hari HAM Sedunia, Yusril Sebut Tak Ada Bahasan Amnesti-Abolisi untuk Aktivis Demo Agustus
-
Jelaskan Ada Pengkondisian dalam Akuisisi Kapal, KPK Bantah Kriminalisasi Kasus ASDP
-
Bakal Rombak Sistem Rujukan BPJS, Menkes Budi Tak Mau Bertele-tele: Nanti Pasien Keburu Wafat
-
Aktivis Feminis Desak Negara Akui Femisida Sebagai Kejahatan Khusus dan Masuk UU
-
Menkes Wacanakan Kelas Standar Bagi Peserta BPJS: Nggak Usah Cover yang Kaya, Fokus yang Bawah Aja
-
Satu Korban Ledakan SMAN 72 Jakarta Jalani Operasi Bedah Plastik, Total 20 Siswa Masih Dirawat
-
Soal Tim Reformasi, DPR Harap Bukan Cuma 'Kosmetik': Polri Harus Kembali ke Mandat Konstitusi