Suara.com - Indonesia Corruption Watch (ICW) punya kekhawatiran khusus terkait penanganan kasus korupsi pada pemerintahan presiden dan wakil presiden terpilih, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka nanti. ICW khawatir korupsi masih dianggap sebagai tindakan yang menguntungkan secara meteri dengan risiko hukum rendah.
Peneliti ICW, Almas Sjafrina, menyebut penyebab dari hal tersebut akibat dari sikap menganggap enteng tindakan nepotisme.
"Penting untuk kita khawatirkan di era pemerintahan mendatang, ini juga menjadi faktor kenapa kemudian korupsi itu masih dianggap sebagai kejahatan yang meskipun resikonya tinggi tapi keuntungannya besar, adalah toleransi terhadap nepotisme dan konflik kepentingan," kata Almas saat dihubungi Suara.com, Jumat (13/9/2024).
Terlebih, kemenangan Prabowo-Gibran dalam Pilpres 2024 turut diwarnai isu nepotisme dan dinasti politik yang dapat pembiaran dari Presiden Joko Widodo.
Almas menyampaikan, pemberantasan korupsi yang ideal perlu dilengkapi dengan penegakan hukum yang bersih dari nepotisme serta tidak terbelenggu konflik kepentingan dari mana pun, termasuk pemerintah pusat.
"Akan repot juga kalau penegakan hukum berjalan tetapi di belakangnya ada persoalan nepotisme dan konflik kepentingan," ujarnya.
Rezim Prabowo-Gibran pun diminta untuk fokus membenahi reformasi birokrasi yang sudah ada grand design sejak 2010. Sayangnya, Almas mengkritisi kalau birokrasi pemerintah bukannya membaik, tapi justru mundur.
Salah satu yang mudah terlihat, kata Almas, terkait penghapusan Komisi Aparatur Sipil Negara (ASN) saat pemerintahan Jokowi.
"Jadi susah untuk melihat apakah kondisi pemberantasan korupsi ke depan ini akan semakin menguat atau tidak. Yang kami khawatirkan, jangan sampai kemudian pemberantasan korupsi atau penegakan hukum anti-korupsi kedepan itu justru menjadi alat untuk membungkam lawan politik," tutur Almas.
Baca Juga: Program-program Prabowo Bakal Mulus, Jokowi Minta Tak Ada Penghalang
Berita Terkait
-
Ngaku Senang, Wapres Maruf Amin Ungkap Obrolannya Bareng Prabowo, Begini Isinya!
-
Program-program Prabowo Bakal Mulus, Jokowi Minta Tak Ada Penghalang
-
Gibran Akui Tak Suka Baca Buku Berat, Ternyata Nurun dari Jokowi: Lebih Pilih....
-
Jejak Digital Menkominfo ke Foto Julia Perez Digunjing, Buntut Belain Gibran Rakabuming
Terpopuler
- Dana Operasional Gubernur Jabar Rp28,8 Miliar Jadi Sorotan
- Viral Video 7 Menit Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach, Praktisi Hukum Minta Publik Berhati-hati
- Prabowo Dikabarkan Kirim Surat ke DPR untuk Ganti Kapolri Listyo Sigit
- Prabowo Incar Budi Gunawan Sejak Lama? Analis Ungkap Manuver Politik di Balik Reshuffle Kabinet
- Tutorial Bikin Foto di Lift Jadi Realistis Pakai Gemini AI yang Viral, Prompt Siap Pakai
Pilihan
-
Adu Kekayaan Komjen Suyudi Ario Seto dan Komjen Dedi Prasetyo, 2 Calon Kapolri Baru Pilihan Prabowo
-
5 Transfer Pemain yang Tak Pernah Diduga Tapi Terjadi di Indonesia
-
Foto AI Tak Senonoh Punggawa Timnas Indonesia Bikin Gerah: Fans Kreatif Atau Pelecehan Digital?
-
Derby Manchester Dalam 3 Menit: Sejarah, Drama, dan Persaingan Abadi di Premier League
-
Disamperin Mas Wapres Gibran, Korban Banjir Bali Ngeluh Banyak Drainase Ditutup Bekas Proyek
Terkini
-
Aktivis 98 Gagas 'Warga Peduli Warga', Bagikan Ribuan Sembako ke Ojol dan Warga Rentan Jakarta
-
Viral Detik-Detik Truk Gas Meledak: 8 Orang Tewas Terpanggang, Puluhan Kritis
-
Suyudi-Dedi Prasetyo Calon Kuat, Seabrek 'Dosa' Era Kapolri Listyo Mesti Ditanggung Penerusnya!
-
Tiga Mahasiswa Dinyatakan Hilang, Polda Metro Jaya Buka Posko Pengaduan
-
Isu Listyo Sigit Diganti, ISESS Warning Keras: Jangan Pilih Kapolri dengan Masa Jabatan Panjang
-
'Ganti Kapolri' Trending, Data INDEF Ungkap Badai Kemarahan Publik di X dan TikTok, Ini Datanya
-
Marak Pencurian Kabel Traffic Light di Jakarta, Pramono Ogah Penjarakan Pelaku: Humanisme Penting!
-
Gigit Jari! Bansos Disetop Imbas Ribuan Warga Serang Banten 'Dibudaki' Judol, Termasuk Belasan ASN
-
Cegah Siswa Keracunan, BGN Ajari Penjamah di Mimika soal MBG: Diiming-imingi Sertifikat Hygiene!
-
Isu Pergantian Kapolri, Pengamat Sebut Rekam Jejak Hingga Sensitivitas Sosial Jadi Parameter